Pages

Jumat, 29 November 2013

Selesaikan Dulu Dirimu

Di BAW lagi rame bahas dari ngobrolin buku-buku dan kontroversi pemenang KLA, sampe akhirnya bahas tentang LGBT. Hiiy, serius itu ngeri sekali. Sampai sekarang kalo ditanyain tentang LGBT mending saya milih melipir pergi. Jadi, maaf kalo saya pernah ga urusin draft naskah temen karena ada unsur beginian. Wew. Saya takut aja nanti debat dan jadi panjang urusannya. 

Btw, suka kata-katanya mba Linda, katanya dapet dari Fahd Djibran. "Selesaikan dulu dirimu." Iseng search di google, malah dapet kata-kata orang lain, panjang banget quotenya. :D 

Ini dia di sini:
"Selesaikan dulu masalah-masalah yang ada dalam dirimu, berdamailah dengan dirimu, bebaskan dirimu dari rasa bersalahmu, maafkan kesalahan orang lain yang pernah menyakitimu, terimalah apa adanya dirimu, dan syukurilah hidupmu.. itulah cara yang benar untuk menyelesaikan masalah-masalah, dan keruwetan hidupmu.."
Masalah yang ada diluar dirimu itu, akan terus slalu menghantui hidupmu,
Sebelum kau "selesai" dengan masalah yang ada dalam dirimu..
(ProvoAction Words)
Sejujurnya, bener kata mba Linda. Bahwa memang benar ketika kita menulis sesuatu yang kontroversi, ada pergulatan batin yang dialami penulisnya. Dan hasil dari pergulatan batin itu akan menjadi jawaban akhir. Sayangnya, jika jawaban akhir itu masih abu-abu dan keburu dilontarkan keluar berupa buku atau tulisan, maka akan berpengaruh pada orang luar. Padahal dia sendiri belum nemu solusi. Padahal dia sendiri masih belum berdamai dengan diri sendiri. Padahal.... seharusnya selesaikan dulu dirimu baru selesaikan masalah yang ada di luarmu. 

Saya menangkap ada kemungkinan penulis-penulis yang menulis tema LGBT itu pun sebenarnya ada yang merefleksikan dirinya sendiri. Entah ya, ini cuma pendapat aja. 

Makanya saya ga mau debat. Cukup tau aja bahwa tema-tema begitu terlalu riskan apalagi jika mewabah dalam sastra. Saya hanya tak bisa bayangkan jika tema begitu bisa bebas lepas di luaran hanya karena dalil ini kan sastra, seni ya begitu itu. Ya Tuhan, lalu wahai penulis, mana kebebasan yang kamu dengungkan itu, apa tak memiliki batasan? Saya aja dulu pas nulisnya rasanya udah nabrak moral, nurani bisa menjerit. Ini kok ya anteng aja. :'(

3 komentar:

  1. Tapi kadang kita sering lari dari masalah sendiri ya...
    hehe Selamat siang ka Ila...!!

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya biasanya orang yang bermasalah kecenderungannya menghindari sumber masalah. Salam kenal ya

      Hapus
  2. Ooo ternyata kalau menulis bisa saja terjadi pergulatan batin yaa mba Ila..

    BalasHapus

Silahkan tinggalkan komentar. Terimakasih sudah berkunjung.
Mohon komen pakai url blog, bukan link postingan. Komen dengan menggunakan link postingan akan saya hapus karena jadi broken link. :)