Pages

Minggu, 09 Oktober 2011

Kerja proyek itu sesuatu banget

Bismillah...

(semoga ada kebaikan dari setiap kata yang saya tulis.. hanya ingin menyampaikan kebenaran... :) )
Postingan ini terinspirasi dari tulisan mba tarry di blognya. Sebuah postingan berjudul  "Jadi Kuli itu Tidak Enak".

Mba tarry menulis begini :
Alhamdulillah setelah jatuh bangun di awal aku datang ke Hong Kong, akhirnya  aku dapat Boss baik dan gaji sesuai standart. Aku dapatkan hak-hakku tapi ada satu hal yang tidak aku dapatkan yaitu kebebasan. Aku bagaikan burung di dalam sangkar emas. Aku dapatkan kenyamanan tapi harus mentaati aturan-aturan yang ditetapkan tanpa bisa terbang bebas kemanapun yang aku inginkan. 

Saat mba tarry bercerita tentang kehidupan dirinya yang terpaksa bekerja dengan sistem gaji yang ditetapkan. Mba tarry harus menjalani 1 tahun pertama dengan gaji dipotong. sesuatu yang membuatnya harus bersabar agar bisa menabung untuk masa depan dan  nantinya memulai usaha baru saat tiba di tanah air kembali. Ini membuat saya jadi teringat pertama kali mendapatkan gaji di sebuah dinas pemerintah.(ga usah disebut nama  dinasnya ya, pasti sudah tau karena bisa lihat di profil fb). Bukan tentang jumlahnya. Tapi tekanan batin saat menjalani sebuah ritual mengentri data-data. It's oke, saya suka deadline, saya suka berhubungan dengan data-data. Saya memang menyukai ekspektasi untuk mendapatkan apapun award-award yang bisa saya nanti raih jika target terpenuhi. 
Iming-iming saat itu dari supervisor adalah makin cepat slesai makin baik. Jika mengerjakan data batch sebanyak-banyaknya, artinya semakin banyak uang yang akan saya dapatkan. 
Lalu kemudian, ada  perasaan bersalah hadir. 
Benarkah saya mengerjakan semua ini demi uang? 
Atau demi kevalidan data sensus? 

Nyatanya teman-teman di ruangan saya atau ruangan sebelah satu persatu mulai menanggalkan kejujuran dalam mengolah data, pun termasuk saya. Satu persatu  dari kami mulai merambah mengacak-acak data sensus itu dan tergoda untuk memperbaiki data tanpa melihat dokumen asli sensus yang sudah discan, hanya demi mempercepat waktu kerja. Setiap data yang tidak lengkap memang wajib masuk ke bagian validitas, bagian saya dan teman-teman di ruangan D. Dan tau hasil akhirnya? Banyak data divalidkan secara paksa. Dan supervisornya santai-santai saja....
Hal ini memang bukan hal baru di dinas. Lalu?

Bukan hanya soal data yang tidak valid, tapi juga soal kejelasan kerja. Bayangkan... di kontrak kerja tidak jelas tertulis kami ditempatkan di bagian mana. Temen-temen kecele karena saat itu di hotel, penandatanganan kontrak kerja dilakukan hanya butuh waktu 10 menit saat sesi pelatihan berakhir, sedangkan  kami fresh graduate tidak melihat dengan cermat apa saja point-point penting dalam perjanjian ini. Padahal ada  4 tahapan dalam pengolahan data, yaitu : scanning, correction, completion, dan validation. Ini ternyata sudah direncanakan oleh pihak dinas yang membuat peraturan sekenanya, agar sewaktu-waktu kami bisa dipindahkan di bagian lain (dengan gaji yang tentu saja berbeda- jauh lebih sedikit di banding di  bagian validasi). 

Pengen protes? Tentu saja ga bisa. Bahkan pernah dalam beberapa kali saya dan teman-teman di ruang D harus dipindahkan ke ruangan lain, dalam 1 bulan pindah-pindah tugas. Glek! benar-benar tak efisien! Kenapa tak efisien? jelas.... karena setiap kali pergantian tugas, kami harus belajar lagi tentang bagian kerja kami yang baru. seperti corection itu bagaimana, apa saja yang harus dikerjakan seorang corection, apa yang harus dilaporkan ke supervisor, dsb. Ini yang membuat kami lemas di awal pemindahan.  Butuh waktu 3hari untuk melatih jemari kami agar bisa bekerja secara normal. Boro-boro mau kerja, bahkan ada teman yang mau mundur karena dirasa sudah tidak sesuai dengan kontrak. Protesnya di kantor tidak diterima. Dan pertanyaan dia tentang surat kerja yang belum kami sentuh sejak tandatangan pertama kali juga tidak digubris. 

Saya bahkan sempat cerita ke teman saya dan teman menyarankan untuk berhenti saja. saya bilang, nanggung kali ya. sudah kerja bahkan belum terima gaji (karena katanya pengajuan pencairan dana proyek itu mundur dari jadwal) akhirnya membuat saya tertahan di sana sambil menguatkan hati, insyaAllah ada hikmah.. insyaAllah ini ga sia-sia....
Dan 6 bulan bukan waktu yang singkat untuk tau seluk beluk di dinas.. rasanya membuat saya makin menangis, andai saya menjadi bagian dari proyek ini dan proyek ini membuat banyak orang sengsara -karena hasil sensus yang tidak valid- brapa dosakah yang akan saya tanggung sampai akhir hayat? 

Bekerja dalam sebuah proyek memang sesuatu banget. Sensus berguna untuk menghitung jumlah penduduk yang ada di bawah garis kemiskinan, dan selama ini data dari dinas memang berbeda dengan data di World bank, sangat jauh berbeda. Jadi ini mempengaruhi kebijakan dalam memberi bantuan untuk raskin. Karena proyek tergantung siapa orang dibalik proyek tersebut, dan saya merasakan proyek kali itu sangat-sangat tidak bagus. 
Semoga Allah mengampuni setiap gerak laku saya saat mengentri data yang tidak valid itu. :'(


091011, 22:53 

Artikel ini diikutsertakan dalam acara GIVEAWAY "CINTA ANTARA 2 NEGARA" yang diadakan oleh Tarry KittyHolic


9 komentar:

  1. Terkadang kita memang terbelit oleh yang namanya idealisme ya...namun sepanjang gak melenceng beneran pastilah Tuhan maha tahu...

    Saya pernah dapat tawaran mengentry data-data seperti itu oleh sebuah badan instansi pemerintah, waah...cara dapetin kerjaannya pun saya udah gak baik (karena saya kenal baik oleh salah seorang kepala bagian yang mengurusi hal ini) saya mulai berpikir *ting-ting* kemana idealisme saya selama ini?

    Sukses ya kontesnya...

    BalasHapus
  2. iya mba,idealisme itu berat.. hehe.. apalagi bagi kami, kerja di pemerintahan sesuatu yang baru.

    selama ini yang aq tahu, data di sensus sering salah dan melenceng jauh sekali, dan ternyata terbukti saat aq sendiri menjalani. banyak data-data tak valid yang terpaksa divalidkan. demi sebuah kepentingan.

    klo untuk masuk, ada yang memang dibawa oleh orang dalam, ada yang murni dari tes. aq murni dari tes, karena emang ga punya kenalan disana, dan justru karena ga punya kenalan itu kagetnya luar biasa setelah tau banyak kecurangan dimana-mana termasuk soal dana proyek yang ga diberikan tepat pada waktunya. dualisme kepemimpina dalam proyek, pembungkaman thdp siapa yang menyebarkan info ttg kinerja dinas, dsb.

    semoga ada banyak hikmah dari kisah ini... :)

    BalasHapus
  3. maaf telat :)
    sepertinya posting yg ini ga masuk hitungan ya? Tp gpp yg pntng bs jd motivasi hehe.
    Sudah dicatat kategori 2. Trimakasih partisipasinya ya. . . .

    BalasHapus
  4. oo...hihi, iya ya... masuk sara. :D
    maafkan kalo postingan ini masuk sara, mba tarry.. :)
    menulis ttg dinas memang sesuatu yang tabu, dan banyak yang ga brani menuliskan di media.
    makasih sudah dicatat.. ;)

    BalasHapus
  5. kok kayak pernah ngalamin juga nih^^
    bukan di pemerintah sih tapi di rekanannya, target dan efisiensi anggaran menjadi target utama hingga akhirnya validitas dan akurasi data diabaikan, padahal hasil 'penelitian' itu yang akan menjadi dasar pengambilan kebijakan pemerintah, yang ujungnya buat rakyat juga...semoga Allah mengampuni kita semua. Salam kenal mba Kiky :)

    BalasHapus
  6. Wow...seru jg kisahnya nih Ky, tapi msh betah kerja di sana kan? :)

    Gudlak ngontesnya yaa^^

    BalasHapus
  7. @mba epay (eh, bener ya panggilannya itu, mba? :D) : iya, itu proyek yang bagiku kesan pertama dan tak terlupakan. heuheu... ya banyak suka dukanya. hehe...

    @mba orin : udah ga, mba.. itu proyek sementara aja. akhir tahun kmrn udah selesai...

    BalasHapus
  8. Lain lagi dengan kerja seorang konsultan lepas (freelance). Kontrak kerja hanya saat masa proyek, sekitar 4-6 bulan. Gaji memang besar, tapi saat2 itu saja. Setelah proyek selesai, nganggur. Nunggu tender proyek lagi tahun anggaran depan. :)

    BalasHapus
  9. iya, ini proyek yang hanya 5-6 bulan aja, kang asop... skrg udah ngga di proyek lagi. gajinya mayan bangett, bisa buat nyicil motor dalam 2 bulan. :D

    BalasHapus

Silahkan tinggalkan komentar. Terimakasih sudah berkunjung.
Mohon komen pakai url blog, bukan link postingan. Komen dengan menggunakan link postingan akan saya hapus karena jadi broken link. :)