pembunuhan penyiar radio credit |
Pernahkah
kamu mendengar tentang Filipina? Filipina adalah salah satu negara tetangga
Indonesia yang masuk kawasan ASEAN. Filipina terletak di Utara Indonesia yang
juga merupakan negara kepulauan. Jumlah pulau di Filipina sekitar 7.000 buah masih
lebih sedikit dibandingkan dengan Indonesia. Filipina adalah satu-satunya negara di Asia Tenggara yang memiliki pengaruh barat
yang sangat kental karena pengaruh negara bekas jajahan.
Contohnya saja nama orang Filipina kebanyakan berbau Spanyol,
"upacara" pernikahannya pun ala Amerika.
Kebebasan Pers di Filipina
Filipina merupakan negara di ASEAN yang memiliki tingkat kebebasan pers tertinggi. Dibandingkan dengan
negara-negara lain di kawasan ASEAN, Filipina berbeda dalam hal kebebasan
ataupun demokrasinya. Bisa dibilang bahwa Filipina adalah negara yang paling
bebas.
Indeks Kebebasan Pers (Press
Freedom Index) adalah alat ukur yang menempatkan negara dalam
susunan rangking untuk variabel tertentu dengan mengumpulkan liputan acara pers
tahunan berdasarkan enam faktor: pluralisme, kebebasan media, lingkungan dan
penyensoran diri, kerangka kerja legislatif, transparansi, dan infrastruktur. Indeks
ini dirilis oleh organisasi pers dunia Reporters Without Borders (Reporter San
Frontiers) berdasarkan
hasil survei yang dilakukan di 179 negara. Semakin kecil peringkat suatu
negara, berarti semakin baik dan negara bisa mengontrol arus informasi maupun
kewajiban warga terhadap informasi yang diberikan.
Hasil penelitian, sepanjang 10 tahun
terakhir Reporters Without Borders, yang menyatakan negara-negara di kawasan ASEAN menempati posisi
terendah di antara 179 negara yang dinilai. Filipina ada di peringkat 147 dari
179 negara. Ini mengindikasikan bahwa negara ini adalah negara yang kurang memberikan
kebebasan bagi warganya. Citizen journalism atau jurnalisme warga yang biasanya
dilakukan oleh warga melalui media sosial semacam blog, web kurang mendapatkan
kebebasan berpendapat. Akibatnya, banyak aturan-aturan yang mengekang warga
termasuk blogger agar tidak bisa sekehendak hatinya untuk berbicara di media seperti web atau blog.
Pers di Filipina
sangat bebas dibandingkan dengan di Indonesia. Para pejabat pemerintah maupun
presiden sangat sering menjadi sasaran kritik maupun ejekan tanpa menimbulkan
masalah. Inilah yang membuat gejolak di Filipina lebih kelihatan dibanding di
Indonesia. Pemerintah Filipina yang anti kritik ternyata keberatan untuk
dikritik oleh pers Filipina. Terbukti Filipina tergolong negeri yang paling berbahaya di dunia bagi
para pengelola media pers. Sejak memiliki kembali pemerintahan sipil pada 1986,
lebih dari 150 petugas pers—termasuk wartawan—terbunuh di Filipina. Salah satu
penyebab banyaknya korban yang terbunuh di kalangan pers diduga karena adanya kebudayaan impunitas, yaitu lambannya penegakan hukum. Impunitas
menyebabkan orang-orang yang memiliki potensi melakukan kekerasan tak merasa
takut dan jera menghadapi tindakan hukum.
Di satu
sisi, kuatnya arus kritik dan gelombang ketidaksetujuan terhadap suatu
kebijakan bisa dengan mudah menyebar luas, tapi belum ada tindakan preventif
untuk mengerem berita agar tidak berat sebelah maupun sekehendak hati. Akhirnya,
pihak yang dikritik mau tak mau mengalami down sehingga efeknya adalah pembungkaman
terhadap kritikan. Tentu ini sama seperti halnya ketika era orba di Indonesia dimana
kebebasan pers masih sulit untuk ditembus. Siapa yang protes, pasti bakal kena
dampaknya.
Jurnalisme Warga : Blogger Filipina akankah mendapatkan kebebasan
berpendapat?
Baru-baru ini, tanggal 30 Agustus 2013
ada kasus terbaru dari pers Filipina dengan kasus terbunuhnya penyiar radio vokal yang menyuarakan protes tentang korupsi dan peningkatan kejahatan. Kasusnya masih baru banget ya? Penyiar ini ditembak mati oleh pria bersenjata. Bisa dibaca di sini. Ini
mengindikasikan masih adanya ketidakberesan dengan sistem pers di sana. Bebas
tentu harus bisa dipertanggungjawabkan, namun ketika kritikan tidak diindahkan,
justru senjatalah yang bicara.
Nah,
bagaimana jika blogger warga Filipina juga mengalami hal yang
sama? Blogger Filipina yang saya kenal saat ABFI di Solo memang bebas berekspresi, cenderung out of the box. Mereka mengutarakan tentang sosial dan budaya dengan lugas, terutama potensi wisata. Namun, yang saya lihat bahwa jika sudah berhubungan dengan isu politik maka besar kemungkinan nasibnya akan sama dengan wartawan atau pekerja pers. Hal ini juga berlaku untuk semua
orang yang ada di Filipina. Jadi, jika hal ini terjadi terus menerus, maka akan
menghambat terbentuknya keamanan di dalam negeri. Kebebasan berekspresi jadi mandul. Padahal Komunitas ASEAN 2015
menjunjung tinggi 3 pilar yang salah satunya adalah pilar politik dan keamanan negara. Jika
negara tidak bisa melindungi warganya dari kejahatan karena tak ada
undang-undang yang kuat menjaga hak warga untuk berpendapat di muka umum, tentu ini akan
jadi hambatan. Pers dan media adalah salah satu corong untuk memberikan
informasi ke seluruh penjuru negeri. Perlu perlindungan HAM bagi warga yang
memberikan pendapatnya lewat blog agar para blogger tetap merasa aman dan informasi yang diberikan berimbang. Arus informasi pun bisa terkendali. Maka, mari tunggu Filipina berbenah untuk
kebebasan berekspresi yang lebih baik. :)
Referensi :
http://nasional.kompas.com/read/2013/02/09/02051724/Kebebasan.Berekspresi.Menjalar.ke.Negara.Tetangga
http://www.antaranews.com/berita/335809/filipina-kecam-serangan-situs-web-pemerintah
http://id.wikipedia.org/wiki/Indeks_Kebebasan_Pers
http://pewarta-indonesia.com/berita/hukum/11559-indeks-kebebasan-pers-indonesia-pada-peringkat-139.html
kebudayaan impunitas yang terjadi juga di negara ini, negara berkembang memang demokrasi, bebas berpendapat, juga ramai kritik, pihak yang di kritik, petinggi, tidak jera, tidak punya budaya malu seperti negara maju, setidaknya di Asia, hukum yang lama tindakan juga bakal jadi omong kosong untuk perlindungan ham, liat saja kasus munir di negara kita. Tapi semoga Flipina berbenah lebih baik, juga untuk negara ini.
BalasHapusiya, mba. ga cuma kasus munir aja. hiks. pembahasan tentang perlindungan ham untuk negara2 berkembang memang membutuhkan waktu yang lebih lama untuk berbenah. semoga saja secepatnya. jadi pers juga merasa aman menjalankan tugasnya dan tidak berat sebelah juga.
BalasHapuswah ila ikutan ya. maaf ya ila aku baru bisa mampir
BalasHapusIndeks Kebebasan Pers (Press Freedom Index) menurut Reporters Without Borders untuk Indonesia berapa La? Perasaan kita (halaaah ini mah perasaan ya) lebih bebas dibanding Filipina.
BalasHapus