Pages

Selasa, 15 Oktober 2013

Resensi Rainbow : Akankah ada Kesempatan Kedua?



Judul     : Rainbow 
Penulis  : Eni Martini 
Penerbit: Elex Media Komputindo 
Jumlah halaman :201 halaman. 
Terbit : 2013
ISBN : 978-602-02-1609-6

"Kamu itu bidadari tanpa sayap, Sayang, maka dari itu aku datang diciptakan Tuhan untuk menjadi sepasang sayap buatmu..."


Anniversary pernikahan yang baru setahun, mendadak menjadi malapetaka bagi Akna dan Keisha. Tak ada yang akan menyangka apa yang akan terjadi pada takdir kehidupan kita. Sedetik, semenit, satu jam, ataupun sebulan kemudian. Tak akan ada yang pernah menebak apa yang akan ada di depan kita nanti. Sebuah kecelakaan membuat Akna menjadi cacat permanen. Kakinya harus diamputasi tepat ketika ia seharusnya merayakan anniversary pernikahannya dengan Keisha. Keisha bahkan masih ingat apa yang diminta Akna tadi pagi sebelum kecelakaan itu terjadi. 

"Jangan melamun, Sayang. Aku butuh doamu untuk kesuksesan hari ini.", ucap Akna waktu meminta Keisha mendoakannya.

Keisha yang rapuh, akhirnya harus tetap tegar menjalani takdir barunya. 

Siapa yang akan mengira secepat ini Tuhan mengganti bahagia Keisha dengan kesedihan? Secepat itu pula Tuhan membuat ia menangis. Tuhan mungkin bercanda. Doa yang seharusnya ia pinta digantikan dengan hal yang lain. Tragis. Tapi, jika keadaan sudah berbalik, apa yang harus dilakukan oleh Keisha untuk menghadapi Akna yang jadi seperti anak kecil? 

Kecelakaan membuat sifat Akna berubah total. Suami yang penyayang tiba-tiba menjadi temperamen, sulit diajak komunikasi, padahal dulu rumah itu tak pernah sepi dari canda dan tawa keduanya. Kini rumah serasa kuburan. Akna bahkan menolak Keisha membantunya untuk menjalani setiap aktivitasnya seperti makan, minum, termasuk mandi. Bahkan Akna menolak Keisha tidur satu kamar dengannya. Padahal, Keisha istrinya. Akna tak siap berdamai dengan takdirnya, berdamai dengan dirinya sendiri.

"Kasihan atuh Akna, kasian ibu mertuamu. Sing kiat, Neng. Mama yakin Keike kiat," bisikan mama membuat Keisha kuat, meski harus berjuang melawan rasa sedih karena perlakuan Akna yang berubah drastis.

Keisha yang rapuh harus beralih rupa menjadi perempuan tangguh. Tak ada sayap suaminya yang akan menggenggamnya lagi, justru ia yang harus menjadi sayap bagi suaminya kini. Tak ada lagi manja yang akan dia lantunkan tapi Keisha harus menjadi si tangan besi yang siap mengubah ekonomi rumah tangganya menjadi lebih baik pasca Akna kecelakaan. 

Prahara bagaimanapun bentuknya jika disikapi dengan sabar akan menjadi pahala bagi pelakunya.  Akankah prahara rumah tangga Keisha dan Akna menemukan takdir barunya? 

Apakah harus cerai jika itu yang diinginkan sebagai jalan terakhir? Akankah selalu ada kesempatan kedua jika Tuhan menginginkannya tetap bersama? 

Membaca kisah di buku ini saya diajak untuk menemukan kehidupan pasca akad nikah. Tak ada kehidupan rumah tangga yang sesempurna dongeng. Setiap rumah tangga pasti akan diuji dengan ujian masing-masing. Ada yang kehilangan anak, ada yang belum punya anak, cekcok dengan mertua, ekonomi yang belum stabil, orang ketiga, dll. Tapi bagaimana bijaknya setiap pasangan untuk saling menggenggam meski perih harus ditepis.

Saya takjub dengan kata-kata yang diucapkan ibunda Keisha. 

"Setiap kehidupan berumah tangga itu pasti mendapat ujian, entah kematian, sakit, ekonomi perselingkuhan, dan banyak lagi karena manusia itu diuji keimanannya tidak hanya asal mengatakan "aku beriman", Ke. Kau harus bersyukur sudah mendapat ujian ini. Banyak pasangan-pasangan lain yang masih bertanya-tanya seperti apa ujian mereka di depan sana..."

Saya merasa penulis tepat membidik tema difabel-istilah untuk para penyandang cacat- menjadi sebuah kisah yang tidak sinetron banget tapi sarat pesan moral dan selipan agama juga. Bagaimana harus berdamai dengan diri sendiri, bagaimana caranya harus bangkit menghadapi ujian hidup dan bagaimana menghadapi penerimaan lingkungan pasca tragedi. 

Selipan tentang proposal bisnis yang dijalankan Keisha juga aplikatif untuk digunakan dalam kehidupan nyata. Bahasanya ringan, romantis, mengalir sehingga saya cepat menyelesaikannya dalam sekali duduk dan makna yang ingin disampaikan penulis pun tak terkesan menggurui. Sampul novel yang eye catching, membuat mata yang memandang jadi merasakan pelangi kehidupan. Ditambah kertas novel yang ringan membuat saya betah membawanya di dalam tas, karena bisa dibaca di mana saja. Taglinenya sesuai dengan isi novel, tidak terlalu berlebihan. Dan yang saya suka, penulis membuat ending yang tidak mengecewakan pembaca. 

Saya salut dengan penulisnya yang memberi pesan-pesan kehidupan, bahwa hidup dan ujian ibarat roda yang akan terus berputar, kita akan diuji dengan apa yang paling kita cintai. Jika Akna mencintai Keisha dengan berlebihan, ya itulah yang akan diuji Tuhan. 

Semoga agama jadi penopang utama ketika rumah tangga diambang kehancuran. Sungguh, tak ada yang abadi di dunia, hingga jika kamu menikah, menikahlah karena agamanya. Menentramkanmu dan saling menguatkan, hingga ujian hidup yang akan kamu lewati tak akan membuat kapal yang kamu buat dengan pasanganmu karam. Mungkin ada riak-riak dalam pernikahan, tapi Tuhan maha rencana akan menggenapkan ujian dengan satu jawaban. Sesudah kesulitan, ada kemudahan. Trust me, percaya pada Tuhanmu, ia yang memberi hidup tak akan membuat kamu binasa jika kamu ada di jalur yang Dia ingini. Bukankah pernikahan adalah perjanjian yang agung dengan Tuhan? Maka, tetaplah di jalanNya.

Yuk, baca buku ini. Akan kamu temukan jawaban yang membuat kamu tertegun sekaligus bersyukur, karena masih menjalani hari dengan nikmat sehat. Bisa jadi di luar sana ada saudara kita yang merasakan menjadi Akna, kehilangan hidup, kehilangan segalanya setelah kakinya hilang. Dan kamu akan bersyukur karena hidup masih memberimu kesempatan untuk menjalani takdir kedua yang diberikan Tuhan untukmu, agar kamu menjadi lebih baik lagi. :)

14 komentar:

  1. dari rasa suka berubah cepat ke rasa duka ya

    BalasHapus
  2. Iya, bener banget La, novel mb Eni Martini ini membuatku bersyukur karena tak harus menghadapi masalah serumit Akna dan Keisha :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya, mba uniek. mengingatkanku bahwa ujian masing2 memang beda2 sesuai kadar kesanggupan. :')

      Hapus
  3. aduh bebeb membuatku mupeng, pinjemmm :D

    BalasHapus
  4. Kesempatan kedua, mesti diraih dengan terus berusaha, bukan dengan berdiam diri saja :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. yups. bener banget, mba. jadi kesempatan kedua pun datang karena memang diusahakan dan digunakan sebaik-baiknya.

      Hapus
  5. kisahnya kayak teman ayahku, kecelakaan motor dan harus diamputasi kakinya...tapi dalam cerita ini yang diamputasi apakah 22 nya ? ceritanya sedih juga ya..yah begitulah Allah dengan Maha Segala Tahu Nya....dia yang mengatur semua skenario hidup manusia...semoga kita menjadi agama sebagai tiang dasar kita, supaya tetap kokoh ketika masalah/ujian datang ke diri kita ataupun keluarga...

    BalasHapus
    Balasan
    1. satu kaki aja, kak. tapi shocknya bukan main. apalagi pengantin baru jadi si istri harus bener2 sabar hadapi suaminya yang mendadak jadi temperamen. :( ga kebayang aja jadinya kalo liat sekitar ada yang seperti Akna. :')

      Hapus
  6. setiap ada kesenangan selalu ada kesedihan...
    novel yang keren apalagi mengangkt tema rumah tangga. Bukan karena faktor ekternal tetapi faktor internal. diri sendiri..
    jadi pingin baca.. hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. ayo dibaca, vey. harganya masih terjangkau kok. btw, memang bener klo soal masalah internal jadi lebih gregetan aja, apalagi ini karena perubahan sikap pasca kecelakaan. ga bisa bayangin gimana rasanya. :(

      Hapus
  7. MEmang benar tak ada rumah tangga seindah dongeng. BErarti istrinya kuat, karena kita diuji menurut kesanggupan kita.

    BalasHapus
    Balasan
    1. siap ga siap harus tetap hadapi kalo itu terjadi, uni. ujian masing2 orang selalu ada ya.

      Hapus

Silahkan tinggalkan komentar. Terimakasih sudah berkunjung.
Mohon komen pakai url blog, bukan link postingan. Komen dengan menggunakan link postingan akan saya hapus karena jadi broken link. :)