Quote of The Day

Selepas musim yang berganti, cara terbaik untuk memudahkan syukurmu terlantun adalah dengan menyederhanakan harapanmu hari ini.

Rabu, 25 Desember 2013

Resensi Buku CoupL(ov)e - Rhein Fathia



Biodata Buku : 
Judul : CoupL(ov)e
Penulis : Rhein Fathia
Jumlah halaman : 396 
Terbit : February 2013
Penerbit : Bentang Pustaka
ISBN : 139786027888128

Blurb : 
Kau tahu, kenapa orang menikah selalu mendapat ucapan “Selamat Menempuh Hidup Baru”?
Karena mereka harus meninggalkan orang-orang yang pernah mereka cintai di masa lalu.

***
Perjanjian konyol itu merusak semua cita dan anganku. 
Sungguh, tak pernah aku bermimpi akan bersanding denganmu di pelaminan. 
Ditambah lagi menghabiskan hidup hingga tua bersamamu. 

Bagiku, kau tidak lebih dari sekadar sahabat yang sangat baik, 
yang setia menjadi pendengar kisah suka dukaku, 
yang punya bahu kuat untuk kusandarkan kepalaku dengan mata sembab karena tangis, 
dan yang selalu menjadi penyemangat untukku jalani hidup.

Haruskah aku seorang Halya menyerah pada fakta?
Seperti katamu, sahabatku Raka.... Komitmen itu seharusnya dipertahankan, bukan dilepaskan.
Tapi yakinkah juga dirimu, kita akan sanggup bertahan?

Resensi Buku : 
Sometimes, people get married not because they’re in love. They’re couple, who only have some future dreams and decide to get happy life. 
~Coupl(ov)e~

Halya alias Aya dan Raka tak pernah menyangka perjanjian konyol yang mereka ikrarkan suatu saat akan jadi kenyataan. Raka dan Aya adalah dua sahabat yang berjanji jika keduanya saat berumur tiga puluh tahun masih sama-sama sendiri, maka mereka akan menikah.

Aya pernah mengalami patah hati pada seseorang, lalu kemudian bertemu dengan Gilang, seseorang yang dicintainya dan menghujani Aya dengan hal-hal romantis selama mereka bersama. Hingga akhirnya Gilang meninggal, membuat Aya kehilangan seluruh hidupnya, ia ingin kembali mengenang saat bersama Gilang. Tapi, sebuah ajakan dari Raka untuk menikah membuat Aya mengiyakannya. 

Aya dan Raka dua sahabat yang tak pernah menyangka akan menjadi sepasang suami istri. Relasi yang dimulai dari sebuah persahabatan terlanjur membuat Aya merasa nyaman hanya menjadi sahabat, bukan istri. Ini yang membuat keduanya gugup dalam memulai hari-hari pasca akad nikah.

Aya dan Raka menetap dalam satu atap, tapi tak pernah saling bersentuhan. Sampai saking gugupnya Aya terus menerus bertanya pada Raka, "Kamu itu sekarang suamiku ya, Ka?" Seolah memang masih belum percaya.

Aya masih merindukan masa lalunya. Ia pun terlanjur memiliki filosofi menikah dengan seseorang yang ia cintai, hingga membuat ia kesulitan beradaptasi. Canggung? Iya. Raka, apalagi. Dengan canda dan tawa yang ia gulirkan tetap belum mampu membuat Aya merasa nyaman dan menerimanya sebagai suami, bukan hanya sebagai sahabat.

Pernikahan pada akhirnya adalah sebuah relasi dengan jalinan yang rumit, tentang rasa rindu, cemburu dan khawatir yang melanda. Aya dan Raka berusaha memperbaiki kecanggungan yang terjadi di awal pernikahan, dan saat mereka sedang dekat itulah justru cinta masa lalu Raka muncul, Rina. Rina membuat Aya cemburu dengan kehadirannya yang menuntut Raka memberi perhatian lebih, padahal Rina sudah bersuami. Lalu, bagaimana akhirnya kisah cinta kedua sahabat ini?

Novel metropop ini dituturkan Rhein Fathia dengan lincah dan ringan di awal, meski pada akhirnya pembaca disuguhkan konflik yang rumit pasca pernikahan. Novel yang berkisah tentang domestic drama memang memberi kejutan konflik. Penulisnya pun tak hanya lihai merumuskan masalah yang terjadi namun juga memberi solusi bagaimana jika kehidupan ala Raka dan Aya terjadi dalam hidup kita. Sahabat jadi cinta tentu tak mudah ya, butuh waktu adaptasi. Dan pesan yang ingin disampaikan penulisnya bahwa cinta itu bisa ditumbuhkan bisa diterima pembaca. Bahwa kita tak akan hidup dalam masa lalu, tapi jatuh cintalah pada seseorang yang menikahimu. Ya, demi rasa bahagia untuk pasanganmu yang mengorbankan hidupnya memilih dan mencintaimu seumur hidupnya.

Novel ini ditulis ringan, riang, ada part yang lucu-lucu bikin saya bayangin gimana jailnya Raka dan Aya ketika mereka masih berstatus sahabat, belum saat menikah. Lalu bagaimana cara Raka untuk membuat Aya jatuh cinta dan menerimanya sebagai suaminya juga ditulis dengan halus. 

Layaknya novel metropop yang tokohnya bekerja di kota besar, novel ini sukses memperlihatkan aktivitas sehari-hari Aya sebagai penulis novel dan juga relasi dengan teman-teman kantor baik berhubungan dengan karir, cinta maupun hobi. Ada juga tokoh yang bikin novel ini jadi lebih hidup, siapa lagi kalo bukan Gemma dan Puput? Dua sahabat yang konyol bin ajaib ini. Hihi. Seru ngebayangin kalo udah ngumpul bareng-bareng becandaan. Keren kali ya kalo novel ini difilmkan. :D

Beberapa quote saya sukai antara lain ini :
“Kamu nggak akan pernah bisa hidup berdampingan dengan masa lalu.” (halm 25)
“Kamu harus kreatif dengan membuat Aya santai, senang, nyaman. Menciptakan suasana romantis nggak perlu dengan candle light dinner, Ka. Cukup kalian berbincang dan bercanda seperti biasa.” (halm 35)
“Pada akhirnya pernikahan tidak hanya sekadar bercinta. Rasa nyaman, itu yang terpenting. Menyenangkan ada yang tersenyum saat pulang kantor dan masakan hangat tersedia di meja.”
Tokoh Aya menggunakan nama pena Auriga dalam novel ini. Ternyata Auriga merupakan lambang yang berhubungan dengan astronomi. Penulisnya paham tentang seluk beluk perbintangan, seperti saat ia mengatakan tentang filosofi kalung bintang yang dimiliki Aya dan tentang Auriga. 
“Bintang ini menjadi simbol kami tentang mimpi. Bintang dan mimpi sama-sama indah dan berada di tempat tinggi. Kamu tahu apa yang bisa membuat seseorang menjadi istimewa dalam hidupnya? Kamu, mimpi dan semua usahamu dalam meraih mimpi itu.” (halm 155)
“Auriga itu nama salah satu rasi bintang, letaknya dekat dengan rasi Gemini. Diambil dari bahasa Yunani yang artinya ‘pengendali kereta perang’. Aku suka makna dan mitosnya. Setiap manusia harus bisa jadi pengendali kereta kehidupannya. Tak peduli sehebat apa perang dan permasalahan  yang dihadapi, kita tidak boleh bergantung dan disetir orang lain.” (halm 161)
Saya rasa, penulisnya tak hanya sekadar menempelkan filosofi tersebut, namun juga memberi pemahaman akan sebuah keputusan. Bahwa kitalah yang akan menjadi pengendali kehidupan kita, bukan orang lain. Maka termasuk dalam hal jatuh cinta dan mempertahankan pernikahan, Aya dan Raka adalah simbol sebuah komitmen yang dijalani oleh pasangan yang djodohkan Tuhan. Komitmen untuk jatuh cinta dengan orang yang meski sudah lama menjadi sahabat tapi tetap saja relasi baru yang mereka bina berbeda dari relasi persahabatan. Ada rasa memiliki, rasa saling melindungi.

Terakhir, saya sukaaa dengan quote ini nih,
Love is faith and destiny. Sama seperti jodoh, rezeki dan mati. Karena itulah, mengapa cinta bisa redup atau meletup-letup. Itu juga yang menjadi alasan mengapa kita tidak bisa meminta Tuhan untuk dijatuhcintakan kepada siapa. Tapi, sejak detik pertama aku menerimamu dari Papa untuk menjadi pendamping hidup, aku yakin Tuhan akan membuat kita saling jatuh cinta. Tuhan tidak akan sekejam itu, kan? Menjodohkan tapi tidak sepaket dengan cinta?” (halm 376)
Percayalah, Tuhan akan memberi sepaket cinta lengkap dengan rasa nyaman bila memang diperjuangkan dan diusahakan.  Jadi, siap jatuh cinta dengan pasangan halalmu?  4 bintang untuk novel ini dari saya. ;)

10 komentar:

  1. haha,..
    Lucu dan asyik juga '' Sahabat menjadi Suami Istri ''
    trus berkarya kak Ila Rizky Nudiana :) hehhe

    BalasHapus
  2. Mbak Ila kalau buat resensi selalu oke banget. Aku ini juga baru berlatih buat resensi mbak, kapan2 aku minta komentarnya ya mbak :)

    BalasHapus
  3. review buku'y membuat penasaran......bolehlah nanti klo ketemu ditoko buku, ane sikat deh..he.he.he..

    BalasHapus
  4. Eh..jadi ikutan ya La?
    Remaja banget ya bukunya, berasa muda deh kalau baca :)

    BalasHapus
  5. Wah resensi nya keren ahh jd bikin penasaran nih pgn baca... Sasaran berikutnya kl pas ke toko buku :)

    BalasHapus
  6. Ka Ila mah jagonya kalo resensi, bikin penasaran pngn baca bukunyaaa >.<

    btw, qoute terakhir itu aku sukaaa, co-pas di fb boleh yaaah kaa :D

    BalasHapus
  7. Pasangan kita adalah cermin dari diri kita.
    Terkadang pacaran bertahun tahun lamanya tak berujung ke pernikahan

    Oh cinta terkadang susah memahaminya..

    BalasHapus
  8. Wah keren sekali . Pasti dibaca dan disimak dengan baik nih bukunya. Hiehiehihiee. Wah jadi kepengen memiliki buku ini
    Cari di Gramedia Pontianak ahhh

    BalasHapus
  9. keren.............
    aku jd inget ortu , yg awalny shabtan kmdian menikah dan msh awet smpe skrang dan slamanya , amiiiinnn.....

    BalasHapus

Silahkan tinggalkan komentar. Terimakasih sudah berkunjung.
Mohon komen pakai url blog, bukan link postingan. Komen dengan menggunakan link postingan akan saya hapus karena jadi broken link. :)