Pages

Selasa, 29 Oktober 2013

Pemimpin Perempuan

Visioner, merakyat, ramah dan memiliki kemampuan di bidang politik. Paham seluk beluk birokrasi. Andai saya tidak tau visi misinya mungkin saya akan memilih orang lain. Jujur, perempuan menjadi seorang pemimpin itu adalah hal yang benar-benar saya pertanyakan. Mengapa harus perempuan kalau ada laki-laki yang berkompeten di bidang itu? Sayangnya, calon walikota yang laki-laki tidak sesuai harapan. Sibuk memperkaya bisnis sendiri dan membangun dinasti politik di kancah provinsi. Dan pilihan saya pun jatuh pada perempuan itu.

Menilik peran perempuan sebagai pemimpin, sebenarnya Islam sudah memberi warning.  Kalau ada perempuan yang jadi pemimpin, sense atau rasa kepekaan perempuan akan tetap lebih dominan saat memimpin. Dan ini bisa jadi akan jadi masalah suatu saat. Ini yang perlu diantisipasi. Logika laki-laki jauh lebih besar dari perempuan.  Hanya saja, pernah suatu ketika, saya ngobrol sama seorang teman. Kalau ada pemimpin yang lahir tak paham seluk beluk birokrasi, hasilnya bakal lelet ngerjain segala macamnya. Malah mulai belajar dari awal. Bukannya segera menuntaskan masalah yang sudah ada dan mencabut akar masalah, malah membuat strutur birokrasi jadi njlimet dan ga to the point.  Mengingat-ingat lagi tentang nasihat, “Jika suatu masalah tidak diberikan pada yang ahli, tunggulah kehancurannya.” Ya, saya berpegang pada itu saja. Kalau memang ada yang kompeten, pilih itu. Siapapun dia, dari manapun asalnya. Ga perlu liat cantik atau ganteng. Kaya atau miskin. Asal bisa menyelesaikan masalah yang ada.

Jujur, saya agak kurang sreg sama walikota yang saat ini menjabat. Banyak permasalahan yang bikin saya mikir, ini kok ya nggak diselesaikan lebih dulu? Misalnya saja masalah sistem drainase di pusat kota. Saya pernah terjebak banjir setinggi lutut orang dewasa sampai 3 kali. Keterlaluan sekali sampai genangan airnya parah begitu. Mungkin si walikota ga pernah ngrasain kejebak banjir begitu kali yah. -_-

Trus lagi, aset pemerintah kota seperti wahana wisata yang dulu sudah dibuat oleh walikota lama justru tidak dirawat malah sibuk bikin aset yang serupa hanya agar bisa jadi bisnis untuk kepentingan pribadinya. Aish, kalau pemimpinnya dari kalangan pengusaha apa memang seluruh pikirannya justru untuk mempermudah urusan pribadinya saja? Halo, haloo, kalau gitu sih namanya bukan memimpin. Tapi memperkaya diri sendiri. 

Jadi inget obrolan dengan ibuku, kita emang butuh pemimpin yang udah nggak butuh duit. Jadi dijamin dia ga akan memperkaya dirinya sendiri. Butuhnya pemimpin yang emang mau ngayomi, melayani, dan membimbing. Yang mau berjibaku buat menuntaskan akar masalah yang ada di masyarakat.

Ya, kalau memang sudah jadi milik rakyat, selesaikanlah urusan rakyat. Kesampingkan urusan pribadi. Karena itu konsekuensi jadi pemimpin. Artinya, pemimpin memang beda dengan penguasa. Penguasa maunya menguasai segala maunya dikerjain semua sendiri, pemimpin bisa ngasih contoh ngasih solusi dan lebih fokus pada tugas negara.

Hmm, semoga pemimpin yang terpilih dari pemilihan walikota saat ini, menjadi pemimpin yang amanah dan mampu menyelesaikan masalah dengan tuntas dan segera. Hasil pilwalkot sudah ditentukan lewat pemilihan, tinggal melihat ke depan bagaimana kinerjanya nanti. Semoga tetap amanah dan masyarakat juga mampu mengawal agar pemimpinnya tetap berada di jalur yang benar. Aamiin. :)

Tegal, 291013, 03:20

3 komentar:

  1. Hehehe iya, pemimpin-pemimpin yang ada jaman sekarang pada ga takut neraka rasanya..

    Anyway, saya lagi cari guest blogger utk #MenulisMuharram.
    Ikutan yuk mbak: http://bit.ly/HlVEya, thankyou ^^

    BalasHapus
  2. semoga pemimpinnya bisa memimpin dengan baik

    BalasHapus
  3. semoga pemimpinnya amanah mba...!

    BalasHapus

Silahkan tinggalkan komentar. Terimakasih sudah berkunjung.
Mohon komen pakai url blog, bukan link postingan. Komen dengan menggunakan link postingan akan saya hapus karena jadi broken link. :)