Tim Klub Buku Milana Tegal : saya, Mba Widhie, Ayie, dan Lana. Makasih udah pada dateng yaa ^_^ |
Biodata Buku :
Judul Buku : Dance For Two
Penulis : Tyas Effendi
Tebal : 244 halaman
Terbit : November 2013
Penerbit : GagasMedia
ISBN : 9797806723
Buku jatah arisan buku, minus lontang lantung, soalnya bukunya ketinggalan di rumah mba Widhie :D |
Blurb :
Dear editor,
Saya terjebak dalam cerita yang saya mulai sendiri. Saya selalu membiarkanmu mengacaukan kata-kata yang sudah saya urutkan, membiarkanmu memenggal kepala huruf-huruf yang sudah berbaris rapi itu. Saya pun menikmati setiap cara yang saya lakukan untuk merangkainya kembali, lalu menyusunnya menjadi mozaik baru yang kamu suka.
Ini tentangmu, percayalah. Bagian mana dari dirimu yang tidak saya tahu? Tak ada satu celah pun yang terlewat; setiap potong kehidupanmu adalah gambaran paling jelas yang tersimpan dalam benak saya. Setiap langkahmu adalah jejak tanpa putus yang tercetak di atas peta saya.
Saya tidak ingin selamanya menjadi rahasia. Saya hidupkan kamu dalam cerita
Novel Dance for Two dan Penunggu Puncak Ancala |
lagi baca review dance for two di goodreads indonesia |
saling minjem buku terbitan gagasmedia dan bukune
Hasil Diskusi :
Klub
buku kami bernama Klub Buku Milana, dari Tegal. Berisi empat orang anggota
yaitu saya(Ila), Widhie, Ayie, dan Lana. Kami berempat suka membaca buku terbitan
gagasmedia dan bukune, terlebih ketika ada tawaran untuk membentuk klub buku
maka kami pun mengajukan nama kami. Saat ini klub buku Milana memang masih
dalam tahap pengembangan. Dengan personil yang hanya 4 orang ini, kami berempat
ingin mengembangkan minat baca dengan diskusi buku dan bookswap. Tentu jika
buku diputar di antara kami, maka akan terjadi saling mereview buku yang sudah
dibaca. Meski masih tergolong baru, kasih sering betemu hanya saja tidak
lengkap.
Tiga
bulan pertama klub buku ini berdiri, kami mendapat 3 buku masing-masing
berjudul Paris : Aline, Penunggu Puncak Ancala dan Lontang Lantung. Untuk link
resensi bisa klik di blog Lana, saya dan mba Widhie. Untuk Penunggu Puncak Ancala saya baru
baca separuh, jujur, saya serem kalo baca novel horor. Heuheu. Jadi belum kelar
bacanya, sekarang bukunya dibawa mba Widhie. Kalo yang Lontang Lantung sudah
direview oleh Mba Widhie hanya saja pas acara ngumpul terakhir, bukunya ga
dibawa, jadi ga kefoto yah. Sedangkan
Ayie sempat ke luar kota waktu saya, mba Widhie dan Lana ketemuan, jadi tiga
bulan pertama lebih sering ngumpul bertiga. Kadang Lana dan Ayie yang dateng,
kadang Mba widhie dan Lana yang dateng ke rumah saya. Tetap tak mengurangi
keasyikan kami membaca buku, karena kami masih suka menukar buku bacaan.
Bulan
keempat jatah buku yang kami dapat adalah Dance for Two, buku ini sempet nyasar
nyampe ke Surabaya ga tau kenapa. Tapi alhamdulillah nyampe juga. Dan kami
langsung janjian capcus buat ngumpul di rumah saya. Berempat kami membahas
seputar buku ini tanggal 7 pukul 16.00. Ayie yang rumahnya paling jauh, alhamdulillah
jadi dateng, pake acara ngebut juga, karena dikiranya mendung di Slawi. Hehe.
Makasih udah dateng yaa.
Buku
Dance for Two yang ditulis oleh Tyas Effendi berkisah tentang kisah cinta Caja
dan Albizia yang biasa dipanggil Al. Caja yang ternyata suka mengamati
kehadiran Al, ternyata sudah jatuh hati sejak dulu, bahkan menjadi secret
admirer. Sejak Al secara tak sengaja membunuh anak angsa yang ada di rumah
nenek Caja, karena anak angsanya kaget kena cahaya jepretan kamera Al. Ia
bahkan ingat pernah bertemu dengan Al di kereta setelah Al dan teman-temannya
jail mengambil permen dan kacang kak Freya, kakak Caja yang seorang desainer.
Kak Freya biasa memamerkan baju desainnya dengan menjadi patung orang di
jalanan Kopenhagen. Caja pun pernah
bertemu dengan Al saat lelaki itu memotret angsa di Soterdam So, sebuah danau yang
terkenal di Kopenhagen, kota tempat Caja tinggal.
Segala
hal tentang Al, Caja ingat dengan baik. Sayangnya sebagai secret admirer, ia
enggan untuk dekat secara fisik dengan Al. Caja hanya mengamatinya dari jauh.
Memandang lelaki yang ia kagumi itu sebatas hanya melihatnya saja itu pun sudah
membuat Caja bahagia.
Caja
merupakan gadis ballerina keturunan Jogja-Denmark. Dengan latar belakang
keluarga yang bule, Caja memiliki nama yang campuran antara nama orang Denmark
dan Jawa. Jadilah ia memilih untuk menggunakan nama Caja saat di Denmark, sedangkan
ia menggunakan nama Satya, nama belakangnya saat ia kembali tinggal di Jogja.
Hanya satu tujuan Caja mengapa ia memilih nama Satya untuk panggilannya, karena
ia tak mau Al, yang ternyata menjadi editor untuk novelnya itu tau bahwa Caja
yang ada dalam novelnya itu ternyata adalah kisah nyatanya.
Nama
Al sengaja Caja samarkan di novel menjadi Aldri, tapi kejadian sepenuhnya yang
terjadi di Kopenhagen selama Caja jatuh cinta dengan lelaki itu ia tuliskan
dengan detail, meski ada bagian yang fiksi termasuk ending yang ia buat tak
seperti aslinya.
Lalu,
mengapa kisah ini menjadi sebuah kisah yang menarik? Rasanya karena kisah ini
tak klise seperti kisah sinetron, ada sesuatu yang membedakan. Misalnya saja
adegan saat Kak Freya dijailin teman-teman Al, saat Al memotret foto-foto
berisi pohon yang ternyata merupakan gambaran dirinya, lalu saat Al dan Caja
bertemu tanpa sengaja di danau Sotterdam. Dituturkan dengan manis oleh
penulisnya, rasanya seakan pembaca disuguhkan kejadian demi kejadian yang
nyata, membuat pembaca serasa ada di Kopenhagen menikmati kisah cinta Caja dan
Al. Detail karakter yang dibangun oleh penulisnya pun membuat saya salut
dengannya, karena setiap karakter yang dimunculkan memiliki tugas dalam
menciptakan takdir kisah cinta Al dan Caja. Bagaimana Kak Freya yang membuat
sweater untuk Hagen ternyata malah dipakai Caja, dan Caja terpaksa memberikan
sweater itu saat Al masuk rumah sakit setelah kecelakaan di dekat danau saat
mereka bertemu.
Lalu
bagaimana Nikolaj juga menjadi tokoh yang pantas untuk dimasukkan sebagai tokoh
pendamping dalam novel ini. Segala peran yang muncul tak sia-sia seakan membentuk
simpul takdir para tokohnya. Dengan ilustrasi
yang manis di halaman isinya, membuat kami tertarik untuk membacanya hingga
selesai, meski nama tokohnya terkesan membuat kening berkerut karena nama
orang-orang Denmark susah diinget, hehe. Ditambah lagi dua font yang berbeda
membuat saya mengernyitkan dahi, ternyata memang dibuat berbeda baik font huruf
maupun gaya bicara agar bisa menunjukkan suasana hati setiap tokohnya. Misalnya
saja Caja menggunakan tokoh saya, sedangkan Al menggunakan tokoh aku. Alurnya
maju dengan bergantian dua tokoh secara selang seling.
Sempat
saat kami -member klub buku- berdiskusi tentang apakah memang sedramatis itu kisah
secret admirer? Mba Widhie yang tak percaya bahwa secret admirer seperti Caja
ada di dunia nyata, membuat saya menyangkalnya. Haha. Soalnya saya memang
pernah jadi secret admirer pas dulu di SMP. *uhuk* Jadi wajar saja kalau Caja
bersikap seperti itu, hanya mengamati dari jauh, yang anehnya bahkan Al sama
sekali tak pernah menganggap ia ada di Kopenhagen, saat mereka berpapasan
bertemu pun Al tak pernah mengamati. Ya, namanya cinta sepihak seperti apa sih?
:D
Lana
pun mengiyakan ucapan saya, kenyataannya ada lho yang seperti Caja, mencintai
diam-diam takut untuk terlihat nyata di hadapan yang ia sukai, justru milih
ngumpet. Lhaaa, hehe. Kalau kisah cinta mau jadi kenyataan harusnya tetap
berani menunjukkan jati diri.
Itulah yang disampaikan dari inti kisah dalam
novel ini. Jadi, pernahkah kamu menjadi seorang Caja ataupun Al? Share dong di sini
gimana perasaannya, deg-degannya, rasa asam manis cintanya, Hehe. :D
|
Semoga klub bukunya makin maju n tambah anggota semangat yah...
BalasHapusaamiin. makasih, kak :D
Hapusikut arisan buku juga ya ila, yuuk arisan buku bareeng
BalasHapusiya, mba Rahmi. yang di semarang udah pada ngumpul?
Hapushwakakkaak....jujur ga pernah heheheh,,,,tapi seruuu ya akhirnya bisa ngumpul juga...
BalasHapusqiqiqi. iyaaa, nanti periode kedua ngumpulnya di tempat mba yaa :D
HapusBuku Paris yang saya review termasuk suatu bentuk kenikmatan. Juga setelah baca Dance for two, jadi pengin pergi ke Denmark, nyari angsa di sana buat dijadikan sahabat atau kekasih. :D Terima kasih ya, kemarin bisa kumpul berempat. Obrolan yang asyik! :)))
BalasHapushaha, iya, termasuk salah foto juga masuk bagian yang asyik ya, Lana. backgroundnya jadi kayak lagi kemping di hutan :)) makasih ya udah dateng dan diskusi :D
Hapuswah seru yaa mbak punya klub arisan buku :)
BalasHapusiya, mba. Ayo bikin juga, hehe
HapusIni beneran di Tegal? keren.... kebetulan aku juga di Tegal, boleh gabung nggak nih?
BalasHapusiya, mba. Di tegal. Kalo domisilinya di Tegal bisa ikutan, kirim data diri(nama, id twitter, id fb, alamat blog, alamat rumah, no hp) ke emailku ya : sabilla.arrasyid@gmail.com. ditunggu :)
Hapus