nenek pemetik kopi (sumber) |
Ngopi sebagai Tradisi Unik Indonesia
Sebagai
penikmat teh, sehari-hari saya lebih menyukai teh daripada kopi karena lebih
aman bagi lambung saya. Namun, kadang saya menggunakan kopi saat saya butuh
begadang seperti saat mengerjakan deadline menulis dari penerbit. Pada takaran
yang tepat, kandungan kafein di dalam kopi dapat menstimulasi otak dan sistem
syaraf, membantu berpikir lebih cepat, meningkatkan kewaspadaan, tidak
mengantuk dan menyegarkan badan. Efek
tidak mengantuk inilah yang saya perlukan. Hanya saja, saya hanya berani
meminum maksimal dua cangkir dalam sehari, karena lebih dari itu, perut saya
tak cukup kuat untuk menerima kafein yang ada di dalam kopi. Hehe
Bagi
penikmat kopi, kopi bisa juga diseduh sendiri. Misalnya saja, kopi torabika
disangrai lebih dulu hingga aroma harumnya keluar. Kopi sangrai ini lalu
dimasukkan ke dalam mesin boiler beserta gula untuk diekstrak menjadi kopi siap
saji. Kopi siap saji siap disajikan dalam keadaan panas maupun dingin. Ya,
suka-suka kita aja yang menikmatinya. Kalo saya lebih suka panas. Karena bisa
menghangatkan tubuh. Saya lebih suka memilih yang instan karena ribet kalo
harus mengekstraknya sendiri. Hihi. Buat penjual kopi yang membuka caffee
ala anak muda, biasanya tradisi
menyajikan kopi secara langsung dari mesin pengekstrak ini bisa jadi pilihan.
Karena aromanya yang lebih kuat terasa, apalagi pembeli juga bisa milih dong
campuran kopi yang ingin dipakai yang mana aja, bisa kok dicampur sesuai selera
lidah kita.
kopi indonesia (sumber) |
Peluang Ekspor Kopi Indonesia
Btw, lalu
apa hubungannya dengan postingan yang saya tulis ini? Saya ingin bercerita
tentang peluang ekspor kopi Indonesia di pasar internasional. Untuk hal ini,
indonesia menempati urutan ke tiga setelah Brazil dan Vietnam.
Indonesia
selama ini dikenal sebagai pengekspor biji kopi, akhirnya harus merelakan diri
untuk berbagi pasar dengan beberapa negara pengeskpor kopi lainnya. Indonesia
mengalami penurunan jumlah ekspor kopi jika dibandingkan tahun sebelumnya. Ini
bisa dilihat dari berita yang saya baca di sini :
Turunnya
ekspor kopi Indonesia diperkirakan bakal menekan kemerosotan harga berbagai
jenis kopi yang digunakan dalam kemasan instan oleh Nestle SA dan Kraft Foods
Group Inc. Harga kopi di pasar komoditas tercatat turun 17% dari posisi
tertingginya di Maret lalu yang terjadi akibat melonjaknya pasokan dari Vietnam
dan Brasil. (sumber)
Vietnam dan
Brazil merupakan dua negara yang juga menjadi pesaing untuk kopi Indonesia.
Kita tahu bahwa Vietnam adalah salah satu negara ASEAN yang dekat dengan
Indonesia. Untuk pasokan kopi, Vietnam mengalami kenaikan yang pesat karena
beberapa faktor yang memang didukung oleh pemerintah. Salah satunya karena
faktor iklim dan cuaca yang stabil. Indonesia mengalami penurunan produktivitas
karena perubahan iklim atau climate
change.
Lalu, kemana
dong Indonesia mengirimkan kopi-kopi terbaiknya?
Menurut
catatan Kementerian Pertanian, ekspor kopi Indonesia paling besar adalah ke
Amerika Serikat. Negara tujuan ekspor kedua yang paling besar adalah Jepang.
Volumenya sekitar 50.000-60.000 ton per tahun. (sumber)
Untuk tujuan
ekspor kopi yang lainnya ada : Brazil, Spain, Italy, Turk, Argentina,
USA, England, India, China, Thailand, Japan, Vietnam, Pakistan, Malaysia, Hong
Kong, Sri Lanka, Bangladesh, Egypt, Iran. (sumber)
Wah, banyak
juga ya? Apalagi Indonesia mempunyai kopi khas daerah yang dikenal mendunia,
seperti kopi Gayo, Lintong, Arabica Bengkulu yang berasal dari Sumatera.
Kemudian ada kopi Toraja dari Sulawesi, kopi Kintamani dari Bali, kopi Wamena
dari Papua, kopi Bejawa dari Flores dan kopi Jawa. (sumber)
Kopi
Indonesia yang paling digemari dan berhasil mengangkat citra Indonesia adalah
kopi luwak. Kopi ini muncul dalam adegan film berjudul "The Bucket List" pesan yang ingin disampaikan oleh film ini adalah "jangan mati dulu sebelum mencicipi kopi luwak". Jika dilihat
dari kecenderungan pasar, kopi luwak memang lebih dikenal dan lezat. Ini
katanya sih, saya sendiri karena bukan penikmat kopi yang maniak jadi belum pernah cobain.
Biji kopi yang diperoleh dari luwak sendiri, yang mengalami pengolahan di dalam
perut luwak. Inilah yang membedakan dengan biji kopi yang lain karena matangnya alami. Soal halal atau
tidaknya, katanya, sudah dinyatakan halal.
kopi luwak dalam film Bucket List (sumber) |
Trus, apakah bisa bersinergi dengan Vietnam?
Yuk, Explore Indonesia : The Land of Coffee!
Kopi Khas Vietnam (sumber ) |
Indonesia kita yang cantik ini merupakan tanah surga bagi pecinta kopi. The land of coffee, saya menyebutnya. Berbeda dengan Vietnam, tanah indonesia yang luas bisa dengan leluasa kita manfaatkan untuk memaksimalkan produksi dan panen kopi tiap tahun.
Andai Pemerintah
menawarkan solusi begini nih : menyediakan peralatan produksi yang relatif
modern, menciptakan sistem usaha seperti
menjual produk, mengolah limbah, melalukan pembibitan untuk memilih varietas yang
paling disukai konsumen, dan perbaikan kesejahteraan petani. Kalau hal ini
dikerjakan, maka produksi akan meningkat, petani juga sejahtera. Ini yang
paling disukai oleh pemerintah maupun petani kan? ;)
Anggaplah
petani sebagai sahabat terbaik para pengusaha dan pemerintah, sehingga jika ada
keluhan seputar produksi kopi yang menurun pemerintah bisa segera bertindak
untuk mencarikan solusi bagi masalah tadi. Tentu, komplain para petani dilayani
sebaik mungkin, dicarikan solusi, ditindak lanjuti.
Jika ingin
fokus di pasar internasional, maka kita perlu dong memenuhi standar kualitas
produk dan tak henti berinovasi memenuhi kemauan konsumen. Jauh-jauh hari kita
sudah harus memberitahukan ini pada petani : bagaimana cara budidaya,
pemetikan, pasca panen, penyortiran, dan penjemuran agar memenuhi standar mutu
tinggi yang dimiliki oleh negara penerima ekspor.
Trus, para
petani diundang ke pabrik untuk mengecek sejauh mana produksi terbaru kopi
kita, apa sudah sesuai dengan rasa, taste kopi yang terpenting bisa direview
oleh para petani kopi, sehingga kita jadi tahu dong kalo ada yang kurang dalam
pengemasan misalnya. Atau rasa kopi yang menjauh dari standar. Padahal dalam
mengekspor, standar yang diperlukan adalah standar tinggi sesuai dengan
komoditas yang kita tawarkan. Pasar internasional kan maunya dapet yang
terbaik, jadi kalo soal residu kita tentu butuh untuk meminimalisir residu yang
ada di dalam kopi, sehingga kopinya bisa deh diterima di kalangan masyarakat negara
tujuan ekspor kita.
Trus, kita
juga perlu mengantisipasi fenomena climate change, karena memang
perubahan cuaca yang ekstrim mengharuskan kita bersiap terharap resiko
menurunnya produksi. Saya rasa yang paling penting adalah kita perlu
menggandeng para pengusaha untuk memberikan rasa aman bagi petani, rasa nyaman
bekerjasama, sehingga petani sejahtera, trus juga mensupport kegiatan yang
mereka kerjakan.
Inovasi di
bidang perkopian juga diperlukan. Komoditi ekspor perlu diriset lagi agar
terpilih varietas yang terbaik. Memilih benih juga bisa dengan cara edukasi
kepada para petani, semacam kita mengandalkan demonstration pot, jadi petani
bisa lihat bagus nggak sih varietas tadi. Produksi bagus, pergudangan bagus,
oke dong jadinya. Intinya, menjadikan pemerintah sebagai solusi bagi masalah
petani. Selain juga memberi pelatihan tata cara ekspor, manajemen ekspor, atau
negosiasi denga calon pembeli yang potensial. :D
Kalau ini
dikerjakan, kita tak perlu kok galau soal pasar ekspor kita dengan Vietnam. Karena vietnam memang memasarkan produksi kopinya kan untuk
luar negeri, sementara dalam negeri mereka tidak terlalu banyak yang pakai. Kita tak perlu takut kehilangan pasar, justru bisa bersinergi dengan Vietnam mengambil pasar internasional.
Kalau dari kita, walau produksi untuk ekspor sempat menurun, kita masih tetap memiliki penikmat kopi yang loyal terhadap kopi lokal khas Indonesia. Jadi, lebih baik kita fokus pada cita rasa kopi pilihan terbaik dari Indonesia, memaksimalkan produksi di mother land si kopi ini berasal, mengedukasi petani, dll. Sehingga tercipta kenyamanan bersama dan seiring berjalannya waktu, produksi bisa meningkat. Jadi, kita pun bisa tetap berdaya saing tinggi untuk merebut pasar internasional bersama tetangga kita, Vietnam. Bagaimana? Siap untuk ide ini menyongsong KEA 2015? Indonesia Bisa! ;)
Kalau dari kita, walau produksi untuk ekspor sempat menurun, kita masih tetap memiliki penikmat kopi yang loyal terhadap kopi lokal khas Indonesia. Jadi, lebih baik kita fokus pada cita rasa kopi pilihan terbaik dari Indonesia, memaksimalkan produksi di mother land si kopi ini berasal, mengedukasi petani, dll. Sehingga tercipta kenyamanan bersama dan seiring berjalannya waktu, produksi bisa meningkat. Jadi, kita pun bisa tetap berdaya saing tinggi untuk merebut pasar internasional bersama tetangga kita, Vietnam. Bagaimana? Siap untuk ide ini menyongsong KEA 2015? Indonesia Bisa! ;)
Sumber
referensi :
http://bisnis.liputan6.com/read/608804/sudah-dua-tahun-ekspor-kopi-indonesia-anjlok
http://www.tempo.co/read/news/2013/08/28/090508227/Ekspor-Kopi-Ke-Jepang-Sempat-Terhambat
http://jaringnews.com/ekonomi/sektor-riil/38120/dorong-ekspor-kopi-khas-daerah-indonesia-di-amerika
http://lajudunia.blogspot.com/2013/01/10-negara-tujuan-ekspor-terbesar.html
http://pphp.deptan.go.id/disp_informasi/1/5/54/1390/pasar_ekspor_kopi_indonesia.html
http://www.tempo.co/read/news/2013/08/18/090505188/Kementan-Buat-Rencana-Strategi-untuk-Petani
http://www.tempo.co/read/news/2013/06/09/173486897/Produktivitas-Kopi-Indonesia-Turun
http://www.cikopi.com/2010/01/vietopia-kopi-vietnam/
http://id.wikipedia.org/wiki/Kopi_Vietnam
http://www.hifatlobrain.net/2010/07/bucket-list-dan-kopi-luwak.html
http://www.hifatlobrain.net/2010/07/bucket-list-dan-kopi-luwak.html
teh poci, i like it, hahaha :D
BalasHapusbtw ulasanx keren, aku sekali buat pasti 3 jam-an, belum baca2nya, ngobrolnya, fesbukannya, makax nih hasilnya begadang :D
pengennn banget duduk terus disuruh ngincip semua rasa kopi dari indonesia,pengennn..... :D
BalasHapusmbak ila suka kopi?
BalasHapusmba aty : makasihm mba. hehe. iya rada laa apalagi kalo temanya susah :D
BalasHapusmba hanna : iya apalagi kopi mahal kayak yang di caffee hotel. hehe, sempet nyicip pas ABFI, enak juga :D
BalasHapusmba maya : masih di batas normal, mba. belum maniak kopi banget. karena aku punya maag jadi minum kopi kalo pas butuh begadang aja, maksimal 2 cangkir :D
BalasHapusaku suka kopi putih, La...
BalasHapusIla... ada kata2 bersinergi, jadi inget syahrini.. hehhee..
sukses La
bingung, ada sekitar 12 blog punyamu.. bewein satu2 jadi mabok blog.. hehe.. piiss..
BalasHapusLa,, km hpna gak aktip napa?
aku suka kopi yang udah sachet, mba. jadi ga nggiling sendiri. btw, blogku yang aktif diisi yang personal ini kok :P lainnya buat sharing info aja, kayak info buku, info lomba, dll.
BalasHapusAku paling suka kopi vietnam :)
BalasHapus