Quote of The Day

Selepas musim yang berganti, cara terbaik untuk memudahkan syukurmu terlantun adalah dengan menyederhanakan harapanmu hari ini.

Sabtu, 28 Januari 2012

Borongan Naskah Lolos Event



Bismillah...
Ada beberapa hal yang tak sesuai inginku, tapi Dia memberi hal lain agar aku tersenyum setelahnya. :)

Beberapa naskah yang aku kirimkan untuk event-event nulis akhirnya menemu takdirnya masing-masing. Sebagai dokumentasi pribadi, aku ambil screenshot pengumumannya :D
List naskah:
  1. project aku dan idolaku (pengumuman di sini) 
  2. event aku anak rantau (pengumuman di sini)
  3. event pejoba - pendamping surga (pengumuman di sini)
  4. event ayo nikah( pengumuman di sini)
  5. audisi menulis jonru(pengumuman di sini)
  6. event ultah Grup Untuk Sahabat(pengumuman di sini)
  7. puisi lembaga bhineka(pengumuman di sini)
  8. event teras- pahlawan sejatiku (pengumuman di sini)
  9. event teras - resolusiku(pengumuman di sini)
Alhamdulillah, banyak yg lolos. Meski bagiku, menulis hanya menuangkan unek-unek. karena kepalaku sedang penuh dengan banyak hal  yang membuat stress. mungkin karena itu naskah audisi jonru pun lolos tanpa revisi sama sekali. terbukti menulis sarana efektif untuk membuat pikiranku tetap jernih. :)

 Aku dan Idolaku -masuk 35 besar
Aku Anak Rantau- masuk 25 besar

Calon pendampung surga

pahlawan sejatiku-event teras
35 besar event puisi lembaga bhineka
pemenang favorit-event teras "resolusiku"

Rabu, 18 Januari 2012

Antologi ke-19 ~ Puisi Adalah Hidupku

Bismillah...

Alhamdulillah dapat kabar baik. ^^
Puisiku yang dulu diikutkan di event Mba Dhee Shinzy sudah terbit. 

Taraaaaa, ini surprise! 

Ini puisi galau pertamaku, wekeke... Dikerjain pas malam deadline! :))
Di buku ini juga ada puisi temanku di Smp , hihi... Bareng Indra. Kita berdua absen namanya berurutan pas di kelas. Di buku ini juga. Hihii.. Gak nyangka aja bisa sebuku. :D
Juga sebuku dengan teman-teman grup yang wow, amazing! 
Karena mereka-lah, aku bisa belajar menulis puisi :">

Thanks for everything, all...^^
Bersama kalian-lah aku bertumbuh menjadi lebih baik. 
Semoga berkah ^_^

======================================================

Buku Kumpulan Puisi "Puisi Adalah Hidupku"

Buku Antologi ke-19 :D

Judul buku: Puisi Adalah Hidupku

Penulis: Dhee Shinzy Y. dan 100 penyair (nama 100 penyair ada di belakang cover)
Jenis buku: Antologi puisi
Penerbit: Leutika Prio
Tebal: 221 halm.
Harga: Rp. 45.400;

Silakan sms 082138388988 atau inbox fb Leutika Prio untuk pemesanan.

Tulis nama/alamat/kodepos/
jumlah/judul buku yang dipesan. atau untuk wilayah Bandung bisa dikolektfi oleh Dhee Shinzy Y. GRATIS ONGKIR SELURUH INDONESIA UNTUK PEMBELIAN MINIMAL 90.000;
..........................
....................................
"100 Puisi karya 100 anak bangsa. Persembahan cinta untuk dia yang memiliki kelembutan hati, kelunakan jiwa, keanggunan berpikir dan keindahan dalam bertindak. Dia adalah orang yang memiliki kepekaan luar biasa terhadap segala intrik kehidupan. Karena puisi menjadi falsafah hidupnya setiap saat."

Nama-nama penulis dan judul puisi:


Puisi Adalah Hidupku


1. Inilah aku dengan caraku (Tri Hastuti)

2. Puisiku, Obat Hatiku (Ghiyats Ramadhan)
3. Puisi Dawai Hati (Harlis Setyowati)
4. Sebab Puisi; Aku Mencari Jiwa di Lorong Waktu (Aa_Kaslan)
5. Ini Puisi (Chika Rei)
6. Sepotong Kata (Dafriansyah Putra)
7. Dia, puisi (Leni Nur Hikmah)
8. Pelabuhan Kedua (Kurnia Hidayati)
9. Harapan (Muhammad Abdurrahman)
10. Aku dan Selma (Tin Winardi)
11. Untaian Kata Bukan Fatamorgana (Asysyifa Azzam)
12. Bingkai Syahdu Puisi (Zahara Puteri)
13. Angin Kasmaran (Zahra Zhou)
14. Meniti Ruh Berjuang (Zya Verani)
15. Abang, Kenapa Kita ‘gak Nikah Aja Si… (Fauziah Muslimah)
16. Tanpamu Apa Artinya Hidupku (Asni Ahmad Sueb)
17. Kalbu Tak Sembarang Waktu (Abdullah Kholil)
18. Purnama di matamu, Ayah (Imam Apriansyah)
19. Bersamamu; Waktu (Padina Dariyanti)
20. Retak (Syarifah Bachrum)
21. Dalam Puisi (Zahra Qomara)
22. Keluh Rindu (Diki Elfira Martianingsih)
23. Kelabu Jingga (Iradati Rabbil Izzati)
24. Bait-bait Luka (Aiman Bagea)
25. Kasturi (Windu Mandela)
26. Kau, Hati yang Terdalam (Tubagus Rangga Efarasti)
27. Malam Untuk Bunda (Nur kamala sari)
28. Pada Kata… (Itsuki Nurmani)
29. Adegan (Agus Dwi Rusmianto)
30. Secarik Puisi Untuk Puisi (Nurhayani Nasution)
31. Kubalut Luka dengan Goresan Tinta (Maesaroh)
32. Serpihan Buih (Leily Nirwani)
33. Puisi Dara Anak Bunda (Ivo Feorentina)
34. Kepergianmu (Auni Nafeesah)
35. Puisiku,Bahasa Hatiku (Chandra Ayudiar Arie)
36. Rintihan Sang Pengagum (Muhammad Ery Zulfian)
37. Merajut Bahagia Bersama (Febri Mira Rizki)
38. Cahaya-Mu di Waktu Pagi (Karzel Syifa)
39. Ini (bukan) puisi (Maulana Sidik)
40. Enigma Rasa (Nyi Penengah Dewanti)
41. Jeritan Jiwa (Irfan Prasetya Yoga)
42. Rangkaian Pemulih (Mustika Ayu Puspitarani)
43. Puisi Putus Cinta (Tayana Mi’an)
44. Aku, Senja, dan Puisi (Suryaningrum Ayu)
45. Cinta, dalam Puisi (Nita Inara)
46. Mantra Luka Hati yang Menyala (Nawang Wulandari)
47. Sajak Bisu (Ika Al Wachidah)
48. Kata Di Ambang Masa (Vindy Putri)
49. Demikian Kita Lahir Sebagai Sepasang Kawan (Lasinta Ari Nendra Wibawa)
50. Diorama, Dialog Dua Hati (Jef Kenzie)



Dia Telah Memilikinya


1. Majnunku (Ummu Fatimah Ria Lestari)

2. Cinta yang Hakiki (Yudo Raharjo)
3. Putri, Jangan Menangis… (Astuti Lia Nugraheni)
4. Bersatu Dalam Cinta (Nenny Makmun)
5. Mencintaimu Tanpa Batas Waktu (Eka Restu Anggraeni)
6. Aku Saja (Ulya Uhirayra)
7. Demi Cinta Buat Seroja (Ahmad Shofyadi)
8. Jiwa Ini Meradang, Olehmu (Fransiska S Manginsela)
9. Bukan Aku (Mezia Kemala Sari)
10. Elegi Tiga Hati(Amma O’Chem)
11. Really Missing You (Ila Rizky Nidiana)
12. Kertas Lecek (Indra Lastiono)
13. Hati (Maharanisyah)
14. Faktanya Adalah… (Neny Silvana)
15. Jadikan Aku Pengantinmu (Asya Ran)
16 Diantara Khawatir dan Cemburu (Tirta Haria G)
17 Pada Sebuah Kenangan (Ade SM)
18 Jangan Cemburu… (Ayu Wulan R.)
19 Hati Keentah (Suhe Herman)
20 Embun, Obat Jiwa Racun Juga (Ahmed Ghoseen Al-Qohtany)
21 Rizkinya; Bukan Aku (Lina Astuti)
22. Apa yang Mesti Dihadapkan? (Rian Ibayana)
23 Cinta diam-diam (Ibeth Beth-i)
24 Kristal Tajam (Khairi Muhdarani)
25 Aroma Rasa (Lisna Nur Chairunnisa)
26 Sebongkah Hati (Popy G. Putri)
27 Mozaik (Afif afandi)
28 Petir Tanpa Hujan (Tetra Senja)
29 Bisikan Lembut Angin (Chinta Syahreza)
30 Mata Elang (Fath WS)
31 Kesenduan Hati (Vera Astanti)
32 Kurayu Tuhan, Menjagamu (Fanny Yanuarika Saputri)
33 Lara (Windy Asriani)
34. Yangbah (Antara Aku dan Soulmate)~(HW Prakoso)
35. Kuatkan Aku (Iis Aisyah)
36. Sekarat Cinta Kita (Rosikhul Iman)
37. Pelabuhan Sunyi (Syifa Nur Afif Giarsyah)
38. Sesak Terserak Retak (Tubagus Rangga Efarasti)
39. Kubenci Kamu dengan Cintaku (Fahmi Rahmina)
40. Dekapan Penuh (Fairuz Zamzami)
41. Ada Tak Nyata (Siti sarah Rahayu)
42. Lingsir Wengi (Adi Saputra)
43. Sebab Cinta (Suparno)
44. Terlambat atau Tersesat (Toni N)
45. Cinta Bertaut Asa (Nurlaili Sembiring)
46. Aku Cukup Bahagia (Adliya Eka Putri)
47. Origami (Aia)
48. Cinta dalam Kebisuan (Alberta Angela)
49. "Indah Namun Tidak Dalam Fitrah" (Opik Hidayat)
50. Dilema (Alin You)

Senin, 09 Januari 2012

Lolos Beasiswa Workshop Various Picture Book Class

pengumuman lolos beasiswa workshop :D


Bismillah...

Alhamdulillah, siang tadi dapet kabar gembira. Alhamdulillah, salah satu aplikasi beasiswa workshop menulisku masuk. Hehe... Senenggg bangettt! ^^

Dari empat yang kukirim, aplikasi skenario dan diary chicken soup-ku ga lolos. Yang lolos di workshop various Picture Book. Hehe. Alhamdulillah, ini seperti yang sangat-sangat aku inginkan. Karena pic-book masuk ke resolusiku tahun ini. :D 

Makasih doanya ya, teman-teman...^_^

Sepertinya karena aku sudah masuk  kelas pic-book. Artinya ga boleh masuk kelas nonfiksi. :)) Yaudah deh, hehe :D InsyaAllah lebih dioptimalkan di pic-book-nya. Karena tanpa mentor, pic-book susah(kalo menurutku). 

Untuk yang mau ikutan juga, masih ada kesempatan. 1 kelas hanya dibatasi 10 orang saja. 
Ada 2 kelas yang masih menerima pendaftaran. Silahkan barangkali berminat kirim aplikasinya :D

Klik aja di kelas nonfiksi (paling lambat tgl 10 jam 12:00) 
dan kelas cerita anak (paling lambat tgl 9 jam 23:59)

Oya, sekedar bocoran, bisa dibaca di sini(klik) untuk tau kelebihan buku nonfiksi dan segmentasi pasarnya yang sangattt luas. Dan juga cerita anak di sini (klik) untuk tau seperti apa cerita anak yang baik. 

Manfaatkan kesempatan, karena kesempatan tak datang dua kali dalam hidup kita. Silahkan dicoba. ^^


090112, 15:44

Senin, 02 Januari 2012

Farewell


Farewell
By Ila Rizky Nidiana

Mataku masih terjaga. Membaca setumpuk tugas kantor di sisa akhir pekan. Rasanya seperti harus menempuh ribuan jam lagi untuk menyelesaikannya. Hufft! Bukan pertama kalinya aku lembur. Hanya saja, aku harus menyelesaikan ini secepatnya. Aku menutup tab halaman emailku dan segera berkemas mengedit naskah-naskah yang masuk ke meja redaksi. Juga naskah yang ada di hadapanku kini.  

Belum genap setengah naskah kuedit, adzan bergema di mushala kantor. Kulirik jam di tanganku yang sudah menunjuk angka enam. Merdu suara muadzin membahana membelah langit petang ini. Aku pun menutup halaman naskah dan berjalan ke arah mushala. 

 Percikan air wudhu membasuh wajahku, kakiku, tanganku, menghilangkan penatku sejenak. Rasanya seperti diguyur mata air pegunungan tempatku tinggal di daerah Bumijawa. Dingin sekali. Menyejukkan. Seperti oase ditengah gersangnya padang pasir, air ini mampu membuatku tersenyum lega. Wudhuku pun usai. Aku masuk ke mushala sembari melihat siapa saja yang masih ada di sana. 

Hanya tersisa satu orang lelaki di mushala ini. Karyawan yang lain sudah libur sejak kemarin sore. Kujabat tangan lelaki itu. Lalu memintanya menjadi imam shalatku. Tiga rakaat magrib tertunaikan sempurna. Kami pun berbincang banyak hal. Aku takjub dengan pelafalan bacaan shalatnya. Bacaannya bagus. Tak melulu tiga surat terakhir. Sosok yang dapat bertemu ketika maghrib mengisi penjuru. Meski ia hanya seorang office boy, kehadirannya selalu ditunggu di mushala kantor ini. 

***

Sudah sampai mana? Iya sudah sampai mana perjalananku sekarang? Rasanya seperti berjalan di hamparan perkebunan teh, tapi aku tersesat menemukan arah lajuku. Bimbang masih juga meraja. Terlebih perasaan ragu itu masih juga menumpuk di hatiku. Tsabit qalbi, ya Rabb

Menentukan hati bukanlah perkara mudah. Letih menanti seorang bidadari datang dalam hidupku. Ya, sesekali pertanyaan itu muncul lagi. Barangkali pedih ini letih juga, ia setia menjalani perannya tanpa ada yang mau bergantian.

“Jangan tunda menikah hanya karena masalah keuangan. Percayalah, Mas Amar. Keuangan adalah masalah terakhir yang perlu dirisaukan dalam menikah.” Nasihat Mas Yuda, Office Boy menggema di telingaku. Rasanya aku kehilangan tempat bermuara, tapi saat aku mendengar nasihatnya, hati ini bergemuruh. Seperti nasihat yang selama ini sangat aku rindukan. 

“Pilihlah pasangan hidupmu, insya Allah pilihan hidup yang lain, karir, bisnis dan hal-hal lain akan lebih mudah setelah itu, Mas. Percayalah padaku.” Ucapnya sembari menjabat tanganku dan pamit berlalu meninggalkanku yang masih termangu di sudut mushala ini. 

***

Otak bekerja lebih baik kalau perut kosong. Dan aku percaya itu. Diselingi makanan banyak justru membuat kantuk sering singgah sedari tadi. Dan akhir tahun ini aku masih sibuk di kantor, entah selesai jam berapa. Tubuhku sudah lelah, tapi kerjaan lemburan masih menumpuk. 

“Bertahanlah, berjuanglah sampai penghabisan. Sampai tak lagi sisa!” Yeah! Akhirnya aku selesai mengedit satu naskah yang masuk di meja redaksiku. Rasanya senang sekali. Halaman-halaman yang berjejalan di layar komputerku seakan melambai mengajakku meninggalkan hari ini dengan sempurna. Satu tugasku selesai. Dan saatnya meninggalkan kantor. 

“Jam 01.10. Alhamdulillaah sampai rumah juga. Incredible end of the year.” 

Desember mengantarkanku ke penghujung rindu. Rasa haru, bersyukur, sepenuhnya mampir dalam hati dan menembus rasa takjub pada Rabb-ku. Syukur yang menjelma mengurai serat-serat rindu itu makin rapi. 

***

"Membohongi diri seperti apa pun, gak akan bisa menipu mata, Mas Amar....” Suara adikku Nita di ujung telepon bergema. Dia mengajakku berbicara dari hati ke hati. Hujan turun perlahan di subuh pagi ini. Langit masih memamerkan warna kelabunya. Serat-serat abu yang membuatku bersyukur. Pagi ini aku bisa merasakan hujan.  Sesekali titisan air hujan membasah memercik di wajahku. 

“Maksudmu, Nit?” ucapku kaget. 

“Bahagia itu sederhana, ketika dia yang kamu rindu, merindukanmu juga. Kamu rindu Mbak Anung kan, Mas? Bicaralah pada ayahnya segera. Perempuan tak akan bisa menunggu selama itu…”

“Kamu membuatku bimbang, Nit. Aku menunggu waktu yang tepat. Aku ingin, tapi harus bersabar. Banyak yang harus kulakukan di sini. Di kota ini.” Aku menengadah pada langit. Hujan mengajakku menanyakan rindu itu. Memintalnya menjadi resah. 
***
Aku menatap mata Anung dalam-dalam. Kami berbincang di sudut caffe. Membahas rindu yang serupa rumpun rimbun bunga-bunga selalu singgah ke hatiku.  

“Kepercayaan adalah jalan terdekat yang menghubungkan dua hati. Cinta adalah ketika dua hati itu ada di satu tempat. Apakah kamu masih meragukan rinduku, Anung?” Aku menarik tubuhku perlahan bersandar pada kursiku. Lalu, menyeruput kopi di hadapanku. Tatapan mata Anung membiusku. Aku tahu. Dia sedang menunggu jawaban yang tepat untuk masalah kami. 

“Menikah juga wajib. Bagi yang sudah mampu. Maka mampukanlah dirimu, Mas… Menikah adalah juga lembaga pendidikan diri yang luar biasa. Pendidikan terindah bagi kita.” Anung gelisah. Berkali-kali tatapannya mengarah ke luar caffe. 

“Aku tahu. Aku akan berusaha menggapai rindu itu agar tergenapi sempurna. Tak adakah waktu untukku mempertimbangkannya?” Ucapku pilu. 

“Aku sedang merautkan dua belas pensil kelirku. Aku rindu senyummu menjadi gambar pertamaku. Yang tetap memberi nilai sempurna pada tiap kekuranganku. Maka ijinkan aku berkaca sejenak, Anung. Agar aku bisa membuat gambar pertamaku menjadi sempurna.”

Anung terdiam. Dilihatnya wajah Amar. Lelakinya yang tergenapi. Tapi rindu harus bermuara. Andai dia bisa memilih. Sayangnya Ayahnya telah menentukan lajunya. 

“Aku harus menikah, Mas. Ada seorang yang menungguku. Dia datang pada Ayah. Dan jika kau tak juga datang ke rumah, aku akan segera dipinangnya.”

Anung menunduk dalam-dalam. Rasanya hatinya sudah hancur sejak tadi. Hanya sendu yang melintas di wajahnya. Dan tangisnya pecah. Sesak di dadanya tak juga mampu dibendung. Aku menunduk pasrah. Aku. Ya…aku kalah dengan egoku sendiri. Aku kalah.

Sejauh mana aku sudah berjalan? Sangat jauh. Ke masa lalu. Ke masa depan.  Rasanya seperti ada mesin waktu yang mengajakku singgah dari zaman ke zaman. Sesaat aku ingin berlari dan terbang menghapus semua salahku. Sayangnya itu tak ada di dunia nyata.(*)

***
02012012, 10:45