Aku menggeleng. Uang itu memang satu-satunya yang kubawa tadi pagi
saat pamit pada ibu untuk membeli sarapan. Biasanya ada selipan uang kecil di
jaket, tapi tumben kali ini tak ada. Aku juga tak membawa dompet. Aku sering
lupa kalau tak setiap penjual memiliki uang kecil untuk kembalian.
“Trus pripun, bu?” (trus, gimana bu?) tanyaku lagi.
“Gawa bae, mba. Duite sampeyan ora payu.” (Bawa aja, mba. Uang kamu gak laku),
sambil nyengir.
“Dibekto riyin nggeh?” (Dibawa saja ya?), aku masih tak
percaya. Semudah itu?
Akhirnya, aku pulang membawa tiga bungkus kupat bongkok dan
dua bungkus kerupuk kecil, tapi uang lembaran itupun kubawa pulang juga. Ibu penjual tak mau menerima
uangnya, karena katanya uangnya kebesaran, belum ada kembalian. Agak tak enak
sebenarnya karena termasuknya aku berhutang dong. Walau nominalnya tujuh ribu
rupiah tetap itu suatu tanggungan untukku. Kali aja kelupaan buat beli di sana lagi.
***
Hari Berganti. Selang dua hari aku lupa beli di sana karena ibu sudah beli
makanan lain yang biasanya penjualnya mampir depan rumah. Akhirnya baru tadi pagi aku ke tempat itu
lagi. Memesan makanan untukku saja. Lalu kuangsurkan padanya uang lembaran
kecil yang sudah kupaskan dengan jumlah bayaran padanya.
“Niki sekalian wingi nggeh, bu. Kirang pitung ewu.” (ini
sekalian kemarin ya, bu. Kurang tujuh ribu.”
Ibu ini justru kaget. “Kulo malah lali, mba. Matursuwun.”
(saya malah lupa, mba. Makasih)
Aku pun pamit. Tapi dalam perjalanan pulang itu, aku
mendapatkan hikmah. Mungkin memang sudah ditakdirkan agar aku datang hari itu
membawa uang yang seharusnya aku bayarkan saat pertama membeli. Karena,
ternyata saat aku datang kedua kalinya, dagangan si ibu sedang sepi. Tahukah
kamu, saat dia melayani pesananku hanya aku yang ada di sana. Artinya... hmm,
bahwa ya mungkin memang sudah digariskan begitu bahwa aku kelupaan bawa uang
kecil, bahwa aku kelupaan membayarnya selama dua hari, dan aku baru bisa ke
sana saat si ibu sedang sepi pembeli. Aku jadi tahu bahwa rezeki apapun yang ditahan
oleh Tuhan, sebenarnya sudah ada porsinya. Hanya, kapan akan diberikan itu
adalah hak Allah. Bisa jadi memang saat itu kamu sedang tidak butuh banget.
Jadi, rezeki itu ditangguhkan lewat jalan apapun sehingga hanya akan muncul di
saat kita butuh.
Tak ada yang menyangka kan? Sedetail itu skenarioNya. Maka,
berbaik sangkalah padaNya. Bisa jadi, rezekimu juga yang sedang ditangguhkan
berupa apapun, baik uang, hadiah, jodoh, kenaikan karir, dll. Mungkin memang
akan datang di saat yang paling tepat. Ketika kamu memang benar-benar
membutuhkannya. Maka, bersyukurlah. Selalu ada hikmah dari suatu peristiwa. :)
Subhanallah... selalu ada hikmah yang bisa diambil dari tiap kejadian hidup. Dan tidak semua orang bisa melihat hikmah ini. Rasa tersambung pada Alloh dan kalbu yang senantiasa melafazkan asma Alloh akan mampu menangkap hikmah-hikmah disekitar kita.
BalasHapusSetuju mbak, emang bnr Rejeki mang ga Kmn, kl itu utk kita Meskipun hrs ditangguhkan pasti dtg juga ya.. Subhanallah.. Begitu juga sebaliknya mo jempalitan kya apa pun kl bkn Rejeki kita ga kan nyampe :)
BalasHapusPengalaman yang membuat orang-orang sadar untuk terus berbuat baik maka suatu saat akan ada balasan nya dan itu pasti Insya Allah. :)
BalasHapusrezeki nggak kan kemana dan nggak akan ketukar,saya percaya itu...^^
BalasHapusBener La, cuma kadang kita yang kurang sabar :)
BalasHapusBenar mbak, kalau rezeki gak akan kemana ya :) . Makasih mbak sudah share ^^
BalasHapusDiam2 suka sama mbak Ila :)
BalasHapusaku pernah beli ikan bandeng duri lunak dipenjual yang keliling kebetulan mau anter pascal ke sekolah, tpai tidak ada kembaliannya. aku bilang gak jadi aja beli soalnya kan gak enak kalau tidak bayar tapi sipenjualnya tetap kasih gak apa-apa nanti aja katanya. walah aku cari-cari tuh besoknya baru ketemu 2 hari kemudian. peraya sekali ya penjualnya
BalasHapuscerita ringan yang menarik
BalasHapus