Pages

Kamis, 18 April 2013

Membeli Kenangan atau Impian?

Sumber
Saat aku duduk di bangku kelas tiga SMA, ada dua pilihan datang padaku. Apa aku akan ikut study tour ke Bali atau memilih ikut bimbel dengan nominal uang yang sama. Dan, aku pilih ikut bimbel. Tujuanku jelas. Aku berani memangkas kesenanganku untuk membeli sebuah impian yang lebih penting. Masuk kampus dengan ujian standar yang itu artinya aku tak perlu menghabiskan banyak biaya untuk kuliah.

Belakangan ada beberapa orang lagi yang menanyakan, kenapa tak ikut kegiatan A atau B, sedangkan kamu punya uang? Aku pikir bukan itu tujuan utamaku. Jika aku punya uang, aku akan memilah mana yang benar-benar prioritas. Sekali lagi, aku teringat sebuah kalimat yang dilontarkan petinggi perusahaan saham saat aku mendapat pelatihan gratis di sana tahun 2010. "Kita harus menciptakan generasi yang berani untuk menunda kesenangan sesaat untuk kesenangan yang lebih besar."

Aku pikir, pendapat ini ada benarnya. Kesenangan sesaat memang memberi kenangan, tapi hanya sampai pada kenangan saja. Kecuali jika kenangan itu justru membuatku lebih terpicu untuk menjadi lebih sukses, aku mau saja membeli kenangan itu. Tapi jika tujuannya sekali lagi hanya untuk foya-foya, apa tidak sayang uangnya ya?

Hidup dalam keluarga guru yang terbiasa mengajarkanku untuk hidup hemat, membuatku percaya, bahwa berhemat itu bukan aib. Bahwa menunda kesenangan sesaat itu justru seperti sebuah puasa, yang akan ada masanya untuk berbuka. Seperti janjinya Patih Gajah Mada, dia tidak akan makan buah pala jika belum menyatukan nusantara. Ah ya, sekali lagi, kadang emas yang berkilau indah itu hanya terlihat sepuhannya saja, padahal sebenarnya bukan emas murni. Hanya luarnya, padahal dalamnya keropos. 

Well, curhatan ini murni karena terinspirasi curhatan seorang teman beberapa hari lalu. Semoga aku tetap bisa menjaga nilai-nilai yang penting daripada menggadaikan kesenangan semu demi gengsi. 

Tegal, 18042013, 15:26
#noteformyself

9 komentar:

  1. saya sependapat dengan mbak. selagi apa yg saya kerjaan bisa membuat saya senang dikemudian hari maka saya akan menunda kesenangan sekarang.
    salam kenal mbak ila :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya, sesuai dengan prioritas masing-masing, mba.
      salam kenal juga ya, mba :D mau folow blognya tapi bingung mana yang aktif hehe :D

      Hapus
  2. Aku termasuk orang Selalu menggunakan skala prioritas dalam membelanjakan uangku..

    Tapi termasuk orang yang suka ambil kesempatan yang ada. Kesempatan ke Bali bareng temen ga bisa terulang lagi..hahaha

    Terus piye yooo???

    BalasHapus
    Balasan
    1. haha, soale pas itu cuma ada pilihan dua itu, bun :P jadi aku pilih bimbel aja deh xD lagi pula ternyata yg ikutan dikit. cuma 2 bis dari target 7 bis. :|

      Hapus
    2. hohoho kalo itu sih banyakan yg ga ikut ya.. hahaha

      Hapus
  3. kalo mikirin gengsi kayaknya apa yg kita punya itu gak ada cukupnya mbak. jadi ya ndak usah gengsi gengsian, seadanya aja.

    BalasHapus
  4. hidup hemat itu.... ga akan rugi, kalo penghasilan lagi sedikit, hemat bisa bikin selamat,
    kalo penghasilan lagi banyak... hemat bisa bikin jauh lebih manfaat....

    BalasHapus
  5. ada benarnya juga mbak.. dengan berhemat dan menunda kesenangan, bisa saja kita menyiapkan diri untuk yang lebih besar dan nggak diduga hasilnya. artikel ini menyadarkan saya yg habis UN, jangan kelamaan isitirahatnya.

    BalasHapus

Silahkan tinggalkan komentar. Terimakasih sudah berkunjung.
Mohon komen pakai url blog, bukan link postingan. Komen dengan menggunakan link postingan akan saya hapus karena jadi broken link. :)