Pages

Minggu, 06 Oktober 2013

[Event] Borobudur Writers and Cultural Festival 2013


Sumber : KEB (info dari Mak Titi Alfa Khairia)

UNDANGAN TERBUKA

Jakarta, 6 September 2013

Nomor : 1/BWF/SK/2013
Lampiran : -
Perihal : Permohonan Menjadi Tim ’Borobudur Writers and Cultural Festival 2013’


Dengan hormat,

Bersama ini kami telah mempersiapkan pelaksanaan Borobudur Writers and Cultural Festival 2013, yang akan dilaksanakan pada 17-20 Oktober 2013 di kawasan Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah dan di Yogjakarta.

Borobudur Writers and Cultural Festival 2013 adalah sebuah festival literasi dan seni budaya dengan kegiatan utama, antara lain seminar, pesta rempah, panggung seni, baca puisi, pesta buku, dan pemberian penghargaan. Adapun dalam Borobudur Writers and Cultural Festival 2013 mengusung tema ”Arus Balik: Memori rempah dan Bahari Nusantara, antara Kolonial dan Poskolonial”.

Demikian, kami mengucapkan terima kasih atas kesediaan Bapak/Ibu untuk ikut memberikan dukungan demi suksesnya Borobudur Writers and Cultural Festival 2013.

Hormat kami,

Yoke Darmawan
Ketua Pelaksana

Kontak: Imam Muhtarom: imam_muhtarom@yahoo.com

Borobudur Writers & Cultural Festival 2013

TERM OF REFERENCE

ARUS BALIK: MEMORI REMPAH DAN BAHARI NUSANTARA, ANTARA KOLONIAL DAN POSKOLONIAL

MERAYAKAN PERADABAN BAHARI NUSANTARA

Nusantara pada dasarnya terbentuk oleh lautan karena dua per tiga kawasan ini adalah wilayah bahari yang menyatukan ribuan pulau. Bahkan sebelum muncul imperium besar Sriwijaya pada abad ke 7, telah terbangun hubungan yang luas dan intensif antarpulau, baik hubungan ekonomi, budaya maupun politik. Sebelum abad ke 5 bangsa-bangsa di kepulauan di Nusantara sudah berhubungan dengan bangsa-bangsa di kawasan lain di Asia Timur, Asia Pasifik, Asia Selatan, Timur Tengah, hingga Afrika. Suatu hubungan kuno yang terbentuk oleh pertukaran budaya, religius dan perdagangan. Beberapa pakar sejarah bahari Nusantara memperkirakan bahwa para penjelajah Nusantara telah menanamkan pengaruh yang signifikan di beberapa wilayah yang sangat jauh itu. Dan pada masa dominasi Sriwijaya sebagai kekuatan bahari yang mengusai lalu lintas perdagangan laut di Asia Tenggara, pengaruh Nusantara di kawasan ini semakin kuat.

Hal itu dilanjutkan dengan imperium Majapahit yang berlangsung kurang lebih dua abad. Jadi, Nusantara memang tumbuh sebagai peradaban bahari. Terdapat banyak kisah para penjelajah Nusantara berikut berbagai pengalaman bahari yang sangat kaya. Namun bersamaan dengan datangnya imperialisme Eropa, perlahan peradaban Bahari Nusantara mulai surut. Penyebab utama datangnya kaum imperialis Eropa adalah daya tarik kekayaan rempah, terutama cengkih yang menjadi komoditas utama dunia pada saat itu. Kekayaan rempah Nusantara kemudian diambil alih oleh para penjelajah Eropa. Dan faktanya, sejarah imperialisme adalah sejarah perdagangan rempah.

PENYELENGGARA
• Festival ini diselengarakan oleh Samana Foundation bekerja sama dengan berbagai komunitas, organisasi, pemerintah dan masyarakat.
• Samana Foundation adalah lembaga nirlaba yang memusatkan aktivitasnya pada perayaan kekayaan budaya, sejarah dan spiritual di kawasan Nusantara serta dunia pada umumnya, melalui program-program
riset dan kajian, simposium, seminar, dokumentasi, workshop, penyelenggaraan festival, cultural and spiritual summit, serta berbagai upaya stimulasi lahir-tumbuhnya karya-karya artistik dan intelektual berikut serbawahana penopangnya sehingga berbagai karya cipta tersebut dapat menyebar luas sebagai bagian dari pembentukan kebudayaan dan peradaban Nusantara masa depan. Samana Foundation beralamat di Jl. Balaputradewa 55, Borobudur, Magelang, Jawa Tengah.
Telepon: 0293-789892.

PROGRAM
Writers Forum dan Seminar. Berupa kegiatan pertemuan, dialog dan musyawarah yang melibatkan 350 penulis, sejarawan, arkeolog, dan jurnalis nasional, membahas sejarah rempah dan kekayaan peradaban
bahari Nusantara.
• Pesta Rempah: Spices Oddyssey. Pembahasan kekayaan kuliner Nusantara dalam perspektif kesejarahan dan budaya. Diberikan oleh tokoh-tokoh kuliner dan rempah serta sejarawan-arkeolog. Ditambah dengan demo memasak oleh Chef terpilih yang memasak makanan dengan bahan-bahan
rempah.
• Panggung Seni. Berupa kegiatan pameran foto, pemutaran film, pementasan seni dan panggung sastra yang mengangkat khazanah tradisi dan budaya bahari Nusantara yang dipadukan dengan seni modern maupun
kontemporer.
• Pesta Buku. Berupa peluncuran dan diskusi buku-buku mengenai sejarah rempah dan peradaban bahari Nusantara.
• Pemberian Penghargaan (award). Berupa penganugerahan Sang Hyang Kamahayanikan Award kepada tokoh-tokoh yang telah berjasa dan memberi kontribusi besar dalam pengkajian dan pengembangan budaya serta sejarah bahari Nusantara.

TEMPAT DAN WAKTU
• Kegiatan Festival akan dilakukan di: Hotel Manohara, Borobudur, Magelang, Jawa Tengah.
Rumah Buku Dunia Tera, Borobudur, Magelang, Jawa Tengah. Hotel Royal Ambarrukmo, Yogyakarta.
Hotel Hyatt Regency, Yogyakarta. Hotel Sheraton Mustika, Yogyakarta.
• Kegiatan dilakukan selama 4 (empat) hari. Waktu kegiatan : 17-20 Oktober 2013.

PESTA REMPAH: SPICES ODDYSSEY
Tempat : Hotel Royal Ambarrukmo Yogyakarta.
Hotel Hyatt Regency Yogyakarta.

Suatu kegiatan untuk merayakan kekayaan rempah Nusantara, dalam bentuk ceramah yang diberikan oleh tokoh-tokoh kuliner dalam perspektif kesejarahan dan budaya. Dalam kegiatan tersebut disertai demo oleh
para Chef terpilih yang memasak makanan dengan bahan-bahan rempah.

• “Jamu dan Kekayaan Rempah Nusantara”. Presentasi oleh Jaya Suprana mengenai kekayaan rempah Nusantara sebagai khazanah herbal sekaligus tradisi yang mengakar kuat di masyarakat Nusantara. Jamu dan rempah tidak hanya ditinjau dari aspek medis dan ekonomis melainkan dari aspek budaya. Jamu
dan rempah tak dapat dipisahkan dari budaya Nusantara yang telah melahirkan berbagai local knowledge dan local wisdom yang sangat berharga.

• “Keragaman Khazanah Masakan Nusantara dalam Perkembangan Kuliner Kontemporer”. Presentasi Bondan Winarno mengenai kekayaan kuliner Nusantara ditinjau dari perspektif kultural dan sejarah.
Kekayaan kuliner Nusantara sebagai cerminan keragaman budaya dan pengaruhnya terhadap
kecenderungan kuliner modern dan kontemporer.

• “Sejarah Makanan dan Gaya Hidup Nusantara dari Zaman Jawa Kuno hingga abad ke 21”. Presentasi oleh Prof. Dr. Timbul Haryono, arkeolog dari Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Prof. Timbul adalah seorang pakar yang banyak melakukan penelitian mengenai sejarah makanan dan gaya hidup di
Nusantara pada zaman kuno. Presentasinya akan memaparkan seluk-beluk kuliner, khususnya kuliner Jawa Kuno di zaman Syailendra pada abad ke 8 hingga abad ke 21. Kekayaan sejarah kuliner itu digali dari berbagai kitab kuno, prasasti dan sumber-sumber arkeologis serta historis yang
ada.

SEMINAR

“ARUS BALIK: MEMORI REMPAH dan BAHARI NUSANTARA, KOLONIAL dan POSKOLONIAL”

Tempat: Hotel Manohara, Borobudur, Jawa Tengah.

Hari Pertama
Jumat, 18 Oktober 2013
Pukul 08.30-11.30 WIB

Sesi I

Pembicara: Prof. Dr. Singgih Tri Sulistyono, Dr. Edward Polenggomang,
Dr. Riza Damanik

Moderator: G Budi Subanar

Rempah & Bahari: Kolonialisme Masa Lalu dan Kolonialisme Masa Depan.
Membahas jalur-jalur utama rempah yang dimiliki Nusantara masa lalu.
Bagaimana jalur-jalur ini menjadi perebutan berbagai bangsa di dunia,
sehingga akhirnya kita kehilangan kekayaan rempah-rempah. Apa yang
harus kita lakukan?

Pembicara:

Prof. Dr. Singgih Tri Sulistyono (pakar sejarah kemaritiman). Berbicara perihal
sejarah rempah yang telah mengubah dan membentuk peta kekuatan maritim
Nusantara di masa lalu. Bagaima rempah-rempah membuat Nusantara masuk
dalam percaturan ekonomi global, seperti Banten yang mengekspor lada
sampai ke Eropa.

Dr. Edward Polenggomang (penulis buku Pelabuhan Makassar abad IX:
Studi tentang Kebijaksanaan Perdagangan) berbicara sejarah
perkembangan kekayaan rempah-rempah di kepulauan Maluku di seputar
Tidore, Ternate, Ambon, Banda, pada masa lalu dan sekarang. Bagaimana
Belanda, Portugis, Spanyol menguras habis rempah-rempah kita dan
bagaimana rempah membentuk kultur masyarakat kepulauan Maluku.

Dr. Riza Damanik, berbicara perihal kolonialisme baru di laut; pergumulan,
perebutan dan penguasaan (pengkaplingan) kekayaan laut Nusantara oleh
berbagai kekuatan kapital baru dan penguasaan geo-politik baru. Tak
hanya di masa lalu, pada masa depan, wilayah bahari Nusantara terancam
dikoloni oleh kekuatan-kekuatan baru yang berebut sebaga sumber daya
alam Nusantara yang kaya.

Moderator:
G Budi Subanar (akademisi Universitas Sanata Dharma, penulis novel
Hilangnya Halaman Rumahku)

Sesi II
Pukul 14.00-17.00
Pembicara: Dr. Bondan Kanumoyoso dan Surya Helmi
Moderator: Nunus Supardi

Harta Karun & Kapal Karam di laut Nusantara.

Diperkirakan ada ratusan kapal karam yang ada di lautan Nusantara.
Kapal-kapal itu memuat berbagai barang berharga Cina, India dan Eropa.
Yang menjadi soal adalah pemerintah Indonesia tak memiliki kemampuan
yang memadai dan kekurangan dana untuk mengangkat harta karun itu
sehingga kalah cepat dibanding pencari harta karun internasional. Pada
sesi ini akan dibahas titik-titik harta karun di perairan Nusantara
dan segala persoalannya. Bagaimana memanfaatkan harta karun tersebut
sebagai warisan budaya yang belum banyak tersentuh.

Pembicara:
Dr. Bondan Kanumoyoso (Sejarawan Universitas Indonesia) membahas
proses perdagangan di Nusantara pada masa VOC. Bagaimana perkembangan
perdagangan pada masa pra, masa dominasi dan kemudian masa setelah
runtuhnya VOC. Komoditas apa saja yang diperdagangkan dan bagaimana
jaringan kuasa dan proses perdagangan tersebut terbentuk.

Surya Helmi (Arkeolog, Direktur Peninggalan Bawah Air Ditjen Sejarah
dan Kebudayaan), akan berbicara perihal titik-titik harta karun yang
berada di dalam kapal-kapal karam di perairan Indonesia. Bagaimana
mengidentifikasi dan memanfaatkan harta karun kapal karam itu.

Moderator: Nunus Supardi (mantan Direktur Purbakala dan Panitia
Nasional Pengangkatan Isi Muatan Kapal Tenggelam)

Hari Kedua
Sabtu, 19 Oktober 2013
Sesi I
Pukul 09.00-12.00
Pembicara: Dr. Daud Aris Tanudirjo, Prof. Dr. Sutejo Kuat Widodo,
Prof. Dr. Gusti Asnan
Moderator: Dr Didik Pradjoko

Pelabuhan-Pelabuhan Nusantara

Sesi ini membahas pelabuhan Nusantara dari masa sebelum kolonial
hingga masa kolonial. Pelabuhan menjadi bagian penting perlintasan
kapal-kapal dari berbagai penjuru untuk melakukan perniagaan.
Pelabuhan menjadi tempat strategis bertukarnya berbagai barang
sekaligus gagasan dengan bertemunya orang-orang dari kebudayaan yang
berbeda-beda. Bagaimana peran pelabuhan-pelabuhan kuno seperti Barus
abad ke-6, masa Sriwijaya dan Majaphit serta masa kolonial? Bagaimana
pelabuhan tidak hanya berfungsi sebagai pelintasan kapal-kapal dagang,
tetapi juga pintu masuk pertemuan di antara pelbagai kebudayaan? Apa
pandangan atas pelabuhan masa itu baik orang-orang lokal maupun para
pedagang di luar kawasan? Apa pengaruh pelabuhan pada masanya terhadap
percaturan politik dan sosial dalam kerangka antarkawasan, misalnya,
di Asia Tenggara?

Pembicara:
Dr. Daud Aris Tanudirjo (Arkeolog, Universitas Gajah Mada) berbicara
mengenai Pelabuhan Barus dan pelabuhan yang lebih tua dikenal sebagai

pelabuhan tua di Nusantara. Apa peran yang diambil Barus dan pelabuhanyang lebih tua pada masanya terhadap perlintasan kapal-kapal dan
perniagaan dari dan kepada penduduk nusantara? Apakah Barus dan
pelabuhan yang lebih tua menjadi pelabuhan sentral pada masanya yang
secara langsung atau tidak langsugn menghubungkan wilayah-wilayah?
Apakah dampak kebudayaannya baik kepada penduduk di sekitar Barus dan
pelabuhan yang lebih tua, wilayah Nusantara lainnya, maupun kepada
pedagang-pedagang manca tersebut?

Prof. Dr. Sutejo Kuat Widodo (sejarawan, Universitas Diponegoro)
berbicara perihal pelabuhan-pelabuhan besar dalam kaitannya dengan
perkembangan politik dan perdagangan Nusantara di masa silam, terutama
kaitannya dengan masa Majapahit dan Sriwijaya? Bagaimana bangun dan
jatuhnya Pelabuhan Muara Zubag pada era Sriwijaya dan pelabuhan di
Tuban pada Masa Majapahit? Apa dampak bangun dan jatuhnya kedua
pelabuhan tersebut pada bagi percaturan politik di dua kerajaan
tersebut dan kawasan yang lebih luas?

Prof. Dr. Gusti Asnan (sejarawan, Universitas Andalas Padang)
berbicara perihal bahari di wilayah barat Pulau Sumatra. Bagaimana
peta kekuatan bahari di wilayah barat Pulau Sumatra setelah runtuhnya
Sriwijaya dan Majapahit? Bagaimana kekuatan bahari dan perniagaan dari
Eropa, Timur Asing, dan lokal yang bersaing di wilayah tersebut pada
masa kolonial dan bagaimana kekuatan lokal bertahan pada pergumulan
tersebut? Negosiasi seperti apa yang muncul dari pertemuan tiga
kekuatan bahari, terutama bagi kekuatan lokal?

Moderator:
Dr Didik Pradjoko (Universitas Indonesia)

Sesi II
Pukul: 14.00-17.00
Pembicara: Bona Beding, Nila Riwut, M. Ridwan Alimuddin
Moderator: Halim HD

Pengalaman dari Laut

Manusia-manusia Nusantara memiliki khazanah bahari yang sangat kaya,
yaitu khazanah yang muncul dari pengalaman langsung dengan laut.
Berbagai pengalaman tersebut kini mulai hilang akibat terlalu kuatnya
orientasi ke daratan. Kendati begitu hingga kini masih ditemukan
berbagai pengalaman unik dari individu-individu atau suku-suku
tertentu yang sangat akrab dengan laut. Pada sesi ini akan tampil
beberapa pembicara yang memiliki pengalaman langsung dengan laut.

Pembicara:
Bona Beding (Penombak Ikan Paus, Ketua komunitas Lamalera, Direktur
Penerbit Lamalera), berbicara perihal bagaimana masyarakat Lamalera
memahami hakikat laut. Juga mengenai sastra laut daerah tersebut.
Menurutnya sudah ratusan tahun warga Lamalera memiliki tradisi
menangkap ikan paus. Mereka memiliki teologi sendiri tentang ikan
paus. Mereka menganggap ikan paus sebagai ibu dan penangkapan ikan
tersebut tidak akan mengurangi populasinya. Bona juga akan bercerita
mengenai mantra-mantra dan doa-doa yang harus dirapalkan oleh para
nelayan yang akan menangkap ikan paus.

Nila Riwut (peneliti peradaban sungai dan perahu sungai Kalimantan).
Nila Riwut meneliti peradaban sungai-sungai di Kalimantan, termasuk
berbagai perahu yang digunakan masyarakat sungai. Nila Riwut akan
membahas budaya sungai di Kalimantan sebagai entitas budaya tersendiri
sekaligus berperan penting dalam perannya menghubungkan samudra/laut
dengan wilayah pedalaman.
M. Ridwan Alimuddin (Penulis buku: Orang Mandar,Orang Laut dan Sandeq,
Perahu Tercepat Nusantara). Ridwan memiliki pengalaman langsung dengan
laut dan pelayaran perahu Sandeq. Ia juga mengumpulkan berbagai
pengetahuan lokal yang berkaitan dengan perahu tersebut, termasuk
berbagai cerita lisan dan kisah-kisah unik mengenai Sandeq. Bagaimana
peradaban bahari telah membentuk kultur masyarakat di Sulawesi dan
bagaimana kondisi khazanah laut tersebut saat ini.

Moderator:
Halim HD (aktivis budaya yang terus berkeliling Nusantara).

Hari Ketiga
Minggu, 20 Oktober 2013
Sesi I
Pukul 10.00-13.00

Pembicara: Tan Ta Sen, A. Dahana, Remy Silado
Moderator: I Gde Paramartha

Para Penjelajah Besar: Cheng Ho dan Nusantara

Kawasan laut Nusantara telah melahirkan para penjelajah besar yang
dapat dikatakan sebagai pionir dan para penemu daerah baru. Salah satu
tokoh pelaut besar adalah Cheng Ho. Para pelaut seperti Cheng Ho dapat
melakukan penjelajahan karena ditopang oleh penguasaan navigasi yang
mumpuni dan teknologi perkapalan yang kuat.
Pembicara:
Tan Ta Sen (Singapura, presiden International Zheng He Society).
Berbicara perihal posisi Cheng Ho dalam perkembangan penjelajahan
bahari dunia. Dalam penelitiannya, Tan Ta Sen melacak hubungan Cheng
Ho dengan Nusantara, Asia dan dunia. Bagaimana pelaut tangguh dari
China ini menempuh jalur pelayaran yang belum terjelajahi oleh para
pelaut Eropa, dan apa saja warisannya yang masih ada di Asia Tenggara.

Prof. Dr. A. Dahana (sejarawan, Universitas Indonesia) Presentasi
mengenai kisah penjelajahan Cheng Ho, khususnya yang berkaitan dengan
Asia Tenggara dan Nusantara. Presentasi diambil dari edisi khusus
tentang 600 tahun Cheng Ho. Dalam peringatan 600 tahun Cheng Ho
majalah ini mencoba merekonstruksi
perjalanan pelaut besar China tersebut di jalur pelayaran Asia dan Nusantara.

Remy Silado (novelis dan peneliti sejarah Tionghoa di Nusantara). Remy
Sylado akan memaparkan Cheng Ho dalam perjalannya di Nusantara.

Moderator: I Gde Paramartha, sejarawan Universitas Udayana, Bali.
Sesi II
Pukul 14.00-17.00
Pembicara: Prof. Dr. Susanto Zuhdi, M.Hum, Horst H. Liebner, Nick Burningham
Moderator: Gita Arjakusuma

Penjelajah & Kapal Nusantara

Pembicara:
Prof. Dr. Susanto Zuhdi, (sejarawan bahari, Universitas Indonesia) membahas
konstelasi dan jaringan bahari Nusantara pra kolonial dan masa kolonial.
Bagaimana peran kekuatan-kekuatan lokal dalam pembentukan jaringan bahari
Nusantara. Pada mulanya Nusantara merupakan kumpulan berbagai entitas
lokal yang tersebar di ribuan pulau. Bagaimana berbagai entitas lokal itu saling
berhubungan sebelum muncul kerajaan-kerajaan besar dan kemudian
disusul oleh pertarungan para kolonialis Eropa seperto Portugis,
Spanyol, Inggris dan Belanda.

Horst Liebner (antropolog), peneliti perahu-perahu tradisional Nusantara,
terutama perahu Sandeq dari Mandar, Sulawesi Selatan. Ia yang mempelopori
kegiatan perlombaan adu cepat perahu-perahu tradisional Sandeq di Mandar
yang diadakan setiap tahun dengan rute Majene-Makassar. Apa saja keunggulan
kapal-kapal Nusantara dibanding dengan kapal-kapal di belahan dunia lainnya.
Bagaimana teknologi perkapalan tumbuh dan berkembang di Nusantara masa lalu.

Nick Burningham (arkeolog maritim) berbicara perihal proses
rekonstruksi kapal berdasarkan relief di candi Borobudur dan bagaimana
kemudian perahu itu dicoba untuk berlayar ke Ghana melalui Madagaskar.
Nick akan memaparkan apa saja keunggulan kapal Borobudur pada masanya.
Bagaimana kapal itu hingga dapat menempuh jalur pelayaran yang sangat
jauh.
Moderator: Gita Arjakusuma (Nahkoda Phinisi Nusantara).

PAMERAN FOTO
Tempat: Hotel Sheraton Mustika, Yogyakarta.
Pemeran foto bahari atau yang berlatar belakang kekayaan budaya laut
di Nusantara. Pameran akan menampilkan foto-foto para fotografer
Indonesia mengenai kehidupan laut beserta tradisinya yang sangat
beragam.

PEMUTARAN FILM (FILM SCREENING)
Tempat: Audio-Visual Room, Hotel Manohara, Borobudur, Jawa Tengah.
Pemutaran film yang mengangkat kekayaan budaya laut di Nusantara. Film-film
mengenai kehidupan laut Nusantara selama ini cukup banyak tapi sangat jarang
diekspos dan didiskusikan. Dalam BWCF 2013 akan ditayangkan berbagai film
mengenai kehidupan laut, baik film dokomenter maupun film cerita.

PENTAS MUSIK
Tempat: Rumah Buku Dunia Tera, Borobudur, Jawa Tengah.
Pementasan musik yang menggali dan merayakan kekayaan khazanah
tradisi, termasuk tradisi bahari Nusantara. Pertunjukan musik akan
dilakukan oleh:
Ayu Lakhsmi, penyanyi dari Bali. Ivan Nestorman, yang mengeksplotasi
musik Jazz Lamalera dengan syair-syair yang banyak berbicara
pengalaman bahari.

PANGGUNG SASTRA DARI LAUT
Tempat: Rumah Buku Dunia Tera, Borobudur, Jawa Tengah.
Kegiatan pementasan dan pembacaan sastra yang menampilkan para
penyair dan novelis penulis karya sastra mengenai laut dan peradaban bahari
Nusantara. Para sastrawan yang akan tampil:
• Mardi Luhung (Gresik)
• Mashuri (Lamongan)
• Ahmad Syubbanuddin Alwy (Cirebon)
• Marhalim Zaini (Riau)
• Raudal Tanjung Banua (Yogyakarta)
• Dino Umahuk (Ternate)

PESTA BUKU
Tempat: Rumah Buku Dunia Tera, Borobudur, Jawa Tengah.

Kegiatan peluncuran dan diskusi buku-buku perihal kekayaan peradaban bahari
Nusantara dan rempah Nusantara. Buku-buku yang diluncurkan adalah
novel-novel yang mengangkat kisah rempah, kehidupan masyarakat
kepulauan, kisah-kisah dari laut, dan berbagai kehidupan yang
berkaitan langsung dengan peradaban bahari Nusantara.

SANG HYANG KAMAHAYANIKAN AWARD
Tempat: Hotel Sheraton Mustika, Yogyakarta.
Pemberian penghargaan kepada tokoh yang telah berjasa dan memberikan
kontribusi besar dalam pengkajian budaya dan sejarah Nusantara baik
sejarawan, sastrawan, arkeolog, budayawan, dramawan, dalang,
rohaniawan, filolog dan sebagainya. Juri penerima penghargaan Sang
Hyang Kamahayanikan Award 2013:

Prof. Dr. Susanto Zuhdi (Sejawaran Bahari)
Prof. Dr. Agus Aris Munadar (Arkeolog)
Prof. Dr. Mudji Sutrisno SJ. (Filsuf STF Driyarkara, Jakarta)
Tim Samana Foundation

TIM KERJA FESTIVAL
Yoke Darmawan (Direktur Festival)
Dorothea Rosa Herliany (Kurator)
Imam Muhtarom (Kurator)
Seno Joko Suyono (Kurator)
Wicaksono Adi (Kurator)

Informasi-Contact Person
Imam Muhtarom, Mobile: 081553236001, email: imam_muhtarom@yahoo.com
Yoke Darmawan, Mobile: 08123868473, email: admin@darmawan-assc.com

Road to Borobudur Writers & Cultural Festival 2013

Untuk menyongsong Borobudur Writers & Cultural Festival (BWCF) 2013,
dilakukan rangkaian acara bertajuk Road to BWCF 2013, berupa serial
seminar dua bulanan dengan tema Paradaban Bahari Nusantara. Pada
tanggal 1 Maret 2013, di Presidential Lounge Menara Batavia, Jl. KH
Mas Masyur, Jakarta, telah berlangsung salah satu seri seminar yang
menghadirkan pembicara Prof. Dr. Agus Aris Munandar, Prof. Dr. Susanto
Zuhdi dan Irawan Djoko Nugroho, membahas kerajaan Majapahit sebagai
kekuatan Bahari Nusantara.

Seminar tersebut dihadiri para sejarawan dan penulis sejarah,
arkeolog, budayawan, mahasiswa, pecinta sejarah dan budaya Nusantara,
wartawan dan masyarakat umum. Seri seminar ini akan dilakukan secara
berkala hingga sampai di acara puncak pada BWCF 2013 di bulan Oktober
2013.

KILAS BALIK

Borobudur Writers & Cultural Festival 2012 yang pertama telah sukses
diselenggarakan pada Oktober 2012, dihadiri 350 penulis cerita silat
dan penulis berlatar sejarah Nusantara, para antropolog, sejarawan,
budayawan, mahasiswa, wartawan, dan masyarakat umum. Rangkaian acara
yang berlangsung selama 4 hari dilakukan di dua wilayah, yaitu
Yogyakarta dan Borobudur, Magelang, Jawa Tengah. Acara di Yogyakarta
digelar di Hotel Royal Ambarrukmo, Hotel Hyatt Regency dan Sheraton
Mustika. Sedangkan acara di wiyalah Borobudur digelar di tiga tempat:
Hotel Manohara, Hotel Rumah Budi dan Rumah Buku Dunia Tera. Mata acara
terdiri dari seminar, workshop penulisan cerita anak, pemutaran film,
pesta buku, pementasan seni, lecture tentang sejarah Nusantara, dan
pemberian penghargaan Sang Hyang Kamahayanikan Award kepada penulis
cerita silat SH Mintardja.

Panitia memblok 2 kamar pantry di Pondok Tinggal (kemungkinan besar di daerah Magelang tempat sebagian besar seminar berlangsung--seminar di Hotel Manohara Magelang ) yang masing-masing kamar berisi 6 orang. bisa u blogger dari luar Yogya. Satu orang hanya dikenai biaya @25.000/orang. (info dari panitia bpk. Imam Muhtarom)

Yang dari Yogya mungkin bisa bantu transportasi? (@Mak Siti Hairul Dayah) menyediakan mobil untuk teman2 selama mengikuti kegiatan dari hotel Manohara ke Royal Ambarukmo dan Hyatt Jogya? 

Atau kalau peminat banyak maka bisa juga membantu mencarikan tambahan penginapan?

Siapa asaja dari luar Yogya yang tertarik hadir? (terutama Surabaya- biar barengan sama saya? -colek Rahmah Chemist)

Yang tertarik silakan komen di bawah sini ya: pondok terbatas untuk 12 orang pertama (termasuk saya) 

5 komentar:

  1. wowww. Tertark sekali hiheiheheihie. Iyesssssssssssss saya yang pertama ya. Hiehiheee. Wah wah yang dari Pontianak gimana nih?

    BalasHapus
  2. ayo ikutan pak asep. event setahun sekali nih. kalo dari pontianak ajak temen2 blogger borneo aja, pak. biar ada temennya pas berangkat. :D

    BalasHapus
  3. Wah seru kayaknya mbak, pas baca tanggalnya kupikir hari ini, bisa schedule dan jalan2 nih

    BalasHapus
  4. Wah seru kayaknya mbak, pas baca tanggalnya kupikir hari ini, bisa schedule dan jalan2 nih

    BalasHapus
  5. mulai tanggal 18 oktober, mba nunu. mau ikutan? :D

    BalasHapus

Silahkan tinggalkan komentar. Terimakasih sudah berkunjung.
Mohon komen pakai url blog, bukan link postingan. Komen dengan menggunakan link postingan akan saya hapus karena jadi broken link. :)