"Cukuplah kematian sebagai nasihat."
Setiap amalan seorang di dunia akan dicatat oleh malaikat.
Baik ataupun buruk, apa pun itu. Apa yang terpikirkan olehmu saat pertama kali
mendengar perihal kematian seorang terdekatmu? Kalau saya, merinding pastinya.
Bukan hanya merinding tapi juga membayangkan apa yang akan terjadi setelah itu
jika saya mengalaminya. Terpikir juga catatan apa yang akan saya tinggalkan
nanti, kebaikankah atau lebih banyak keburukan?
Perihal catatan kebaikan ini, ada sebuah amalan yang akan lebih
dulu dihisab sebelum yang lainnya. Yaitu shalat 5 waktu kita. Untuk khusyuk
saja sulitnya bukan main, apalagi untuk selalu tepat waktu dan berjamaah di
mana pun kita berada. Kalau kita mendirikan shalat lalai, maka semua amalan lainnya akan
rusak. Amalan kita tidak diterima oleh Allah swt.
Ada lagi amalan yang mungkin juga kita lupakan. Untuk menghisab
setiap yang kita miliki. Misalnya : orang yang memiliki harta banyak, akan
digunakan untuk apa harta itu. Jika, orang yang harta bendanya banyak tapi
meniadakan zakat, maka digolongkan itu seperti Qorun. Mereka adalah pemakan
harta-harta fakir dan miskin.
Setiap orang seharusnya sadar akan kewajiban membayar zakat
tersebut. Karena kita hidup hanyalah bersifat sementara. Berapalah tahun kita
hidup? Sedangkan umur kita tidak pernah tahu sampai kapan. Sedangkan nash Al
Qur’an mengatakan setiap yang berjiwa pasti akan mengalami mati.
Mereka tiada akan mengharapkan kematian itu selama-lamanya disebabkan kejahatan yang telah mereka perbuat dengan tangan mereka sendiri. Dan Allah Maha Mengetahui akan orang-orang yang zalim. Katakanlah: "Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan". (Q.S. Al Jumuah ayat 7-8)
Mati yang dimaksud adalah mati yang sifatnya
tidak sementara. Tidak akan ada kehidupan lagi setelahnya. Ada pertanggungjawaban apa yang
kita perbuat di dunia yang fana ini nanti. Hendaknya setiap manusia yang berjiwa mempunyai
rasa takut. Takut ini yang disebut takwa, dengan meninggalkan larangan Allah.
Semakin bertambah usia, maka kesehatan semakin surut. Dulu kita
makan satu piring makan bisa nambah setengah piring. Kalau orang sudah tua dan
sakit-sakitan, ia hanya mampu makan
setengah piring, karena kemampuan makannya sudah mulai berkurang. Manusia suatu
ketika akan mengalami mati.
Saat kita mati, kita tidak akan kembali lagi ke dunia. Jadi ketika
memiliki kelonggaran usia, kesehatan dan kelapangan waktu yang masih dimiliki
sebelum maut datang, sebaiknya menjadikan kita mau untuk menjalankan kewajiban
shalat, zakat, puasa di bulan Ramadhan, dll.
Bersyukur, bila kita bisa membaca Al Qur’an. Karena sabda Rasul,
sebaik-baik amalan adalah membaca Al Qur’an. Insya Allah bisa, kalau mau
belajar. Karena tidak mampu untuk belajar Al Qur’an. Kita diperintahkan untuk
belajar. Untuk belajar, tidak mesti harus bisa. Kewajiban adalah belajar atau mencari.
Bahwa diwajibkan untuk mencari ilmu bagi muslim laki-laki dan perempuan. Untuk
sampai menjadi pintar, kita hanya berkewajiban untuk belajar, belajar dan
belajar. Pandai atau tidak, Allah yang akan memberi kemudahan dalam proses kita
mencari ilmu.
Semoga kita mau berusaha menjadi yang terbaik sepanjang sisa usia
kita. Mmau menjalankan ibadah selama berpuasa. Pun, mendapat pahala yang berlimpah
dan rahmat hidayah Allah swt. Aamiin.
kematian itu dekat ya mbak...semoga kita dipertemukan dengan khusnul khatimah saat kematian menjemput....
BalasHapusterimakasih sdh mengingatkan :)
BalasHapuskematian selalu ada di dekat kita .. semua orang paling sehat pun akan merasaknnya ..hanya waktunya saja yang membedakan satu dengan yang lainnya.
BalasHapus