Quote of The Day

Selepas musim yang berganti, cara terbaik untuk memudahkan syukurmu terlantun adalah dengan menyederhanakan harapanmu hari ini.

Jumat, 30 September 2011

Menakar Kadar Nasionalisme Kita

Menakar Kadar Nasionalisme Kita

Di sebuah film
Seorang anak laki-laki berjalan menuju podium, berkumpul bersama anak-anak lain, dan sesaat kemudian, dipejamkannya mata sejenak, bersiap menyanyikan sebuah lagu. Di ujung meja hadirin sana, sang ibu duduk bersama hadirin lain, melambaikan tangan di udara, memberi sang anak semangat. 

Saat yang dinanti pun tiba. Anak laki-laki tsb, memimpin paduan suara menyanyikan sebuah lagu. Sebuah lagu yang membuat sang ibu, ayah, dan keluarga besarnya tersentak sekaligus haru. Bukan hanya mereka, namun juga seorang tetangga mereka di kompleks perumahan, seorang perempuan paruh baya berkebangsaan Inggris yang juga hadir. 

Ia segera memberi aplaus keras saat lagu itu baru beberapa bait dinyanyikan, sehingga seluruh hadirin pun ikut bertepuk tangan dan memberi tanda kehormatan dengan meletakkan telapak tangan kanan di dada kiri masing-masing sampai lagu itu selesai dinyanyikan. Ya, lagu itu adalah lagu kebangsaan India. 

Dan sang ibu adalah seorang kebangsaan India, yang sangat kental dengan tradisi kebudayaan India sejak kecil. Ia tak pernah melupakan bahwa ia berasal dari India, sebuah negara yang jauh berpuluh kilo meter dari tempatnya kini tinggal, Inggris. Karena itu setiap pagi, tak henti-hentinya ia mengajari putranya menyanyi lagu kebangsaan India. 

Saat ditanya sampai kapan ia akan terus menerus menjejali dengan lagu-lagu itu? Ia menjawab dengan pasti. Agar sang anak tak lupa, bahwa ia berasal dari India, ia takkan berhenti untuk menyanyikannya. “India yang terbaik!”, ucapnya sambil tersenyum lebar.

***

Itu hanya sekedar ilustasi dari cuplikan film India, Khabie Khusie Khabie Gham, yang saya tonton dulu saat SMP. Lalu, apa hubungannya dengan judul tulisan ini? Yap, Menakar kadar nasionalisme kita. Seberapa besarkah kadar nasionalisme kita terhadap negara ini?

Saya tergelitik dengan bahasan ini, saat teringat adegan di film tadi. Ya, sejauh mana kadar nasionalisme kita? 

Apakah seorang hanya dikatakan berjiwa nasionalis jika ia berkoar-koar di atas podium dan mendendangkan lagu demokrasi, dan bumbu politik tetek bengek lainnya? 

Ataukah kita hanya merasakan nasionalisme saat di masa sekolah dulu? Saat upacara bendera, saat Sang Saka Merah Putih berkibar gagah diliuk-liukkan oleh sang angin, saat paduan suara sekolah membawakan lagu kebangsaan negeri ini “Indonesia Raya” yang menggema di seluruh penjuru kota? 

Ataukah hanya saat menonton tim Indonesia berlaga memperebutkan Piala Thomas-Uber Cup, kita mati-matian berteriak-teriak sepanjang pertandingan sambil menyenandungkan kata “IN-DO-NE-SIA!“

Laskar Merah Putih beraksi

Atau saat membela tim yang kita banggakan di pertandingan Sepak Bola, yang kadang malah berbuah kericuhan. Ah, segitukah saja nasionalisme yang didengung-dengungkan itu?

Apakah semangat nasionalisme akan tetap ada dalam diri, atau ia pun hilang bersamaan usainya lagu itu dinyanyikan? Saya jadi miris jika demikian adanya, jika semangat lagu itu tak lagi menggema di dada kita masing-masing.

Ah, jika saya bandingkan dengan adegan di film tadi, saya mengamati hal lain. 

Seorang politikus yang berkoar-koar di atas podium untuk menarik minat massa saat masa kampanye, dan kemudian terpilih menjadi wakil rakyat, kini, engkau melihat dia digerebek polisi di sebuah hotel karena kasus korupsi bermilyar-milyar, ya… dia tertangkap memakan harta rakyat negeri ini.
Astaga! Lalu kemana gaung nasionalisme itu??  

Bila politisi itu memang punya jiwa nasionalis, sama seperti yang ia dengung-dengungkan di saat kampanye, seharusnya ia tak membuat malu negeri ini di mata negara lain dengan kasus korupsinya yang menyedihkan!
Taukah engkau apa yang dilihat Negara lain dari Negeri ini? Indonesia terkenal dengan kasus korupsinya! Yang lebih menyedihkan lagi, hukum bisa dibeli, sesuai dengan pesanan. Ah ya! Benar-benar menggelikan.
Seperti jika kita mengamati syair “Indonesia Pusaka” maka kita akan bisa meresapi makna Indonesia sebagai sebuah negeri  yang digdaya- pada jaman dahulu. 

Indonesia tanah air beta
Pusaka abadi nan jaya
Indonesia sejak dulu kala
Slalu di puja-puja bangsa

Jika saya boleh menuliskan, Nasionalime bagi saya adalah, harga diri bagi seorang warga negara, maka, saat itulah pula, ia mempunyai kewajiban untuk membuat negara ini bangga -minimal tidak membuat malu- menjadi sebuah negara yang layak untuk dikenal karena keagungan budi pekertinya yang luhur… tak membuat malu dengan kasus korupsi yang memakan harta rakyat.

Seharusnya, seorang warga negara bisa membuat bangsa ini mempunyai martabat yang luhur, seluhur sejarah masa lalunya di jaman kerajaan-kerajaan yang indah dengan prestasinya yang gilang gemilang. Sebagaimana saat Kerajaan Sriwijaya, Kerajaan Majapahit, dan Kerajaan Samudra Pasai tumbuh menjadi Kerajaan Maritim yang besar di masanya, dengan kekuatan armada laut yang kuat. Atau dengan pertumbuhan yang pesat, Jayakarta menjadi kota pesisir yang dikunjungi banyak armada negara lain, atau jalur sutra yang  mengagumkan kita, perekonomian yang tangguh, dimana seluruh denyut nadi kehidupan bisa dirasakan.
Contoh tadi memang hanya sekedar nostalgia bagi saya, dimana saya mengagumi kekuatan dan kejayaan kerajaan-kerajaan tadi. Tetapi, peristiwa masa lalu, adalah refleksi diri, sejauhmana kita bisa mengambil pelajaran yang pantas. Maka, mari berkaca pada kualitas kerajaan yang pernah menjadi legenda negeri ini di masa lalu, agar Negara kita menjadi jaya kembali. Saat itulah kita akan berteriak lantang ke penjuru dunia, “Indonesia yang terbaik!”
*** 
Daerah terpencil bernama Seko, di Sulawesi selatan

Nasionalisme menurut saya identik pula dengan ketahanan bangsa. Sejauh yang saya tahu, selama masa pembangunan  daerah di era  orde baru maupun lama hingga masa sekarang, banyak sekali daerah baik di luar jawa maupun di jawa yang belum terjangkau akses pembangunan. Semisal saja , jalan raya, sekolah, jembatan penghubung antar pulau satu dengan lainnya. Saya ambil contoh di sebuah daerah di Sulawesi  bernama Seko. Seko adalah salah satu kecamatan di Kabupaten Luwu Utara, Provinsi Sulawesi Selatan dengan jumlah penduduk 12.000-16000 jiwa. Seko adalah salah satu kecamatan yang sangat tertinggal di sulawesi selatan dikarenakan akses menuju ke sana sangat sulit. Seko dapat di jangkau dengan menggunakan pasawat dengan biaya Rp.200 .000 tapi saat ini pesawat tidak ada lagi yang beroperasi. Seko juga dapat di jangkau dengan menggunakan ojek dengan biaya Rp 1.200.000 pulang pergi. Cukup mahal kan untuk biaya sarana transportasi? 

Seko berjarak 97 km dari Masamba ibu kota kabupaten Luwu Utara, tapi aneh jarak yang tidak terlalu panjang ini sampai sekarang belum tersentuh infrastruktur pembangunana jalan. ruas jalan saat ini adalah peninggalan belanda, tapi pada saat pemberontakan Kahar Muzakar jalan ini di hancurkan agar penduduk Seko tidak dapat kemana-mana. Kini, setengah abad berlalu, jalan menuju Seko masih seperti dulu. Jalan yang tadinya masih mudah di tempuh oleh pengendara roda 2 ternyata amat sulit untuk di lewati. Para pengendara motor tersebut harus menghabiskan waktu selama 4 hari 3 malam untuk menempuh jarak yang hanya 45 km dari Kecamatan Rongkong/Limbong pada saat musim hujan, jarak tersebut hanya menghabiskan waktu 1 hari sebelum pengerjaan.

Dari kisah tentang Seko tadi, saya ingin menarik kesimpulan bahwa  pembangunan di daerah terpencil masih sangat dibutuhkan oleh warga sekitar. Sayangnya ini belum terjangkau luas.  Padahal sebagai salah satu ciri ketahanan bangsa adalah kondisi terpenuhinya segala aspek pembangunan bagi setiap warga negara yang tercermin dari tersedianya sarana pembangunan yang cukup  baik jumlah, maupun mutunya, terjangkau, dan merata di seluruh penjuru negeri. Ketahanan bangsa adalah cermin keutuhan negeri. Jika kita tidak mengupayakan ketahanan bangsa, lalu siapa lagi yang akan mengupayakannya? 

Sejarah membuktikan bahwa  negara yang sukses melakukan  kemandirian pembangunannya sedikit banyak ditentukan oleh keberhasilan dalam bidang ketahanan bangsa baik dalam proses akses  demokratisasi  baik sosial ekonomi maupun politik, pembangunan serta pengentasan kemiskinan. 

Kemandirian pembangunan sebagai bagian dari ketahanan bangsa hanya dapat terwujud bila kondisi saling ketergantungan tersebut dibangun atas modal sosial yang tinggi. Kemandirian ketahanan bangsa akan terwujud apabila paradigma pembangunan dikembangkan baik di pusat maupun daerah mampu memadukan antara tuntutan global dengan pemberdayaan masyarakat. 

Tidak ada kemandirian tanpa proses pemberdayaan. Pemberdayaan berarti memampukan masyarakat dan pemerintah daerah dalam aspek material, intelektual, moral, dan manajerial. Dan bagaimana membangun transformasi sosial yang mandiri untuk mewujudkan system ketahanan bangsa di era global dan otonomi daerah inilah yang perlu menjadi pekerjaan rumah kita bersama dalam membangun karakter nasionalisme agar bisa menyejawantah dalam diri setiap wajah anak negeri.

***
Laboratorium Peradaban, 16 September 2011, 21: 20
~Sejarah adalah catatan statistik tentang denyut hati, gerak tangan, langkah kaki, dan ketajaman akal.~

Sumber tentang Seko ada di :

Selasa, 27 September 2011

Story Pudding : Cinta Takkan Kemana-mana



Story Pudding : Cinta Takkan Kemana-mana

‘Jika memang kita ditakdirkan tuk bersama slamanya, cinta takkan kemana-mana.’
(Petra Sihombing)

‘Jika takdir cinta pasti kan bertemu , meski kau dan aku ada di ujung dunia.’
(Film Ketika Cinta Bertasbih)

Dua kalimat pembuka itu cukup untuk menggambarkan betapa dahsyatnya takdir yang Allah rangkai. Bahkan jika takdir itu belum bermuara kini, suatu saat jawaban itu pasti akan ada, akan indah pada waktunya.

Sebuah pernikahan seorang sahabat mengingatkanku pada hal ini, bahwa cinta bukan hanya tentang kenyamanan, mantapnya komunikasi, kecocokan jiwa, dsb.. tapi lebih kepada. Apakah memang dia adalah takdir kita. Seseorang yang telah Allah tulis namanya menjadi penyejuk jiwa dan pelengkap rindu.  Kalo di bahasa jawa istilahnya “Sigaraning nyowo” atau separuh jiwa kita…

Ini kisah tentang sahabatku, pernikahannya yang terbilang cepat, dan  sempat membuatku terkejut.  Satu waktu dia mengajakku bertemu di libur lebaran tahun 2008, karena meski kita sudah lama berinteraksi di dunia maya sejak tahun 2006, tapi baru kali itu aku bisa bertemu. Rumahnya di daerah mejasem, sekitar 15 menit dari rumahku jika menggunakan motor. Hanya saja, dia sibuuukkk sekali, hihii.. maklum, agenda silaturahimnya seabrek. Sampai ditetapkanlah hari itu. Aku ingetnya hari jumat aja. :D

Janjian ketemu jam 1 siang, aq nyampe rumah dia tepat waktu, ngobrol-ngobrol lama, sampai jam 2-an. Dan tiba-tiba hp dia berdering, sebuah telepon masuk ke hp nya. “bentar ya, ila, aq angkat dulu teleponnya. Nanti  ada  tamu, ila temenin aku mau ga?”

Aku jujur saja waktu itu kaget. Mengiyakan sih, tapi dalam hati kagetku belum juga ilang …“Tamu? Tamu siapa? Apa ga ngganggu nanti… pastinya si tamu juga nanti kan punya alasan sendiri kenapa sampai menyempatkan diri untuk ketemu di rumah ini.. pastinya pengen ketemu sama temenku itu…bukannya ngobrol sama aku.. heuheuu… ”

Lalu telepon dia tutup, dan mulailah dia membahas siapa tamu itu. “Dia kakak kelasku, ila…Kita kenal di organisasi  kepemudaan. Kebetulan aku di bem. Selisihnya sih 5 tahunan. Katanya mau ngajak taaruf. Hm, aku bingung mau cerita gimana. Yang jelas dia mau serius, udah nanya ke aku juga kapan bisa silaturahim untuk nanya ke ayahku…”

Tuing tuiingg… aku yang diceritain gitu jadi bengong sendiri. Aduhh, jadi aku mau nemenin temenku ini kenalan sama (bakal) calonnya gitu yah?? Woow… mantappp… kopdar pertama sekaligus menjadi saksi hidup perkenalan mereka. Hehe.. ;p

Selang brapa menit, hp temenku bunyi lagi. Katanya si mas itu, yang dia panggil ‘kakak’ itu sudah sampai di depan gerbang rumahnya. Dan temenku pamit untuk membukakan pintu, karena kebetulan orang rumah lagi sepi. Cuma temenku aja sama adeknya, makanya dia minta temenin aku buat ketemuan. :))

Dan dimulailah babak baru itu, hahahaaa… rasanya jadi  saksi hidup itu uniikk.. ;p

Jadi ikut deg-degan pas mereka ketemu pertama kali, wkwkwk… pas itu si kakak bawa temen juga,  rumah dia di daerah brebes. Jadi sekitar 1,5 jam dari rumah dia yang konon katanya jauh dari kota brebes.  Haha… saluutt sama dia, niat bener ke rumah temenku, padahal jauuhnya masyaAllah, ampe katanya tuh nyasar2 gitu nyari alamat rumahnya. Maklum, meski si kakak itu orang brebes, tapi  sejak sma disekolahin di pondok di jawa timur, jadi ga kenal daerah sekitar brebes apalagi sampe  main ke tegal... Yah, apa sih yang ga dilakuin demi si bidadarii.. haahaaa. Nyasar juga dijabanin. Jatuh cinta emang ajaiib yaahh… sesuatu banget gituu… wekekee…. ;D

Dari obrolan-obrolan itu aku tau si kakak itu yang naksir temenku, kerja di sebuah bank di luar jawa. Dia libur lebaran jadi sempet-sempetin silaturahim gitu. Trus, obrolan ngarah-ngarah ke hal hobi, kesibukan, kerja, dsb.. pertanyaan umum sebenernya, Cuma karena aq udah tau  tujuan kenalan buat apa, jadi pengen ketawa, tp kutahan. Wekekee… lucu gitu liat ekspresi si kakak maupun temenku. Shy-shy cat, malu2 meoongg… ;))

Ngobrol sampe jam 4, trus aq minta ijin mau pulang, tp kata temenku, ‘duh, ila.. jangan pulang dulu.. gimana kalo sholatnya di sini aja.’ Yaudah deh, aq yang udah kebelet sholat ashar akhirnya bikin si kakak minta ijin pulang lebih cepet. Haha.. maapp yaahh, tp sholat emang lebih urgent dibanding ngobrol sama bidadari. Hihii… akhirnya, aq pulang sekitaran jam setengah 5 lebih soalnya masih diajakin ngobrol sama temenku.

Sampe disitu aq masih anggap ah, itu kan cuma kenalan aja. Belum tentu juga jadi. Nah, suatu waktu(bulan maret kayaknya, sekitar 6 bulan sejak ketemu itu) aq nanyain progress hubungan mereka, apa si kakak itu udah ke rumah lagi buat ketemu ortu temenku atau belum. “Iya, ila.. udah. Dan ayah ga suka.”

Deg, dari situ temenku mulai curhat. Dia bimbang, dsb… di satu sisi dia pengen banget nikah cepet, di sisi lain ortu belum sreg sama yang maju ke hadapan ayahnya. Katanya ada dua orang yang udah nanya dan jawabannya sama. Ga diterima. -.-‘

Woow, tau ga? Selang brapa bulan kemudian, si temenku itu ngabarin. ‘Ila, aq jadi nikah, tapi tanggalnya nanti aq kabarin lagi ya.’ Aq bingung, ehhh, ehh… jadinya sama siapa yah? Yang orang mana?   Jawab temenku, “Ila tau orangnya kok…”

Tuiing, aq tambah bingung, yang mana yaa?? Masa sama si kakak itu?? Bukannya udah ditolak yahh?? Hahaa… :p

Ternyata berkat doanya si kakak yang terus menerus dan ga kenal kata nyerah , buktinya brani maju ke ortunya lagi, akhirnya jawaban  doa dia dikabulkan. Si bidadari jadi dilamar, dan maret 2009 mereka nikah. Huwaaa… denger itu rasanya nyesss, ademm banget. Gimana ya? Liat proses temen nikah itu emang bikin kita jadi ikutan deg-degan. Hehe…sekarang temenku itu udah punya anak 1 dan unyu bangeett.. imyuut gitu . namanya Rania.  Dan pasangan yang aq certain itu Asti dan Kak Didi.  ;D

Jadi bener ya, bahwa doa itu bisa mengubah takdir. Bahkan soal jodoh sekalipun. Hehe.. Yukk, marii yang belum punya jodoh, yang masih galau menggalau. Kencengin lagi doanya, kuatin lagi ikhtiarnya, dan pantaskan diri di hadapan camer maupun calon. Who know yaa… kali aja si dia yang kita incer itulah jodoh kita. Seperti sepenggal kisah dalam film Di bawah Lindungan Ka'bah ini. ;D

Zaenab : "Sampai kapanpun, aku akan memegang teguh do'aku, Menikah dengan orang yang dicintai dan mencintaiku."
Hamid : "Bukan kita yang menentukan keberhasilan do'a"
Zaenab : " Allah yang akan menjawabnya"

Tugas kita hanya berusaha dan اَللّÙ‡ swt Maha Tahu apa yg kita butuhkan, bukan apa yg kita inginkan. Jika kita percaya jodoh takkan kemana-mana, yakinlah bahwa suatu saat do'a²  kita semua akan di-ijabah-Nya dengan cara-Nya yang indah & penuh hikmah... :)


Semarang, 27 September 2011,  22:07 

Kisah ini diikutsertakan pada "A Story Pudding For Wedding" yang diselenggarakan oleh Puteri Amirillis dan Nia Angga

NB : mba putri, aq bingung cara masang link dibanner itu gimana? Hikkks...  >,<   

A Story Pudding For Wedding



Bagiku, itu berarti: Segalanya!

Bagiku, itu berarti: Segalanya!

(copas dari blog ku dulu yang udah dihapus, :D  http://nazhara.multiply.com/) 

Di sebuah film kartun jepang, Eyeshield 21.

Seorang manager tim American Football sebuah sekolah SMU, menghadap kapten tim di sebuah ruangan sore itu, lalu percakapan pun terjadi.

Manager tim itu bertanya, “Apakah ada yang lebih penting dari sebuah kemenangan?”.

Manager tim itu merasa pesimis dengan kemenangan tim, mengingat betapa beratnya  pertandingan kali ini harus dijalani,sedangkan  tim inti masih mengalami kurang strategi di sana-sini.

Sang kapten dengan tenang dan tegas  menjawab dengan lantang. “Mengapa harus menang, katamu? Karena, jika kita kalah, permainan akan berakhir, begitu juga bagi pemain  itu sendiri.”

Dan sang manager pun langsung tertegun mendengar kalimat yang singkat  namun mengena itu.

Eyeshield 21

###

Di sebuah film Hollywood, Kingdom Of Heaven.

Peperangan besar usai berkecamuk antara kamu Salibis  dengan pasukan  muslim, di sebuah peperangan menaklukkan kembali kota yerussalem. Perang yang dalam sejarah disebut perang Salib, merupakan perang yang besar, telah usai dengan kekalahan di pihak kaum Salibis.

Saat itulah, perundingan damai harus dilakukan. Sebuah konsekuensi atas sebuah penaklukan, maka sang pemimpin kaum salibis harus menyerahkan kota  Yerussalem kepada yang berhak, yaitu pasukan Muslim yang saat itu dipimpin oleh Salahuddin Al Ayyubi.

Sang pemimpin  kaum salibis, seorang panglima perang menghadap Salahuddin Al Ayyubi, dan menyerahkan  Yerussalem yang mereka sebut sebagai kerajaan Surga kepada kaum muslim. Mereka  benar-benar  merasa kalah, dan mengakui bahwa kaum muslim lebih besar jumlahnya dan kuat daripada  yang mereka duga.

Lalu, sebuah  percakapan lain terjadi, saat sang panglima tadi bertanya, “Apa manfaat Yerussalem bagimu?”

Dengan tenang, Salahuddin berkata, “Tak ada.”

Lalu, ia membalikkan tubuhnya, meninggalkan sang panglima yang masih tertegun memandangi Salahuddin  dengan tak percaya.

Salahuddin yang sudah berjalan dua langkah, segera berbalik dan mengucapkan  sebuah kalimat pamungkas.

“Tapi, segalanya.”, sambil tersenyum.

### 

Jleb! Bagai disengat beribu-ribu  decak kagum, itulah yang saya rasakan. Duduk di depan televisi sambil mengulang kata-kata yang kudengar di dua film tadi.

Mungkin, bagi kita. Yang sering tanpa sadar sering melupakan arti sebuah pemaknaan. Ya, budaya  yang tanpa kita sadari sering kita abaikan.

Kata-kata muncul dari pikiran
Pikiran muncul dari realita, dan
Realita menjadi kehidupan

Perbedaan utama antara 
orang kaya dan orang miskin
Ada  pada kata-kata yang mereka gunakan
Jika kamu ingin mengubah
realita  eksternal seseorang,
Kamu perlu terlebih dulu mengubah
realitas internal orang itu.

Itu dilakukan pertama-tama melalui
usaha mengubah,
Memperbaiki
atau memperbaharui
Kata-kata yang ia gunakan.

Jika kamu ingin mengubah hidup orang,
pertama-tama ubahlah kata-kata mereka.
Dan untungnya, kata-kata itu gratis.

RichDad-Robert T Kiyosaki

Lihat, hayati, dan maknai kalimat di penggalan adegan film tsb, lalu rasakan energy dari kalimat itu. Maknai! Ya, maknai kalimat tsb, lalu jadikan itu sebagai energy  baru yang menyelusup ke dalam jiwa. Smangat!

Kamar  Cahaya, 23 Februari 2009
~be Survivor, be Winner!~

Book Your Blog

Book Your Blog

Kamu ngaku blogger?
sering update di blog?
punya tulisan yang menginspirasi
punya impian untuk menerbitkan buku?

inilah saatnya...
Khusus buat yang punya blog "kamu banget"

ayo ikutin event BOOK YOUR BLOG

kalo menang tulisan kalian bakal diterbitin jadi buku... kapan lagiiii


Caranya mudah banget!

  1. Tulis tentang event ini beserta logo event di blogmu dengan bahasamu sendiri, diberi tag #bookyourblog
  2. Kirimkan alamat blog kamu ke eventleutika@hotmail.com
  3. Tulis sinopsis blog kamu dalam 250 kata Ms Word. Sertakan nama, nama pena, TTL, alamat, no handphone, alamat e-mail, akun FB, akun twitter. Kemudian attach file ke dalam e-mail.
  4.  Tulis “Book Your Blog” di judul e-mail.
Blog seperti apa yang bisa menang?
  1. Inspiratif, berisi cerita-cerita yang dapat menjadi inspirasi bagi orang lain.
  2. Tidak mengandung SARA dan pornografi.
  3. Berkarakter, konsisten berisi materi-materi yang terkonsep dan orisinil.
Apa Hadiahnya?
Dipilih 3 blog terbaik untuk mendapatkan:
  1. Tulisan-tulisan di blog kamu akan diterbitkan GRATIS dalam bentuk buku oleh Leutika Prio
  2. Royalti 15% dari harga produksi
  3. Paket buku dari Leutika Publisher
Bagi yang belum terpilih tetap mendapatkan diskon paket penerbitan sebesar 20%.

Deadline : 30 September 2011
Web: http://leutikaprio.com/
Twitter: @leutikaprio
Fanpage Fb: http://www.facebook.com/leutikaprio

Book Your Blog (klik disini untuk info selengkapnya)

Senin, 26 September 2011

Membuat Outline, Perlukah?

Membuat Outline, Perlukah?

by Hasfa Publisher on Saturday, April 16, 2011 at 5:08pm
Membuat Outline, Perlukah?

“Ada orang bilang bahwa membuat outline itu perlu untuk mempersiapkan sebuah artikel. Ada pula yang mengatakan tidak perlu repot-repot membuatnya. Dia bahkan menganjurkanku untuk langsung saja menulis. Bagaimana ini?”


Persoalan perlu tidaknya sebuah outline dalam mengawali sebuah artikel masih tetap menjadi bahan diskusi di kalangan penulis hingga saat ini. Terdapat dua pendapat yang berbeda, antara yang mengatakan perlu dan yang mengatakan tidak, dengan alasan masing-masing. Mari kita adakan kesepakatan sementara dulu bahwa outline itu perlu sehingga ada gunanya uraian berikut ini: bagaimana menyusun outline dan apa manfaatnya. Setelah itu, baru kita masuki diskusi perlu tidaknya outline pada bagian akhir artikel singkat ini.

Outline atau kerangka karangan adalah serangkaian ide/gagasan utama yang disusun secara runut sebagai bentuk rancangan awal sebuah tulisan/artikel. Karena merupakan bentuk awal atau kerangka dari sebuah tulisan, outline terdiri atas ide-ide utama yang akan dikembangkan. Ibarat sebuah pohon, ide-ide utama itu adalah batang, dahan, dan rantingnya. Dari situlah akan muncul daun-daun pengembangan sehingga lengkap menjadi sebuah ‘pohon’ artikel.

Lantas, bagaimana cara mudah membuat outline sebuah artikel? Kerangka karangan itu terwujud dari penggalian dan pengendapan ide dari berbagai sumber ditambah dengan kemampuan berpikir penulisnya. Berdasarkan pengalaman penulis, langkah-langkah yang dapat ditempuh dalam menyusun sebuah outline adalah sebagai berikut:

1. Tentukan tema apa yang akan Anda tulis.
2. Undang kehadiran ide dengan membuka pikiran Anda terhadap semua ide yang datang. Jangan pernah membatasi diri dengan aliran ide dari kecerdasan semesta.
3. Segera tulis ide-ide tersebut ke atas kertas, sekenanya. Jangan dikritisi. Biarkan ide-ide itu hadir dan mengalir begitu saja. Tugas Anda hanya menuliskannya.
4. Setelah cukup banyak ide yang berhasil Anda petik, periksalah cacatan Anda tadi. Amati dan seleksilah ide-ide itu satu demi satu. Yang relevan dengan tema yang Anda kehendaki, pakailah. Sebaliknya, kalau tidak berkaitan atau amat sedikit kaitannya, coret saja.
5. Susunlah sederetan ide yang Anda pilih itu secara sistematis. Mungkin dari yang umum ke yang khusus atau disusun secara kronologis. Perhatikan betul sistematisasi ide yang Anda susun itu. Pastikan tidak ada gagasan yang melompat-lompat. Buatlah susunan ide itu mengalir, kompak, dan sealur dari ide pertama, kedua, ketiga, dan selanjutnya sampai gagasan yang terakhir.
6. Kembangkan setiap ide utama dengan kalimat-kalimat penjelas/pelengkap. Satu ide utama bisa dikembangkan menjadi satu paragraf. Kalau Anda mempunyai 10 ide utama, maka minimal Anda sudah mendapatkan 10 paragraf. Ini sudah cukup untuk sebuah artikel.

Mari kita pergunakan salah satu artikel saya yang berjudul Mendorong Anak Gemar Membaca yang pernah dimuat di sebuah koran. Judul ini sekaligus sebagai tema artikel. Secara sederhana, kerangka karangan artikel itu demikian:
  • Ada keluhan para orang tua bahwa anak mereka malas membaca sehingga perlu dicarikan solusinya.
  • Mendorong anak gemar membaca dengan cara:
- Menciptakan suasana belajar di rumah
- Memberikan hadiah/oleh-oleh berupa buku atau majalah
- Mengajak berkunjung ke toko buku dan perpustakaan
- Mengajak anak belajar merawat buku
- Sesekali meminta anak menceritakan isi buku
- Berlatih mengarang yang sederhana
- Menjadi teladan yang baik bagi anak
  • Menciptakan suasana dan fasilitas yang mendukung dan yang terpenting menjadi teladan, tidak bisa hanya dengan perintah.
Setelah kerangka karangan tersebut penulis kembangkan sampai tuntas, jadilah sebuah artikel dengan 9 paragraf. Cukup untuk sebuah tulisan pendek, 3 halaman, 1,5 spasi, ukuran kertas A4. Begitu sederhana, bukan?

Nah, setelah kita berbicara sekilas tentang teknik penyusunannya, sekarang mari kita kembali ke pertanyaan awal: perlu tidak sih outline itu? Bagi sebagian orang, outline tersebut perlu dibuat untuk membantu mereka pada saat menyusun sebuah tulisan yang lengkap. Bagi sebagian lain, outline itu sama sekali tidak perlu dibuat untuk sebuah artikel 2 - 4 halaman. Yang mana yang benar? Jawabannya: kedua-duanya benar. 

Outline umumnya sangat dibutuhkan terutama untuk karangan yang panjang. Alasannya, sulit bagi penulis untuk memetakan ide-ide utama secara sistematis sebelum menuangkannya ke dalam kerangka karangan secara tertulis atau kasat mata. Bagi para calon penulis atau penulis pemula, saya anjurkan untuk membuat outline terlebih dahulu sebelum menulis artikel. Hal ini penting agar artikel yang dibuat tidak melenceng ke mana-mana. Bagi penulis yang sudah berpengalaman, outline itu acapkali tidak dibuat secara tertulis tetapi ‘disusun’ secara ‘tidak tertulis’ di otak. Maksudnya? Ya, outline itu sudah ada di dalam pikiran sang penulis kendati dia tidak secara nyata menuangkan ke atas kertas. Dia langsung saja menulis lengkap artikel dari A sampai Z.

Saya terkadang membuat corat-coret di blocknote terlebih dahulu sebelum menulis artikel. Tetapi, acapkali juga tidak. Kalau tema tulisan sudah ada dalam pikiran, langsung saja saya ketik sampai selesai sehingga tercipta sebuah artikel yang utuh.

Nah, Anda bebas memilih cara mana yang cocok. Entah Anda membuat outline atau tidak, yang penting Anda dapat menghasilkan artikel yang sistematis, cukup pengembangannya, dan menarik.

(I Love Writing oleh I Ketut Suweca, edukasi.kompasiana.com)

Sumber ; disini 

Bagaimana Menemukan Tema yang Menggoda?

Bagaimana Menemukan Tema yang Menggoda?

by Hasfa Publisher on Monday, March 28, 2011 at 12:25am
Bagaimana Menemukan Tema yang Menggoda?

“Ada beberapa ide yang kumiliki, yang kupikir, cukup bagus untuk menjadi tema tulisan. Tetapi, aku masih bingung bagaimana cara memilih sebuah tema yang tepat untuk kukembangkan menjadi artikel?”
Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia karangan Prof. J.S. Badudu dan Prof. Sutan Mohammad Zain, tema diartikan sebagai pokok pikiran atau masalah yang dikemukakan di sebuah cerita atau puisi oleh pengarangnya. Dalam hubungannya dengan tulisan ini, tema dikaitkan dengan pokok pikiran atau masalah yang disampaikan penulis artikel. Pokok pikiran tersebut menjadi penting karena dari sinilah cikal bakal terwujudnya sebuah artikel.

Pertanyaan mengerucut pada masalah bagaimana menemukan tema dengan jitu? Di dalam serial sebelumnya, saya sudah menyinggung sedikit mengenai pentingnya pembacaan yang luas dan pengamatan yang tajam bagi seorang calon penulis dan penulis yang sudah punya nama sekali pun. Pembacaan yang luas dan berkelanjutan memungkinkan seorang penulis untuk secara ajeg menemukan tema-tema yang sesuai untuk ditulis. Tanpa kesediaan untuk secara suntuk membaca dan mengamati berbagai peristiwa, sulit sekali bagi seorang penulis untuk menemukan pokok pikiran yang menjadi fokus pembahasan dalam artikelnya.

Berkenaan dengan pembacaan dan pengamatan ini, penting sekali untuk rajin membaca, mendengar, menonton, melihat, mendiskusikan, dan mencatat hal-hal yang terjadi. Rajinlah membaca buku dan bacaan lainnya seperti koran, majalah., dan sumber lainnya. Bersedialah mendengar berbagai masukan/pendapat orang lain tentang sesuatu hal. Dengarkan juga siaran radio dan televisi yang diminati, seperti berita dan kisah para pejuang kehidupan. Dan, jangan lupa mencatat apa yang didengar, dibaca, atau diamati itu. Himpunan hasil pembacaan dan pengamatan yang luas itu merupakan bekal yang luar biasa nilainya bagi seorang penulis. Bagai hendak mendirikan sebuah usaha yang memerlukan sejumlah modal, penulis pun membutuh modal pengetahuan sebelum menulis.

Hasil pengamatan itu perlu diendapkan ke dalam ruang pikiran. Direnungkan secara mendalam, dilakukan analisis kritis dan kreatif. Temukan pemikiran sendiri terhadap pengetahuan/ informasi awal yang diperoleh. Setelah itu, angkat menjadi sebuah tema tulisan. Soroti dari sisi tertentu sesuai dengan pandapat/pandangan Anda.

Tema yang terbilang the best pada umumnya memiliki ciri-ciri berikut ini.:
1. Bersifat aktual, artinya sesuai dengan perkembangan masalah yang sedang hangat diperbincangkan di media massa dan oleh banyak kalangan
2. Dikuasai dengan baik, sebaiknya tema yang ditulis mesti dilarbelakangi dengan informasi, data, dan pemahaman yang cukup sehingga tema itu bisa dikembangkan dengan baik.
3. Menghadirkan sesuatu yang baru, sebuah tema yang sudah diketahui umum tidaklah banyak nilainya. Walau pun dipaparkan juga hal-hal yang sudah umum diketahui, sebuah artikel yang baik selalu menghadirkan sesuatu yang baru/unik/spesifik dalam melihat suatu permasalahan.
4. Tidak menyentuh unsur SARA (suku, agama, ras, antargolongan) atau hal-hal lain yang sangat peka dan dapat menyinggung perasaaan dan mengganggu ketentraman hidup bermasyarakat.

Berbicara mengenai tema tulisan, sebuah hasil penelitian menyebutkan bahwa pikiran manusia setiap harinya menjangkau 60.000 jenis pikiran. Satu jenis pikiran pada setiap kalinya. Pikiran manusia melompat-lompat dari satu pokok pikiran ke pokok pikiran lain setiap waktu. Dengan puluhan ribu jenis pikiran itu, maka setiap orang sesungguhnya memiliki asset yang luar biasa untuk menemukan sebuah tema atau lebih. Berbagai jenis pikiran yang datang berkunjung ke dalam area yang terletak diantara dua telinga kita itu sangat berharga untuk dikembangkan lebih lanjut.

Sekadar ilustrasi, ketika Anda membaca berita tentang adanya ratusan siswa yang berdemonstrasi menuntut agar kepala sekolahnya yang dimutasi ke sekolah lain dikembalikan, apa yang tersirat di dalam pikiran Anda? Mungkin begini: tidakkah ada oknum yang menggerakkan anak-anak itu untuk berdemo? Benarkah demo itu murni suara hati para siswa? Ikhwal ini merupakan awal untuk dikembangkan menjadi tema dan tulisan yang menarik. Anda, misalnya bisa mnyoroti peristiwa itu dari sisi pendidikan karakter para siswa. Contoh lain: ketika Anda mendengar enaknya hidup di penjara seperti yang didapat Artalyta atau bisa pelesir kemana-mana macam Gayus, sementara rakyat kecil memiliki kesalahan kecil harus mendekam dengan setia dan rtelatif lama di penjara, mungkin mendadak sontak rasa keadilan yang ada pada Anda menggelegak butuh dituangkan. Mungkin Anda segera mengambil laptop dan mengetik hal itu serta memberikan pandangan Anda.

Ketika mengalami sendiri atau mendengar peristiwa tertentu yang mengesankan, lalu Anda renungkan sehingga menemukan sebuah nilai hakiki dari peristiwa tadi. Tulisan ringan dan sederhana yang bertajuk Merasakan Berkat Tuhan Sepanjang Hari di sini, di kompasiana, saya tulis sepenuhnya dari pengalaman sendiri. Artikel yang berjudul Mendorong Anak Gemar Membaca yang dimuat di sebuah surat kabar berawal dari keluhan beberapa orang tua tatkala kami sedang menunggu anak-anak ke luar sekolah. Ada banyak sekali momentum yang bisa dilihat secara kritis dibarengi dengan kreativitas dan perenungan untuk dijadikan tema sebuah artikel.

Kalau Anda berhasil mendapatkan lebih dari satu tema, pertimbangkan mana yang paling Anda unggulkan untuk menjadi sebuah artikel. Caranya, antara lain, lihat mana diantara tema tersebut yang paling kaya informasinya, mana diantara tema itu yang baru dengan pendekatannya unik/spesifik. Juga, perhatikan mana diantara tema tersebut yang paling mengusik pikiran dan jiwa Anda dan terus menggoda Anda untuk menuliskannya. Termukan, pastikan, dan tuliskan.

(I Love Writing oleh I Ketut Suweca, edukasi.kompasiana.com)

Kepadamu, Pahlawanku

Buku Kepadamu Pahlawanku
 
 
Alhamdulillah, buku ke-5 terbit.. ^^
Ini buat Bunda Tatty Elmir, semoga makin banyak para pahlawan di jalan sunyi yang akan lahir, insyaAllah. Terimakasih sudah banyak menginspirasi dengan gerak laku dan pena , bunda ^_^

============

Kepadamu, Pahlawanku
Harga: Rp 33000
Penerbit : nulisbuku.com 
Tebal : 100 halaman 

:Soe Hok Gie



Aku diajak bicara tentang bangsa. Yang kudengar adalah gema generasi gagap berpantulan di dinding jebakan zaman. Mungkin sekadar jelmaan cemarnya darah generasi ’90 yang kubawa sejak kesahihan sejarah habis terbakar dan lenyap sampai sisa abunya. Lalu kutemukan namamu yang menenggelamkan aku dalam pesona. Jejeran abjad sesisaan pikiranmu mengajakku berkaca.


Yang terbesar adalah kebenaran, ujarmu. Maka kepadanya aku berlari untuk menghadap, selagi kita sama-sama percaya bahwa menjadi manusia bebas adalah hakiki. Mungkin akan kau dengar eufoni dalam kepalaku menjelang petang, tentang amanat cinta terhadap manusia seperti yang kau, kawan yang kujumpa dalam aksara, cita-citakan. Ya, masih akan kukejar.


Eufoni Cita-cita – Ellena Ekarahendy


Seratus kata untuk pahlawan kita. Ada ibu, ada ayah, ada guru, ada pacar,…

dapat dpesan di http://nulisbuku.com/books/view/kepadamu-pahlawanku

pengumuman daftar naskah yang masuk :
http://kepadamupahlawanku.wordpress.com/daftar-naskah-2/

Minggu, 25 September 2011

Dimana Tuhan itu?


Dimana Tuhan itu?

Sudah beberapa hari ini ditagih tulisan oleh seorang temen mp-ku.  Soalnya diajakin bikin naskah buat proyek buku tapi belum dapet ide. Temanya beraaattt… tentang Potret kematian. Heuheuu…Bayanginnya aja aq ngeri, bergidik, dan bikin ga bisa tidur. Apalagi disuruh nulis tentang itu? 3-4 halaman pula. Hiks…

Pasrah ama nasib, soalnya udah terlanjur janji sama Ai. *peace ya Aii.... ;p * 

Akhirnya jadilah aq nanya-nanya ke temen-temenku. Kali aja punya stock cerita. Brasa detektif gitu pas wawancara. Huhuu… -.-“ 

Nanya beberapa kasus kematian, ada yang kisah temennya temenku. Pas lebaran masih segar bugar, ternyata 1 minggu berikutnya dia udah meninggal, dan ternyata sebelumnya dia udah sakit parah komplikasi ginjal, liver, dan TBC. Padahal dia anak laki-laki satu-satunya dalam keluarga. Ya Allah, ngeri aku bayanginnya..

Ada juga cerita tentang kecelakaan satu mobil pengantar rombongan haji. Pas itu mobil temenku disalip-salip terus pas mau ngantar ibunya haji, ga taunya pulang dari ngantar  haji itu, mobil yang sebelumnya suka nyalip-nyalip ditemukan mengalami kecelakaan, dan semua yang ada di dalamnya meninggal saat itu juga. Ada lagi tentang pembunuhan di saat mudik lebaran.. kebayang rasanya liat kepala ngluntung di jalan? Hiiyy… aq ngeri dan cuma bisa berucap innalillahi…

Itu baru cerita kematian yang ga seberapa. Belum lagi temenku itu lanjutin lagi cerita tentang kematian. Kata dia, dia pernah denger tentang berita orang yang hobi bunuh diri di jepang. Di sana ada sebuah hutan tempat orang-orang yang akan bunuh diri. Nama hutan tsb adalah Aokigahara. Alasan bunuh dirinya juga macem2..  Tau kan kalo di jepang itu terkenal dengan Harakiri, mereka lebih memilih mati dibanding menahan malu. Jadi bunuh diri itu hal yang biasa.

Ini ada cuplikan kata-kata di artikel ttg hutan aokigahara(lebih panjangnya bisa dibaca di artikel aslinya)

Tahun demi tahun semakin banyak saja orang Jepang yang bunuh diri di hutan ini. Aokigahara. Tempat favorit bagi mereka yang ingin bunuh diri. Yah… aku tidak akan mengeluh, karena bagaimanapun juga, semakin banyak mereka yang mati berarti pendapatanku semakin bertambah.

Orang Jepang menyebut hutan ini sebagai ”hutan bunuh diri” sehingga mau tak mau tak jarang orang berpersepsi keliru mengenai orang-orang yang datang ke hutan ini. Aku datang ke sini bukan sebagai turis entah untuk menikmati pemandangan gunung Fuji di sebelah barat ataupun suasana mistis yang hanya dimiliki oleh tempat di mana ratusan bahkan ribuan nyawa melayang di lokasi yang sama.

Aku datang untuk mencari nafkah. Untuk bertahan hidup. Seperti yang telah kuamati selama ini, malam-malam pada perayaan seperti tahun baru inilah yang biasanya digunakan oleh sebagian orang Jepang untuk mengakhiri nyawanya sendiri. Di tengah tawa dan pesta penduduknya, ada segelintir orang yang mengasingkan diri dan merasa bahwa saat itulah… saat terbaik untuk mengucapkan selamat tinggal pada dunia.

Juga di Golden Gate yang tingkat kematiannya tinggi dan merupakan tempat bunuh diri paling laris di Amerika. 

Menurut beberapa catatan yang berhasil dikumpulkan, jembatan tersebut setidaknya telah menjadi tempat untuk paling kurang 1300 orang yang memilih mengakhiri jiwa mereka sendiri. Menjadikan tempat ini sebagai tempat bunuh diri terlaris dalam sejarah Amerika, dan sangat mungkin dalam sejarah dunia, sejak jembatan tersebut dibuka pada tahun 1937. Biaya pembangunan jembatan itu sendiri tidak kurang dari 35 juta USD.

Ia memperkirakan bahwa rata-rata satu orang setiap dua minggu melakukan bunuh diri di jembatan ini. Tapi angka sesungguhnya mungkin malah lebih tinggi dari jumlah yang ia perkirakan, sebab banyak yang jasadnya tidak diketemukan. Sebab lain adalah sebagian besar yang bunuh diri terjadi pada malam hari, dan jasad mereka tak ditemukan.

Bayangin dah! Ngeri pasti! Liat aja di artikel ini tentang aokigahara dan Golden gate.  Rasanya mendadak perutku mual-mual nahan muntah. >,<

Liat fenomena itu, jadi terbayang… Sebenernya, apa orang yang bunuh diri itu merasa frustasi karena kehidupan? Kalo iya, kenapa sampai ke titik itu? Sebuah kejenuhan pasti ada jalan keluarnya. Itu pasti, meski setiap ujian berat, tak ada yang tak mungkin terselesaikan. 
Ah ya, tapi mungkin benar kata temanku, 
“Karena di hati mereka tak ada Tuhan.., meski mereka menganut Shinto..” 
really??
Lalu, apa mereka tak merasa bahagia?

Pertanyaan ini justru dijawab oleh banyaknya buku-buku tentang cara mudah bahagia, seperti buku “Menjadi wanita paling bahagia” Dr. Aidh Al Qarni.  Buku itu laris manis di toko buku. Lalu, akankah buku Menjawab Atheis Indonesia(Eko Arryawan) juga mampu memberi jawaban atas pertanyaan-pertanyaan mereka tentang adanya Tuhan? Bahwa Tuhan ada dan akan selalu menjawab doa-doa kita, membantu kita menyelesaikan ujian hidup? Well, saya penasaran dengan buku ini. Semoga mba Fanny bisa ngasih satu ya buat aku, hehe… :D


Segini aja dulu ya tulisan buat Giveaway Mba Fanny, kalo dipanjangin lagi bisa nyampe 5 halaman. Heuheuu.. dan akhirnya, aku tutup  tulisan kali ini dengan harapan, semoga tak ada lagi kasus bunuh diri di sekitar kita. Kematian terlalu dekat untuk menjadi penanda bahwa hidup ini singkat . Jadi isilah dengan hal-hal istimewa dan bermanfaat.


Semarang 25 September 2011, 17:05

Oya, buku  Radiant Shadow- hadiah dari Giveaway mba Fanny udah nyampe, hehe.. lupa ngabarin. :D  

Buku Menjawab Atheis Indonesia

SAATNYA KITA MULAI BELAJAR MENULIS NOVEL, HOW TO MAKE IT? LETS CHECK IT OUT!

SAATNYA KITA MULAI BELAJAR MENULIS NOVEL, HOW TO MAKE IT? LETS CHECK IT OUT.

by Nyi Penengah Dewanti on Tuesday, September 20, 2011 at 12:07pm

Setelah kita bisa menguasai cara membuat puisi, ff, fts, dan cerpen. sekarang giliran kita mencoba membuat gebrakan membuat novel. pelan-pelan saja, kerjakan demi lembar perhari, atau misal kita target 4 lembar sehari, insyallah hasilnya dalam sebulan impian punya buku solo terlaksana, tinggal tembel sana-sini, edit kanan edit kiri, perhatikan EYD, tanda baca. Kita tidak akan pernah tau kalau tidak mencoba, benar begitu?  tapi semua tergantung niat dan kedisplinan kita. Saya sendiri ingin sekali, tapi kegiatan sok sibuk saya membuat saya berkata, nanti ah, nanti ah, hihihi sampe detik ini, ya nihil :D. Ini hasil browsing saya cara membuat novel. mari kita belajar bersama, how to make it, are u ready? siapkan pena dan kertasmu, catat bagian-bagian penting. "Sebaik-baiknya manusia, adalah manusia yang bisa memberikan manfaatnya bagi orang lain." Bismillah :

MAU BIKIN NOVEL?

Membuat novel memang sudah pasti akan membutuhkan energi dan waktu yang lebih banyak dibandingkan membuat tulisan pendek seperti cerpen atau artikel. Secara garis besar yang perlu dilakukan dalam menulis novel – atau buku – adalah:

* Langkah pertama: mencari/mendapatkan ide
* Langkah kedua: ide dikembangkan menjadi sinopsis. Di tahap ini kita juga sudah harus menentukan karakteristik para tokohnya.
* Langkah ketiga: sinopsis dikembangkan menjadi storyline
* Langkah keempat: storyline dikembangkan menjadi draft awal
* Langkah kelima: draft awal disempurnakan untuk menjadi draft akhir

Berikut ini adalah contoh lima langkah tersebut yang diambil dari postingan-postingan milis menulisnovel@yahoogroups.com:

I. Ide:

Seorang guru naksir muridnya sendiri. Namun, celakanya, muridnya yang juga bunga sekolah itu juga ditaksir oleh teman sekelasnya. Guru pun harus bersaing ‘dingin’ dengan sang siswa. Konflik bermunculan: pantaskah guru fall in love dengan anak didiknya? Bagaimanakah model persaingan antara guru-murid karena rebutan cewe? Bagaimana jika hal itu ketahuan staff guru yang lain? Dalam persaingan ‘dingin’ itu, harga dirinya sebagai guru dipertaruhkan. Yang manakah akan dipilih: Posisi dan harga dirinya sebagai guru, atau, cintanya terhadap si bunga sekolah yang ternyata diam-diam juga memendam perasaan padanya.

II. Sinopsis: Ide diatas dibuat menjadi alur cerita 3 babak (tidak baku dan bisa dibuat beberapa babak). Babak I adalah perkenalan tokoh dan latar belakang, Babak II adalah muncul dan meningkatnya konflik, Babak III konflik memuncak dan berakhir.
Contoh :

BABAK – 1

Latar Belakang
————–TAHUN 2003—————-
Kelas 3 pada SMA naungan sebuah Yayasan Pendidikan di salah satu kota menerima seorang siswi baru pindahan dari kota lain. Syahda Rinaia, demikian nama siswi itu (deskripsi : 17 tahun, kelas 3, anak orang berada, cantik, cerdas, ceria, supel, ekspresif, semampai, bermata indah, berlesung pipi, penikmat sastra dan suka menulis puisi). Kehadiran dara manis ini membuat para cowok dikelas itu berlomba untuk menarik perhatiannya demi meraih cintanya.

Begitu juga halnya Arjun Sambudi, (deskripsi : 18 tahun, kelas 3, keren, atletis, ngetop di sekolah karena prestasinya di bidang olahraga, anak salah seorang donatur Yayasan), tak ketinggalan berupaya untuk mendapatkan cintanya Syahda. Dengan “modal” yang dimilikinya, tak membutuhkan waktu yang lama bagi Arjun untuk mendapatkan cinta Syahda. Singkat cerita, Arjun dan Syahda sudah menjadi sepasang kekasih. Diam-diam ternyata salah satu dari guru yang baru 9 bulan mengajar, Aksoro Pinandito (deskripsi: 27 tahun, baby face, penyendiri, introvert, sabar, bersifat dewasa, berdedikasi, lulusan Sastra Inggris UGM, dari keluarga sederhana, orang tuanya petani di desa), juga terpesona dan sering mengimpikan Syahda, tapi tidak terlalu berharap banyak, karena sadar dirinya orang biasa saja.

Awal Konflik

Pak Akso, demikian panggilan bagi guru sastra itu, kerapkali menulis puisi di majalah dan suratkabar lokal, dengan memakai nama samaran Pulungsari. Suatu hari, salah satu puisi yang ditulisnya di suratkabar lokal merupakan ekspresi perasaan hatinya pada gadis idamannya itu. Puisi itu berjudul Gerimis nan Indah adalah personifikasi dari nama Syahda Rinaia, gadis impiannya sekaligus muridnya sendiri. Syahda yang memiliki hobi mengoleksi puisi-puisi indah kebetulan membacanya juga. Gadis itu sangat terpukau dengan gaya puisi-puisi yang sering ditulis oleh penyair ini, sehingga dia tidak sabar menantikan puisi-puisi baru disetiap minggunya. Kemudian Syahda memberanikan diri untuk menyurati penyair ini untuk berkenalan dan belajar menulis puisi darinya. Hubungan lewat surat-menyurat ini mulai berlangsung secara intensif.

Sangat berbeda dari sifatnya sehari-hari, lewat surat Pak Akso sangat romantis dan lebih berani mengutarakan perasaannya pada Syahda walaupun belum menunjukkan jatidiri dia yang sebenarnya. Akhirlah tumbuh suasana mesra diantara mereka walaupun belum pernah ketemu. Arjun, sebagai kekasih Syahda, tidak tahu akan hal ini.

Hubungan Syahda dengan Arjun mulai renggang, karena sifat Arjun yang egois, sombong dan beberapa sifat lainnya yang tidak disukai Syahda. Syahda pelan-pelan menjauhi Arjun.

BABAK – 2
PERKEMBANGAN KONFLIK
Suatu waktu, Pak Akso sakit cacar yang membutuhkan perawatan di rumah sakit sehingga untuk beberapa waktu tidak ada puisi baru yang ditulisnya. Syahda yang sudah kecanduan dan merindukan puisi-puisinya, menanyakan langsung kabar dari penyair ini kepada staf redaksi koran dimana puisinya sering dimuat.
Dengan kegigihannya untuk mendapatkan informasi, akhirnya Syahda menemukan Pak Akso yang masih berbaring di rumah sakit.

Disinilah Syahda terkejut dan tahu siapa sebenarnya penyair yang dia dambakan selama ini.
Pak Akso pada awalnya menyangkal, tapi Syahda dengan jujur mengakui perasaan cinta itu. Akhirnya Pak Akso mengakui perasaannya yang sebenarnya dan langsung disambut oleh Syahda dengan sukacita.

Pak Akso mulai sehat dan kembali mengajar. Di sekolah mereka berdua merahasiakan hubungannya. Walaupun dirahasiakan, di kelas tak dapat disangkal perhatian Pak Akso terhadap Syahda memang sedikit lebih dibandingkan perhatiannya terhadap siswa-siswa lainnya. Syahda juga kelihatan senang atas perhatian sang guru ini. Syahda lebih sering terlihat bersama Pak Akso untuk belajar membuat puisi dan mengkajinya. Siswa lainnya sudah mulai tahu dengan perkembangan ini. Banyak cowok di kelas itu mulai tidak suka pada Pak Akso.

Arjun yang ternyata masih menyimpan rasa kepada Syahda mulai terbakar api cemburu dan mulai memupuk dendam pada Pak Akso.

BABAK – 3
KLIMAKS
Arjun dan kelompoknya merencanakan plot licik untuk mencelakakan Pak Akso. Beberapa kali rencana dilaksanakan, dari mengendorkan baut-baut di motor Pak Akso agar terjadi kecelakaan tapi Alhamdulilah masih selamat sampai menyebarkan fitnah yang keji bahwa Pak Akso bisa diterima jadi guru di sekolah itu karena menyogok sejumlah uang, dan sampai sekarangpun sogokannya itu belum lunas dengan memotong sebagian dari gajinya. Walaupun dianiaya oleh muridnya sendiri, namun Pak Akso tetap bersabar, karena dia tahu Arjun adalah anak Pak Tirto Sambudi, orang berpengaruh di Yayasan tempat dia bekerja.

Suatu ketika, kejahatan Arjun sudah kelewat batas. Selagi belajar di kelas, Arjun membuat ulah yang memancing kemarahan Pak Akso. Pak Akso menegurnya dengan sopan, tapi Arjun malah menantang dengan menyebutnya “anak desa penggembala kerbau yang sok belagu”. Pak Akso khilaf dari kesabarannya dan memegang Arjun, sehingga hampirlah terjadi perkelahian diantara mereka, tapi sempat dipisahkan oleh murid-murid lainnya.

Dendam Arjun tidak cukup sampai disitu saja. Sewaktu Pak Akso pulang dari sekolah melewati sebuah gang, tiba-tiba Pak Akso dihadang oleh 4 orang pemuda berandalan, suruhannya Arjun dan disanalah Pak Akso dihajar habis-habisan. Pak Akso babak belur dan biru lebam, untung saja sempat dibantu oleh penduduk setempat dan dibawa ke rumah sakit.

Malang benar nasib Pak Akso, sudah jatuh ditimpa tangga pula. Pak Akso dipecat oleh Kepala Sekolah atas perintah pemilik Yayasan, dengan alasan mengajak muridnya sendiri berkelahi. Ini jelas dari usahanya Arjun yang menghasut orang tuanya dan rekan-rekan orang tuanya untuk “menghabisi” Pak Akso.
Orang tuanya Syahda juga dipanggil, diberitahu bahwa anak gadisnya selama ini ada hubungan rahasia dengan guru yang baru dipecat itu. Orang tua Syahda memperingatkan anaknya jangan lagi berhubungan dengan guru itu.

ANTIKLIMAKS
Kedua orang tuanya di desa sedih dan pergi ke kota menjenguk Pak Akso. Karena sudah dipecat, dan tidak ada kerja lagi, Pak Akso memenuhi keinginan orang tuanya untuk kembali ke desa untuk memulihkan fisik dan mentalnya yang mulai rapuh. Syahda sedih sepeninggal Pak Akso ke desa, tapi dia juga tidak berani menentang kehendak orang tuanya. Singkat cerita kelulusan sekolah sudah sampai. Syahda tetap menolak ajakan untuk kembali yang ditawarkan Arjun Hatinya sudah tertutup bagi Arjun.

Syahda akan dikirim oleh orang tuanya untuk melanjutkan kuliah ke luar negeri. Sebelum berangkat, Syahda sempat menyurati Pak Akso di desa. Dalam suratnya, Syahda minta doanya Pak Akso, agar cita-citanya berhasil dan dia juga mendoakan Pak Akso agar tabah dan suatu ketika semoga apa yang mereka cita-citakan dikabulkan Yang Maha Kuasa Kalau memang jodoh, kita akan bisa bertemu lagi, katanya. Pak Akso sedih namun rela melepaskan dan mendoakan Gerimis nan Indah ini untuk membasahi bumi lainnya yang kekeringan.

HAPPY ENDING

————————— 4 Tahun Kemudian (TAHUN 2007) ——————-
Pada bulan Agustus, angin muson (monsoon) yang membawa uap-uap air dari Samudera Hindia sering menyebabkan hujan di sebagian besar semenanjung India. Begitu juga saat ini, gerimis mulai membasahi lahan di kampus Delhi University. Pak Akso, sekarang 31 tahun, baru satu bulan menginjakkan kaki di kampus ini berkat beasiswa S2 yang berhasil diraihnya. Dia yang dua tahun lalu diangkat menjadi Dosen PNS, sekarang melanjutkan kuliahnya pada Post Graduate di Department of Linguistics, Delhi University, New Delhi, India. Pak Akso berlari-lari kecil menuju gedung perpustakaan agar gerimis tidak terlanjur membasahi dirinya. Karena berlari tergesa-gesa dan pandangannya menunduk ke bawah, tanpa sengaja dia menabrak seorang mahasiswi yang mengenakan payung. Berhamburanlah buku-buku dan tas yang semula berada dalam pegangan mahasiswi itu dan sekarang basah karena jatuh ke aspal yang telah diguyur hujan. Mahasiswi itu mengenakan salwar kameez, seperangkat pakaian tradisional yang biasa di kenakan oleh wanita dan pria di Asia Selatan. Tapi yang sedikit unik, mahasiswi ini juga mengenakan jilbab, dengan lehernya dilingkari dupatta, selendang panjang.

Pak Akso gelagapan dan merasa bersalah, dan segera mengumpulkan kembali buku-buku yang berjatuhan itu seraya sambil minta maaf. Tapi ketika melihat wajah mahasiswi itu, Pak Akso bergeming, dia terpesona bercampur terkejut. Wajah mahasiswi yang berlumuran bulir rinai gerimis itu sangat cantik, lebih dari itu wajah ini membawanya kembali pada kenangan 4 tahun lalu semasa dia menjadi guru SMA di tanah air. Begitu juga halnya Syahda, dia juga terkejut, tidak menyangka bisa ketemu lagi dengan mantan gurunya yang pernah dikasihinya dulu. Syahda (saat ini umur 21 tahun) sedang menyelesaikan tugas akhirnya pada program S1 di jurusan Linguistik, yaitu jurusan yang sama diambil oleh Pak Akso. Dalam keheningan sekejap itu, Pak Akso sempat berucap syukur, gerimis nan indah itu telah turun lagi untuk membasahi jiwanya yang mulai semangat kembali. Mereka membiarkan untuk sementara waktu air hujan membasahi tubuh mereka, sebelum akhirnya mereka berdua masuk ke gedung perpustakaan untuk mulai lagi merajut kisah yang baru.

——– SELESAI ———

IV. Storyline: Sinopsis 3 babak diurai menjadi detil adegan.
Contoh :

BABAK 1

1. Di sebuah sekolah di Jakarta. Pagi itu para murid kelihatan mulai dengan aktititasnya sehari-hari; Ada yang berangkat secara sendiri-sendiri atau rombongan. Tiba-tiba Arjun beserta ganknya, datang dengan mobil yang soundsystemnya digeber keras-keras seolah-olah dia mau memamerkan apa yang dia punya. Selain Arjun ada Joni yang playboy, Bocel si tukang pukul, dan juga Robi yang cuma pinter dalam teori cinta tapi terus ngejomblo. Arjun adalah putera tunggak ketua yayasan sekolah. Ekspresi bermacam-macam dari penghuni sekolah terhadap Arjun ada yang cuek,sinis bahkan simpati. Termasuk kelompok remaja putri yang dikomandani Tari Ogut (nama beken dari Tari Wulandari karena ada nama murid yang hampir sama dengannya yakni Tari Sukmaningsih). Gang Tari terdiri dari Tari, Lina “Oneng” Nurlina, dan Setyowati si Jawir. (Ada potensi komedi).

2. Bel berbunyi. Saatnya murid masuk ke kelas masing-masing. Kelas 3c nampak ramai karena guru belum datang. Penghuni kelas saling bergosip ria. Sedikit terlambat Pak Vandi masuk ke kelas. Suasana kelas hening, seperti biasa karena wajahnya yang ganteng mirip seperti aktor India membuat para cewek saling kasak-kusuk bersimpati dan yang sering dilakukan mereka adalah kirim sms ke Hp diantara mereka. (Kejadian ini tahun 2003. Belum semua siswa punya hape).

3. Bu Rukmi (45 tahun, ibu 2 anak, guru BP) mengetuk pintu kelas. Pak Vandi keluar kelas dan sebentar tertegun melihat Syahda, seorang cewek mempesona yang mobilnya berhenti di kios majalah seberang tempat kostnya, ia melihatnya saat mau berangkat ke sekolah. Akhirnya Pak Vandi memperkenalkan Syahda, kelas riuh dengan celotehan para cowok. Pak Vandipun turut tertarik mengingat iapun masih jomblo.

4. Ada bangku kosong dibelakang. Sebelum Pak Vandi menata duduk Syahda maka secepat kilat Arjun yang duduk ditengah mengusir Joni yang duduk disebelahnya untuk pindah kebelakang. Hati Arjunpun berbunga-bunga saat itu karena Syahda duduk berdampingan dengannya. PDKT dan rayuan maut mulai ditebar oleh si Arjun. (Ada potensi Komedi).

5. Saat menonton basket, Syahda bertanya2 tentang pak Vandi ke Tari Ogut. Disini diceritakan tentang nama pak Vandi. Namanya sebetulnya Irvandi dst. Karena kurang umum, ada yang manggil Irvan, Vandi, Wandi, atau nama tengahnya Budi. Di sekolah, murid2 memanggilnya Pak Vandi. (Catatan: ini tabungan informasi untuk adegan2 berikutnya). Pak Vandi memang salah satu guru idola. Arjun yang tengah bermain, sadar dari gerak mata Shahda bahwa gadis itu agak tertarik pada Pak Vandi. Arjun lalu memamerkan unjuk kebolehannya di pertandingan Basket. Sorak-sorai mendukungnya. Diam-diam Syahda tertarik juga akan diri Arjun. Tari Ogut mengajak Syahda masuk dalam kelompoknya.

6. Arjun yang mengejar Syahda menemuinya di kios majalah. Saat itu Arjun beralasan mau membeli majalah yang membahas mobil dan tetebengeknya maklum ia lagi gandrung untuk mempercantik mobilnya. Dalam obrolan itu Arjun baru mengetahui bahwa Syahda ternyata penikmat puisi. (Catatan: Syahda itu tipe Melankolik; Di scene ini ada informasi bahwa salah satu dari beberpa penulis puisi pujaannya adalah Pulungsari).

7. Malamnya, di tempat kost, orangtua Vandi di daerah menelpon macam2 dan mulai menyinggung soal jodoh tapi Vandi mengelak. Begitu telpon ditutup, ada lagi telpon dari Pak Jo dari koran Rakyat Pos yang menanyai kapan lagi ia bisa mengirim puisi. Vandi dengan Pak Jo sudah amat akrab dan Vandi sering dipanggil Budi, nama tengahnya, dengan alasan nama Vandi amat tidak umum. Saat duduk di depan laptop bututnya, ia teringat Syahda dan mulai menulis puisi tentang Syahda yaitu Gerimis Nan Indah/GNI. (Disini ada informasi bahwa untuk menambah penghasilan Pak Vandi sering buat puisi, artikel, cerpen dan opini untuk dikirim ke majalah & surat kabar. Hasil honor ia kumpulkan akhirnya kesampaian juga untuk membeli motor kreditan).

8. Beberapa hari berikutnya, Minggu. Syahda mau membeli majalah lagi tetapi stok habis. Iseng-iseng Syahda baca-baca koran yang ada disitu. Tak sengaja dia baca kolom puisi dan disitu ia menemukan puisi Gerimis Nan Indah kiriman dari Pulungsari.

9. Syahda yang tertarik puisi dari Pulungsari lalu mengoleksi puisi itu dengan membuat klipping di bukunya. Arjun yang datang dan ‘dicuekin’ karena kesibukan itu lantas pulang.

10. Arjun minta bantuan Joni si playboy untuk membuat puisi untuknya. Tapi walaupun sudah dibelikan minuman berenergi dan macam-macam cemilan, puisinya tetap jelek. Dalam keadaan terdesak Arjun bilang bahwa yang pinter nulis sebetulnya adalah Robi. Robi lantas ditelpon. Sebetulnya Robi malas. Tapi karena diancam, ia lantas menyanggupi. Tidak perlu diuraikan proses pembuatan puisi oleh Robi. (Ada potensi komedi).

11. Dasar Syahda yang lagi kasmaran dengan puisi cinta akhirnya kepincut juga sama Arjun. Ada respon sedikit di manfaatkan oleh Arjun untuk ‘nembak’ dan mengumumkan bahwa Syahda adalah pacarnya. Padahal Syahda baru sampai pada taraf tertarik saja pada Arjun.

12. Syahda minta tolong Mak Yem, pembantunya untuk menelpon penerbit Rakyat Pos. Sementara itu ia dapat kabar dari Tari Ogut tentang ulah Arjun yang ketahuan mabuk di kantin sekolah. Tak lama Mak Yem bisa tersambung dengan Pak Jo sebelum kemudian menyambungkan lagi dengan Syahda. (Ada potensi Komedi).

13. Vandi mendapat email dari Syahda yang mengaku bernama Ririn yang sangat tertarik dengan puisinya dan ingin belajar tentang cara membuatnya. Vandi tak keberatan.

BABAK 2
14. Syahda penasaran karena Pulungsari tidak pernah lagi terlihat karya-karyanya. Kiriman emailpun tidak ada lagi. Padahal Syahda sudah berkali-kali menanyakan melalui alamat email tersebut. Ia lalu menelpon Pak Jo lagi dan dengan setengah memaksa lantas mendapatkan nomor telpon dan alamat kost Pulungsari.

15. Saat di kantin Arjun datang menghampiri Syahda untuk minta maaf atas kejadian mabuk-mabukan. Ia memberikan surat yang didalamnya juga ada puisi (pesan ke Joni). Syahda cuek & dingin aja menerima surat itu, hatinya sudah tak bergairah karena ia masih kepikiran Pulungsari. (Catatan: di bagian ini ada informasi bahwa Pak Vandi sakit dan Syahda sama sekali tidak menduga bahwa Pak Vandi adalah Pulungsari).

16. Dari Pak Jubir (pemilik kos) akhirnya Syahda tahu kalau Budi ditempat tinggalnya Pak Vandi Sambudi lebih dikenal dengan nama panggilan Pak Budi) sedang sakit typus dan opname dirumah sakit yang kebetulan jaraknya hanya 100 meter dari situ. Karena tanggung, Syahda memutuskan mengunjungi di RS. Apalagi saat itu jam besuk hanya tinggal setengah jam lagi.

17. Alangkat kagetnya Syahda saat ketemu Pak Vandi. Dia hampir tak percaya dan tersipu malu kala mengetahui bahwa Pulungsari adalah Pak Vandi. Karena setiap kontak ia selalu mencurahkan isi hatinya dan ternyata dia adalah gurunya sendiri yang banyak menjadi idola di kelas.

18. Di kunjungan2 berikut, saat datang sendiri akhirnya Syahda mengakui mengagumi sekaligus ada benih cinta dihatinya. Awalnya Pak Vandi mengelak mengungkapkan perasaaan hatinya apalagi Syahda adalah anak didiknya sendiri. Tentunya tak patut untuk menjalin cinta amtara guru dan murid. Namun akhirnya kekukuhannya jebol ia mengakui Syahda ada dihatinya sejak awal perkenalan dikelas.

19. Beberapa hari kemudian kabar kedekatan Pak Vandi dengan Syahda sampai ke telinga Arjun. Ia mulai gerah dengan sikap Syahda. Saat mengkonfirmasi ke Syahda, gadis itu tersinggung karena walaupun ia dnegan Pak Vandi hanya berteman, menurutnya Arjun tidak berhak ikut campur. Lagipula memang tidak ada hubungan istimewa antara Syahda dengan Arjun. Arjun pulang ke rumah dengan perasaan dendam pada gurunya.

20.Arjun menceritakan kekesalannya terhadap Pak Vandi pada kelompoknya. Selain sudah membujuk orangtuanya yang ketua yayasan sekolah, ia juga minta bantuan kepada Robi, Joni dan khususnya Bocel dan kelompoknya untuk merancang strategi (teror fisik dan mental) untuk menjahili Pak Vandi. Layaknya partai politik yang ingin memenangkan calonnya mereka merancang beberapa sekenario untuk menjatuhkan Pak Vandi agar tidak kerasan lagi mengajar di sekolah tersebut. (Ada potensi komedi).

21. Arjun menempelkan selebaran di kantin untuk memfitnah Pak Vandi. Hal itu ketahuan Bu Marni tapi menyadari bahwa Arjun adalah anak ketua yayasan sekolah, ia hanya curhat pada Pak Vandi. (Catatan: ada informasi bahwa Vandi tengah mencari beasiswa belajar ke LN. India adalah salah satu pilihannya)

22.Syahda masih begitu asyiknya mencari inspirasi untuk membuat puisi yang romantis. Hawa cinta yang menggebu dan keyakinannya akan sosok pribadi Pak Vandi tak membuatnya terpengaruh akan isu-isu yang beredar meski awalnya hatinya sempat galau.

23.Orang tua Syahda mendapat surat kaleng yang dilampiri foto hasil jepretan kamera milik Arjun yang menyebutkan terjalinnya hubungan percintaan antara Syahda dan Pak Vandi. Mak Yem yang menemukan surat itu pertamakali. Syahda kemudian diinterogasi. (Ada potensi komedi ketika Mak Yem ikut menginterogasi).

24.Teror mental. Di kelas Arjun dan kelompoknya mulai acuh dan berulah saat mata pelajaran Pak Vandi. Ulah Arjun mendapat teguran dari Pak Vandi namun tak digubris. Ledekan dan kata-kata Arjun membuat Pak Vandi naik pitam dan tanpa sadar emosinya muncul menantang duel secara jantan.

25.Teror fisik direncanakan. Bocel dan kelompoknya siap menghadang Pak Vandi sewaktu perjalanan pulang dari sekolah tapi Robi mendadak kebelet. Begitu sudah beres, mendadak ketua mereka (Bocel) tiba-tiba sakit gigi. Rencana kemudian digagalkan karena momentumnya sudah terlewat. (Ada pontensi komedi).

26.Perilaku dan ucapan dikelas terhadap Arjun masuk laporan ke Kepala Sekolah, diadakan Arjun rapat guru atas desakan orang yang berpengaruh (Bapaknya Arjun). (Catatan: Hasil rapat dirahasiakan pada pembaca).

27. Syahda yang akrab dengan Mbak Yem, menunjukkan puisi pertama bikinannya yang ia buat atas saran2 Pak Vandi yang ditulis tangan di atas kertas pink dengan tekstur khusus. Menurut Mak Yem, puisinya cukup bagus. Syahda senang dan akan menyerahkan pada Pak Vandi di pertemuan pertama. (Ada pontensi humor).

28. Pertemuan Pak Vandi dengan Syahda. Syahda yang sudah sangat jatuh cinta meminta ijin agar diluar sekolah ia memanggil nama Vandi tanpa embel2 ‘pak’ layaknya seorang kekasih. Pak Vandi tidak menanggapi. Melihat raut wajah murungnya, Syahda penasaran dan akhirnya mendapat info bahwa Pak Vandi dikeluarkan dari sekolah. Pak Vandi yang tahu bahwa Syahda mencintainya buru2 menyergah ketika Syahda akan mengutarakan isi hatinya. Alasannya: ia terlanjur akan belajar ke LN karena mendapatkan beasiswa. Syahda sedih dan terjadi perpisahan di antara mereka berdua. Saat Arjun menegur, Syahda malah menatap dengan benci. Saat itu Arjun tahu bahwa cintanya pada Syahda telah sepenuhnya ditolak.

BABAK 3
29. Empat tahun berlalu. Di pertengahan tahun 2007(?), terlihat di kantin sebuah kampus Joko sedang ngobrol. Mereka berdua telah berada di India. Sendau gurau berkisar pada para mahasiswi yang lalu lalang didepan mereka. Lagi-lagi ada telpon dari orangtua Vandi yang menanyakan kapan ia mendapatkan pasangan hidup. Vandi sampai hafal kata2 nasihatnya seperti “bapak-ibumu kan sudah tua. Kami ingin segera meminang cucu.” (Catatan: ada informasi bahwa Vandi segera mengakhiri kuliahnya dan akan kembali ke Indonesia esok lusa).

30. Jasmine (mahasiswa asal Indonesia yang sekampus,manis,cerdas,supel) menemui Pak Vandi di perpustakaan. (Catatan: berikan latar-belakang gadis India). Jasmine sendiri yang menurut pantauan dan perasaanya ada perhatian lebih padanya.

31. Di pesawat ke Jakarta, saat melihat seorang gadis Indonesia, Akso teringat Syahda. Ia membuka dompetnya dan mengelurkan lipatan kertas buram dan membaca puisi yang gadis itu pernah buatkan untuknya.

32. Hari sudah malam saat Vandi tiba di bandara Jakarta. Di saat yang nyaris bersamaan ternyata ada pesawat dari Singapore yang tiba. Saat menunggu koper di ban berjalan, Vandi menelpon Joko. (Ada pontensi komedi disini). Ia juga menceritakan bahwa ia membaca puisi Syahda. Menurut Joko, jika Syahda itu soulmate, Vandi akan bertemu lagi dengannya dalam suatu cara yang tidak disangka-sangka.

33. Koper Vandi ternyata koper yang terakhir didapatkan penumpang pesawat. Hari makin larut. Karena faktor kehati-hatian, Vandi tidak sembarangan memilih taksi untuk mengantarnya ke losmen sebelum melanjutkan pulang ke daerah asal besok paginya. Taksi pilihannya ternyata hanya tinggal satu. Saat ia akan memakai taksi itu, ia berebutan dengan seorang gadis. Ia kaget saat mengetahui bahwa gadis itu adalah Syahda yang baru saja mengikuti pelatihan sebagai management trainee di Singapore. Mereka kikuk. Tak ada pilihan lain, mereka lantas naik taksi yang sama menuju Jakarta.

34. Di taksi, mereka tidak banyak bicara. Vandi tiba duluan di tempat tujuan. Saat hendak membayar ongkos secara sebagian dari dompetnya terjatuh kertas warna pink dengan tekstur/pola khusus. Syahda mengenalinya sebagai kertas puisi buatannya. Syahda diluar dugaan mengeluarkan selembar kertas kecil lain dari dompetnya. Ternyata itu adalah klipping puisi Gerimis Nan Indah. Karena masih jomblo, Syahda menguatkan diri dan menyatakan isi hatinya. Vandi ternyata terdiam dan ini membuat Syahda kuatir apakah Vandi sudah berkeluarga atau belum. Tak lama, hape Vandi berbunyi. Ternyata itu adalah telpon dari keluarganya. Saat mereka bertanya lagi pertanyaan yang itu-itu juga, Vandi sengaja menghidupkan speaker phone agar didengar oleh Syahda. Ketika mereka mengulang pertanyaan, Vandi menjawab bahwa ia sudah memiliki seorang calon pendamping hidup yang saat itu tengah ada bersama-sama dirinya.

TAMAT
V. DRAFT AWAL
VI. DRAFT AKHIR
Untuk dua contoh di atas tentu tidak dapat diuraikan disini karena sudah merupakan satu kesatuan novel secara utuh. Yang jelas, Draft Awal adalah naskah dimana Storyline 3 babak diuraikan tiap scene atau adegan. Draft Akhir adalah untuk proses Aging/pendiaman, termasuk memperhalus kata-kata.

TIPS:
Dalam membuat novel ada begitu banyak hal yang perlu diperhatikan. Beberapa di antaranya:
1. Perombakan nama tokoh, tempat, serta lokasi kejadian, dan bahkan struktur cerita, masih diperbolehkan hingga tahap pembuatan storyline. Setelah memasuki draft awal, semua itu ditabukan.
2. Momok paling menentukan adalah kebuntuan. Deadlock. Tapi selama semangat menulis tetap membara dan selalu berdoa minta kepinteran sama Yang Maha Kuasa, percayalah, deadlock hanyalah kerikil kecil yang dengan mudah kita cemplungin ke got.
3. Metode pembuatan sinopsis 3 babak bukan metode baku. Penulis bisa membuat dengan format lain. Kendati demikian, sinopsis 3 babak merupakan pola yang paling banyak dipakai dalam pembuatan sebuah cerita berdurasi panjang.
4. Hindari tokoh atau kejadian yang mendadak muncul di tengah cerita dan akibat berdampak bahwa kemunculannya ‘maksain.’ Jika hal itu mau dilakukan, perlu ada ‘tabungan informasi’ di awal cerita.
5. Hati-hati dengan pemberian nama tokoh. Kemunculan tokoh (bukan tokoh utama) yang diberi nama, harus punya tujuan. Entah dengan cara akan muncul lagi di bagian berikut, atau akan memberi unsur kejutan bagi pembaca. Nama tokoh yang terlalu banyak akan membuat pembaca dibingungkan.

Selamat mencoba!

'Hidup tanpa cita-cita adalah mati dan cita-cita tanpa usaha adalah mimpi.'
mari bersama menggapai cita-cita setinggi-tingginya.