Judul :
The Strawberry Surprise
Penulis : Desi Puspitasari
Tebal : 270 halaman
Penerbit : Bentang Pustaka
Terbit : Mei 2013
ISBN : 978-602-7888-36-4
Rate : 3/5
Blurb :
Tak ada yang tahu
bagaimana cara kenangan bekerja.
Ia bebas keluar-masuk
ingatan seenaknya sendiri.
Lalu tiba-tiba
sosoknya datang penuh kejutan.
Menghampiri dan
menawari cinta itu hadir kembali.
Bersamamu seperti
menikmati sepotong strawberry.
Meledak-ledak, manis,
masam, dan tak terduga.
Tapi keraguan selalu
muncul, sekalipun lima tahun sudah terlewat.
Hingga kau bertanya,
beranikah aku menikmati strawberry denganmu?
Merasakan hidup penuh
kejutan, bersama-sama, selamanya
Resensi :
Aggi, seorang gadis
asal Jogja yang hobi fotografi, menemukan sebuah paket di kosnya berisi sebuah
buku berjudul Kisah Mata, karangan Seno Gumira Ajidarma. Paket itu dikirim oleh
Peter yang beralamat di Bandung. Aggi penasaran siapa yang mengirim karena
seingatnya, tak ada teman dari Bandung bernama Peter. Saking penasaran, Aggi melacak
keberadaan alamat itu, siapa yang ada di sana. Penelusuran Aggi membuat ia
kaget, ternyata alamat itu mengarahkannya pada cinta masa lalunya, cinta lima tahun
lalu.
Adalah Timur-lelaki
yang bekerja di biro iklan di Bandung. Lelaki yang ternyata masih mencintai
Aggi setelah mereka sepakat berpisah selama lima tahun. Cinta yang hambar kata
Aggi dulu yang membuat mereka berpisah. Selama lima tahun, Timur tak pernah
memikirkan Aggi, hingga suatu ketika ia teringat tawa manis Aggi. Sebuah clue
untuk pertemuannya dengan gadis itu.
"Setelah lima
tahun, kalau kamu tidak punya pacar, kalau aku tidak punya pacar, kita coba
lagi untuk bertemu."
Timur pun mengirimi
Aggi sebuah buku sebagai pembuka jalan bagi pertemuannya dengan Aggi. Timur tahu,
Aggi bukan gadis biasa, ia menganut filosofi strawberry : asam, manis,
meledak-ledak, penuh kejutan, antikonstipasi. Sehingga Timur membuat skenario agar
mereka bertemu lagi dengan adegan tak
biasa.
Keduanya bertemu
kembali di amfiteater Taman Budaya Yogyakarta. Timur sengaja datang dari
Bandung untuk bisa bertemu lagi dengan Aggi. Sayangnya pertemuan kembali
setelah lima tahun ternyata membuat mereka tampak canggung dengan adegan tak
romantis seperti di FTV, hingga Aggi meragukan cinta yang ditawarkan Timur. Apalagi
selama lima tahun terakhir banyak hal terjadi, baik pada dirinya maupun pada
Timur. Hingga akhirnya Aggi pun mengajukan sebuah rencana.
“Ini rencanaku:
setiap pekan kamu harus datang ke Yogyakarta. Aku akan menceritakan satu demi
satu laki-laki yang pernah dekat dan pernah mengecewakanku sehingga aku menjadi
skeptis seperti ini. Dan, kamu harus mendengarkan.”
Tak ada yang tahu
bagaimana cara kenangan bekerja.
Ia bebas keluar-masuk
ingatan seenaknya sendiri
Aggi dan Timur adalah
karakter unik yang tercipta di novel ini. Novel seri Love Flavour yang pertama
kali saya baca karena covernya yang menarik. Satu kotak penuh berisi
strawberry. Buku ini memiliki konsep unik. Buku yang ditempeli selembar kertas
berisi judul, nama penulis dan tagline buku, sehingga jika kertasnya dibuka,
baru terlihat semua strawberry yang ada di covernya.
Mengambil tema love
flavour, penerbitnya mengambil gebrakan untuk mengambil segmen pembaca yang
fanatik, karena jika salah satu seri dinikmati dengan manis maka seri lainnya
pun akan dilahap juga. Love dan flavour adalah point yang paling mendominasi di
novel seri ini. Kisah cinta ini dituturkan dengan alur maju mundur. Lewat
dialog tokohnya meski terkesan baku dan kaku, setelah di tengah buku bisa mudah
untuk dinikmati. Mungkin ini interpretasi dari sebuah kecanggungan yang muncul
akibat terlalu lama tak bertemu. Bayangkan saja selama lima tahun apa yang
terjadi, tentu cinta tak lagi sama seperti sebelumnya, butuh adaptasi lagi. Cinta yang sebelumnya hambar
berubah jadi asam di awal pertemuan kembali, lalu berbuah meledak-ledak rasanya
seperti mengalami sebuah kejutan tak terduga. Lalu diakhiri dengan rasa manis
karena akhirnya menemukan rindu yang muaranya sama.
Aggi mengalami kisah
cinta yang unik dengan tiga lelaki yang ia beri julukan laki-laki selai kacang,
laki-laki permen karet stroberi, laki-laki stroberi flamboyan. Ia baru sadar
belum memahami Timur sepenuhnya, apa jenis strawberry yang ada dalam diri
Timur? Sisi asam yang belum ia temukan karena ia terlalu jatuh cinta? Pada akhirnya
relasi cinta seaneh apapun yang dialami Timur terhadap Aggi adalah relasi cinta
yang mampu memberikan kenyamanan emosional, bukti bahwa Timur mau menerima Aggi
apa adanya dengan segala keanehan pikiran gadis itu yang kadang sulit ditebak.
Beberapa istilah
tentang fotografi, cara penggunaan kamera analog, penggunaan bahasa asing seperti
bahasa prancis, dan setting tempat di Jogja dan Bandung menjadi daya tarik dari
novel ini. Lokalitas yang dibangun dengan apik karena penulisnya seakan
mengenal sekali kedua tempat itu, seperti istilah pacaran ala Jogja yang
terlalu nyeni, karena memang perginya ke galeri seni, nonton teater, dan
ngomoningin soal musik. Lalu bagian penggambaran kota Bandung di mana jalanan Braga,
cafe-cafe yang bertebaran di sana, lalu sisi unik perempuan dan lelaki Bandung
yang sering menggunakan baju warna warni membuat serasi dengan warna kulit,
beda dengan perempuan Jogja yang cenderung monoton dengan satu warna : coklat. Romantis
yang tak biasa pun bisa dibangun penulisnya meski di bagian lelaki strawberry flamboyan
saya merasa bosan, entah mungkin karena analogi strawberry diulang lagi seperti
di awal kisah.
Ada dialog yang saya
suka seperti di adegan ini :
“Saat hari kerja, intensitas bertemu hanya sebentar. Berangkat saat pagi dan pulang dalam keadaan keadaan lelah. Bertemu sama-sama dalam keadaan letih. Banyak kebiasaan sepele yang luput dari pengamatan. Saat akhir pekan biasanya orang akan lebih menunjukkan tabiat asli. Bermalas-malasan, bangun terlambat, tidak mandi seharian, sarapan saat siang dan makan malam dengan mi instan, menonton televisi sambil mengupil, dan sebagainya. Katanya pernikahan itu menerima pasangan dengan seluruh kelebihan dan kekurangan. Dengan ketakutan-ketakutan yang kamu utarakan tadi, kukira kamu mau hidup bersamaku hanya hari kerja. Tidak pada akhir pekan.” (hal. 231).
“Kamu tahu mengapa kakak atau adik dalam sebuah keluarga suka sekali ribut? Bertengkar karena hal sepele? Mengapa seorang anak berani merajuk lebih sering kepada ibu atau ayahnya ketimbang kepada orang lain? Karena sehebat apa pun pertengkaran kakak dan adik itu, sekesal apa pun karena ayah atau ibu tidak menanggapi rajukan dengan serius, mereka tahu mereka masih bisa kembali berbaikan dan mendapat pelukan. Mereka tidak takut akan kehilangan salah seorang.” (hal. 232).
Saya rasa penulisnya
cukup lihai untuk menggambarkan relasi macam apa yang diinginkan dari sebuah
rasa strawberry yang meledak-ledak. Lalu, bagaimana ending untuk kisah Aggi dan
Timur? Silahkan baca sendiri novel ini. 3 bintang untuk novel ini dari saya. ;)
Awww...percakapan terakhir itu suka banget. Nice la. Ini untuk lomba Love Flavour Bentang kan?
BalasHapusiya, mba. yang bentang, hehe
HapusKeknya seru deh buku ini. jadi pengen baca :D
BalasHapusEtapi aku sih gak suka stroberi. Takut ada ulatnyaaa
karakter tokohnya yang sesuai dengan filosofi strawberry. kalo strawberrynya sendiri di sini jarang beli, mba :D
Hapusbuah strawberrynya seger banget di covenrya
BalasHapus