cover the swordless samurai |
Biodata Buku :
Judul : THE SWORDLESS SAMURAI Pemimpin Legendaris Jepang Abad XVI
Penulis: Kitami Masao
Penerbit : Kansha Publishing
ISBN: 978-979-193-370-4
Jumlah halaman: 262
Sinopsis Buku :
Jepang abad ke-16 merupakan zaman pembantaian dan kegelapan. Zaman dimana satu-satunya hukum yang ada adalah hukum pedang.
Dalam tatanan masyarakat hierarkis yang kaku dan melarang keras penyatuan kelas sosial, Hideyoshi lahir sebagai seorang anak petani miskin. Hideyoshi yang hanya setinggi 150 senti dan berbobot lima puluh kilogram serta tidak memiliki kemampuan bela diri, tampaknya mustahil untuk menjadi seorang samurai. Tetapi dialah yang menjadi pemenang tunggal dari perang berkepanjangan dan berhasil menyatukan negeri yang sudah tercabik-cabik selama lebih dari 100 tahun. Dialah Sang Samurai Tanpa Pedang.
Ditulis dengan gaya bertutur dari sudut pandang pihak pertama, seolah-olah buku ini merupakan memoar Hideyoshi, sehingga kita akan terbawa ke dunia di mana Toyotomi Hideyoshi hidup.
Buka buku ini, rasakan kehadirannya
“Aku tinggal di Jepang selama lebih dari satu dekade, dan di sana The Swordless Samurai adalah bacaan berharga bagi siapa saja…”
Resensi Buku :
The swordless samurai adalah
buku biografi Jepang pertama yang saya baca. Buku ini membuat saya
bertanya-tanya apa hebatnya seorang Hideyoshi hingga bisa mengambil tahta kepemimpinan
Jepang pada masa itu? Bahkan ia tercatat sebagai pemimpin yang menakjubkan dan
paling luar biasa dalam sejarah Jepang. Padahal Hideyoshi bukanlah anak raja,
ia bertubuh pendek, tidak atletis, tidak
berpendidikan dan berwajah jelek. Digambarkan fisiknya seperti ini ; memiliki
daun telinga yang besar, mata yang dalam, tubuh yang kecil, dan wajah yang
merah serta keriput, membuatnya tampak seperti kera, sehingga orang
menjulukinya “Monyet” seumur hidupnya.
Dengan fisik seperti itu,
mustahil ia bisa mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Bahkan ketika akhirnya
ia mendapatkan pekerjaan sebagai pembawa sandal bagi tuannya dari Klan Oda,
bernama Lord Nobunaga, ia mendapatkannya dengan penuh perjuangan. Untuk menarik
perhatian Lord Nobunaga, ia mengerjakan banyak pekerjaan meski bukan bagiannya,
mendengarkan banyak keluhan tuannya, membantu tuannya menangkap elang, tidur
lebih sedikit di kamar terdekat dengan kamar tuannya. Hanya agar ia bisa lebih
dulu menjadi yang pertama melayani jika tuannya membutuhkan sesuatu. Ia memberi
solusi di saat genting bahkan jika harus merelakan nyawanya untuk melaksanakan
ide gilanya, ia berani.
Hideyoshi berprinsip bahwa
ia bukanlah anak raja, dengan fisik tak sebaik itu, mustahil ia bisa menjadi
samurai, apalagi menjadi pemimpin tertinggi di Jepang. Maka, ia memilih untuk
memaksimalkan otaknya untuk mendapatkan apa yang ia mau. Perkelahian di medan
perang bukanlah keahliannya. Tapi ia berhasil membuat strategi-strategi perang
yang membawanya menuju tampuk kepemimpinan.
Dengarlah, bukan sebuah
kebetulan jika ia akhirnya menjadi pemimpin tangguh. Ia melewati banyak hal di
masa sulitnya, mengambil banyak pelajaran berharga sebelum akhirnya ia tiba di
masa kejayaan.
Hideyoshi melewati hidupnya
dengan berat sebelum bertemu Nobunaga. Ia menjadi pedagang keliling di usia 15
tahun. Bekerja serabutan, mencuci, menarik kereta, tidur di jalanan
berhari-hari, kehabisan uang hingga terpaksa mengemis, ia bekerja apa saja,
bahkan yang remeh sekalipun. Berdagang bermacam-macam barang. Dari perdaganganlah
akhirnya ia memiliki kemampuan untuk membaca watak pelanggan dan pemimpin, menebak
suasana hati orang, menyaksikan secara langsung kemurahan hati, keserakahan, kelicikan,
kebersyukuran, kebaikan, dan kejahatan.
Hingga akhirnya takdir
membawanya menemani Lord Nobunaga, kesempatan itu ia gunakan sebaik-baiknya. Ia
mengawal pasukannya berisi 500 prajurit yang siap membangun benteng kiyoshu selama tiga hari. Hanya tiga hari! Ia
mengerahkan seluruh kecerdasannya untuk membuat 500 orang prajurit itu mau
tunduk, menyelesaikan apa yang diperintahnya. Jika mandor yang lain bertindak
dengan kasar dan suka marah-marah, Hideyoshi justru memberi mereka penawaran
terbaik. Jika berhasil, mereka akan mendapatkan bonus. Dan selama kegiatan
pembangunan, prajurit boleh beristirahat, makan dan minum sepuasnya. Asal
pekerjaan mereka beres. Strategi jitu lainnya dia gunakan saat membuat
bendungan untuk menangkal serangan musuh. Satu-satunya strategi yang ia gunakan
karena tak mungkin membuat benteng lagi, akhirnya ia hanya mengalirkan air
banjir ke bendungan agar pasukan musuh tidak bisa masuk ke daerah kekuasaan
tuannya.
Banyak pelajaran berharga
seputar kepemimpinan yang saya dapatkan dari buku ini. Sayangnya, Hideyoshi
harus mengalami masa sulit setelah ia berada di puncak kejayaan. Hideyoshi
mengalami kekalahan telak justru ketika pengikut setianya melakukan kesalahan,
ia tak tegas, dan mentolerir kesalahan itu. Karena ia masih menganggap bahwa
pengikut setianya akan mengelu-elukannya ketika ia tidak menegurnya. Saat
itulah ia dianggap sebagai pemimpin yang gagal. Bagaimana kisah detail perjuangan heroik
Hideyoshi? Baca aja buku ini ya. ;)
Ada beberapa quote yang saya
suka dari buku ini, antara lain :
“Inti dari kepemimpinan terletak pada melayani, bukan dilayani. Mereka yang memiliki aspirasi untuk memotivasi pengikutnya harus bisa menghargai karena pemimpin harus bisa bersyukur.” (halm 12)
“Aku menganggap setiap tugas baru, betapa pun remeh, sebagai sebuah pijakan menuju jabatan yang lebih tinggi. Karena bentuk tubuhku tak menguntungkan, maka aku memutuskan bahwa melakukan pekerjaan dengan ekstrakeras. Itulah satu-satunya cara agar aku berbeda dengan yang lain.” (halm 17)
“Pemimpin adalah seseorang yang memiliki visi jelas tentang masa depan yang lebih baik, yang dapat menyatakan visinya dan membangkitkan rasa percaya diri pada orang lain” (halm 33)
“Pelihara asetmu yang paling berharga -- jaringan personal.” (halm 67)
“Raihlah tujuan yang berat dengan melaksanakan komitmen. Pertaruhkan semua untuk memenangkan semua.” (halm 85)
“Lord Hideyoshi tidak jauh berbeda dengan yang lain kecuali caranya menghormati pujian dan penghargaan. Ia bahkan memuji pencapaian remeh yang diraih bawahannya yang terendah sekalipun dan menghargai pencapaian-pencapaian yang luar biasa dengan imbalan yang jauh melampaui perkiraan. Itu membuat para pengikutnya meningkatkan pencapaian mereka lagi,” (halm 165
Beberapa part yang saya
sebutkan di atas adalah cara Hideyoshi membuat gebrakan dalam karir
kepemimpinannya. Tak ada yang mustahil, seperti ia menggunakan jaringan
personal untuk membantunya menyelesaikan bangunan benteng padahal prajuritnya
tinggal tersisa sedikit. Ia pun menggunakan bantuan dari koleganya di masa
lalu. Hideyoshi pandai dan cerdas menempatkan diri di kalangan manapun ia
berada. Attitude kepemimpinannya layak untuk ditiru, kecuali yang membuat ia
jatuh ya.
Overall, saya rekomendasikan
buku ini untuk siapa saja yang ingin berhasil dalam mencapai karir baik menjadi
pemimpin di lingkungannya maupun untuk dirinya sendiri. 4 bintang dari saya
untuk buku ini. ;)
Ini pengen banget baca buku sejarah hidup Hideyoshi ini. Semoga suatu saat aku bisa punya bukunya.
BalasHapusayo, mba eky. ntar kalo pulang ke indo beli aja, hehe
HapusIla masih rajin ya membacanya
BalasHapushehe, iya, mba lidya :D iseng-iseng ngeresensi buku yang udah dibaca
Hapusheummm....mbk ila kebanjiran buku yak,semoga bisa nular ke saya ^^
BalasHapusaamiin. ayo ngeresensi juga, mba Hana :D
HapusSaya mau ambil buku ini untuk skripsi saya, sayangnya saya mencari versi aslinya (japannese version) tp tidak ketemu2, mulai dr pesan di penerbit, Amazon, bistip, sampe titip teman yg kejepang tapi hasilnya nihil :"
BalasHapusAdakah yg bisa membantu?
Terimakasih sebelumnya
Kalau ada yg bisa membantu mohon menghubungi e-mail saya melatiresy@yahoo.com..
Hallo, mb. Sayangnya saya hanya punya versi terjemahan. mungkin bisa pesan teman yang ada di Jepang, mba?
Hapusmaaf.Ini tebal bukunya gak dijelaskan berapa berapa?
BalasHapusCoba dicek di goodreads aja kak. Aku lupa brp. Sekitar 200 an halaman.
Hapus