Pages

Sabtu, 21 Juli 2012

Resensi Novel Anak Mima dan Putri Jenna


First Novel: Mima dan Putri Jenna- Fita Chakra

Judul buku : Mima dan Putri Jenna 
Penulis: Fita Chakra
Diterbitkan oleh Tiga Ananda, creative imprint of Tiga Serangkai
Jumlah 64 halaman
Terbit Mei 2012
Harga Rp22.000,00

Resensi buku:

Mima seorang anak berambut keriting. Ia sejak kecil sangat gemar memakan wortel karena bunda sering memasakkan untuk Mima. Kata bunda, wortel baik untuk kesehatan mata. 

Undangan ke pesta ulang tahun dari Tara membuat Mima senang sekaligus bingung. Saat ini Mima bingung menentukan apakah ia akan datang ke pesta ulang tahun Tara, teman sekelasnya. Mima tidak mempunyai gaun yang indah, juga kue yang ia sukai bukanlah coklat seperti kebanyakan anak lainnya. Coklat justru membuat giginya belepotan. Mima takut akan diejek oleh teman sekelasnya karena Mima ingin membawa jus wortel sebagai makanan kesukaan yang akan ditukar dengan makanan teman-teman lainnya di pesta tersebut. 

Mima mengutarakan kegundahan hatinya ini pada Putri Jenna. 

Siapakah Putri Jenna? 

Mima berkenalan dengan putri ini saat sedang membersihkan gudang tempat almarhum bundanya menyimpan boneka kesayangannya. Sejak bundanya meninggal, Mima dirawat oleh Tante Sekar, adik ayah Mima. Ayah Mima sangat sibuk mengajar, jadi jika ada kesulitan, Mima sering meminta bantuan pada Tante Sekar.

Suatu hari, Mima tak sengaja menemukan satu diari yang disimpan di gudang. Diari ini dulu ditulis bundanya. Saat diary itu dibuka, keluarlah satu sosok peri cantik bernama Putri Jenna. Seperti namanya, Putri Jenna sangat cantik, dengan balutan gaun ala putri-putri kerajaan. Putri Jenna berjanji akan membantu Mima menpunyai sahabat baru. 

Mima mengatakan pada Putri  Jenna bahwa ia ingin seperti teman lainnya yang mempunyai gaun indah agar bisa pergi ke pesta ulang tahun Tara. Saat itulah, Putri Jenna mengusulkan agar Mima menggunakan uang yang ia simpan di celengan berbentuk patung kucing. Saat Mima pulang dari sekolah, Mima melihat Andin menangis di tepi jalan. Uang Andin yang didapatkannya dari hasil bekerja di sebuah warung makan sepulang sekolah telah dirampas oleh dua kakak kelasnya. Padahal uang itu akan digunakan Andin untuk mengobati penyakit ibunya. Akhirnya, Mima memberikan uang hasil celengannya itu untuk Andin. 

Mima tak menyesal dengan keputusannya, hanya saja dia masih bingung akan menggunakan  gaun apa ke pesta nanti. Mima tak berani meminta uang pada ayah yang telah bekerja keras untuk mencari uang untuk sekolahnya.

Nah, bagaimana Mima mendapatkan baju yang pantas untuk dikenakan ke pesta? Apakah Mima harus berbohong dengan membawa makanan yang tidak disukainya? Yuk, kita baca kisah Mima dan Putri Jenna!

Catatan dari saya : 

Buku ini membuat saya makin jatuh cinta dengan dunia anak-anak. Buku ini berlatar belakang seri fairytale, tapi tidak menggunakan unsur sihir untuk mengabulkan segala keinginan Mima. Saya ingat betul, bahwa Cikgu Ali Muakhir mengajarkan kami para Pabers di komunitas penulis bacaan anak untuk menonaktifkan unsur sihir dalam buku yang pabers tulis. Bukan apa-apa, karena penulis ingin agar tidak ada unsur syirik yang mengarah pada keinginan terkabulnya suatu impian hanya dengan menjentikkan satu jari. Penulis ingin mengajarkan bahwa mandiri itu penting, berusaha itu penting, menabung itu penting. Tidak bisa kita minta pada peri seperti Putri Jenna untuk mengabulkan segala pinta hanya dengan santai saja. Nah, saya menemukan aplikasi saran dari cikgu Ali tadi di buku ini. 

Di buku ini, peran Putri Jenna, Ayah, juga Tante Sekar lebih sebagai pendamping Mima. Mima bisa berdiskusi dengan mereka, mengemukakan pendapat, menanyakan apa yang ia tidak mengerti dan mencari solusi bersama. Bukan sebagai orang yang menyuruh mengambil keputusan ini dan itu, justru Mima lah yang akan mengambil keputusan apakah ia akan menggunakan uang yang ia tabung untuk temannya, atau tidak. Apakah ia akan membawa baju yang indah atau tidak. Apakah kue yang akan dia bawa adalah kue kesukaannya ataukah kue yang tidak ia sukai.

Buku ini mengajarkan kemandirian. Mima yang ingin mendapatkan gaun cantik, harus rela mengambil uang hasil celengannya yang ia tabung selama ini. Buku ini juga mempunyai kekuatan di diksi dan karakter tokoh. Pengenalan karakter putri baik hati membuat saya takjub, point penting ini sampai ke pembaca anak-anak, bahkan juga ke pembaca dewasa. 

Buku ini juga mengajarkan sikap keterbukaan terhadap keluarga. Interaksi antara anak dan orang tua berjalan lancar, mengalir, tanpa ada keinginan untuk mendominasi anak-anak. 

Saya suka inti dari buku ini, bahwa putri cantik bukan karena baju yang mahal, kulit yang putih atau hidung yang mancung. Tapi seperti yang penulis tuliskan di akhir buku ini :

Syarat menjadi seorang putri Hati yang cantik Senyum tulus, tidak dibuat-buat. Tidak malu mengatakan apa yang disukai, meskipun orang lain tidak menyukainya. 

Akhir kata, selling point buku ini adalah karena buku ini merupakan hasil seleksi workshop menulis yang diadakan oleh Penerbit Tiga Serangkai, maka pasti buku ini akan menjawab rasa penasaran kita terhadap kebutuhan buku-buku anak yang sarat dengan nilai edukatif. 

Semoga buku ini menginspirasimu juga ya, teman. ;)

Artikel ini diikutsertakan dalam Kuis Resensi Mima dan Putri Jenna yang diadakan oleh Fita Chakra

10 komentar:

  1. iya ya mba...ga ngajarin syirik..ga kayak sinetron anak sekarang yang malah jadi syirik...semangat mba!!mudah2an menang...

    BalasHapus
    Balasan
    1. makasih doanya, mba widhie. smangat-smangattt! :D

      Hapus
  2. punya Ila dah jadi ya
    semoga kita sama2 menang ya :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya, mba esti. kemarin hari jumat baru dapet bukunya, hehe :D
      semoga menang ya, mba ^^

      Hapus
  3. kaya kelinci ya gemar makan wortel:) semoga menang ya Ila

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya, mba lidya. hehe. mima sempet diledek juga sama temennya, katanya mirip kelinci. :D

      makasih doanya, mba ^^

      Hapus
  4. buku cerita yang sangat mendidik ya, mengajarkan sebuah kemandirian kepada anak-anak.

    selamat berpuasa ya ila...

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya, bun. hehe. semoga bukunya menginspirasi :D

      makasih, bun. Happy ramadhan juga. barakallah ^^

      Hapus
  5. kalau membuat cerita fiksi memang musti hati-hati... nanti pembacanya bisa terpengaruh

    misalnya jadi suka sama sihir, kekerasan, dll

    jadi menulislah cerita yg baik :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya, kak rio. itu point yang perlu diperhatikan para penulis bacaan anak. hehe. makasih sarannya, kak :)

      Hapus

Silahkan tinggalkan komentar. Terimakasih sudah berkunjung.
Mohon komen pakai url blog, bukan link postingan. Komen dengan menggunakan link postingan akan saya hapus karena jadi broken link. :)