“Aku
terus belajar mengenai sastra. Semakin banyak aku membaca buku, semakin banyak
arti lain langit yang terlihat, dan semakin banyak pula arti bumi yang
terlihat.”
– Heo
Yeom : Novel The Moon Embrace that The Sun
Pengalaman
membaca saya dimulai dari sharing moment dengan teman sekelas saat sekolah.
Teman-teman yang biasanya makan bareng di kantin sambil ngerumpi, perlahan
mulai mengalihkan hobi itu di suatu bincang saat jam istirahat sekolah. Yang
biasanya ngobrolin pelajaran, jadi ngobrolin buku yang disuka.
Saat itu
saya masih awam tentang buku apa yang bagus dan menarik untuk dibaca. Apalagi
untuk anak remaja. Seorang teman membawa komik Conan, yang lainnya heboh
tentang buku Harry Potter. Kedua buku itu jadi incaran pinjam-meminjam satu
kelas karena harga bukunya yang mahal. Well,
saya akhirnya kebagian antrian juga untuk membacanya. Itu pun dengan batasan
waktu yang sudah disepakati sebelumnya. Hanya dua atau tiga hari, biar bisa gantian
sama teman. Kalau komik malah lebih cepat lagi habisnya, baca satu-dua jam
kelar.
Sejak
itu aktivitas ngumpul-ngumpul kami selalu dibarengi dengan cerita seputar tokoh
di dua buku itu, mulai dari sekuel yang bakal terbit sampai imajinasi si
penulis yang keren abis! Dari aktivitas membaca itulah saya tahu bahwa membaca
itu menyenangkan, seperti yang Heo Yeom bilang bahwa semakin banyak arti langit
dan bumi yang bisa saya lihat. Saya bisa membaca pengalaman, imajinasi, dan
ilmu yang dibagi oleh si penulis lewat bukunya.
***
Saya suka
baca buku karena pengalaman yang didapat lewat tulisan lebih membekas di
ingatan dan juga hati. Bagi saya, membaca seperti menemukan oase di padang
pasir. Pembaca itu bertumbuh, dari yang awalnya suka komik, beralih ke novel
remaja yang tipis, lalu belok ke novel fantasi super tebal. Sah-sah saja. Kelak
pembaca akan menemukan kebutuhannya sesuai dengan usianya yang juga mulai
bertumbuh.
koleksi buku di kamarku :D |
Harga
tidak jadi pertimbangan jika kontennya bagus. Worth it to buy. Jadi meski harus
nabung pun saya bela-belain deh kalau memang bukunya bagus. Tapi kadang saya
juga beli buku diskon jika memang ada buku incaran saya yang ternyata didiskon
di pameran atau lapak buku murah.
buku nonfiksi yang saya suka, gaya bahasanya bikin belajar bahasa jadi menyenangkan! |
Masalah Krusial dalam
Penerbitan
Masalah
krusial dalam penerbitan menurut saya berawal dari buku yang dipasarkan. Jika
kontennya menarik, seperti yang saya rasakan di dua buku itu, maka pembaca awam
pun akan mulai menyukai dunia buku. Dengan begitu, pasar pembaca baru akan
muncul. Aktivitas membaca akan makin bertambah jika pembaca sudah merasa nyaman
dan menganggap buku sebagai kebutuhan. Dengan begitu yang diperlukan oleh
penerbit sekarang adalah membuat konten yang menarik, unik, dan bermanfaat bagi
pembacanya. Untuk masuk ke tahap itu saya rasa harus ada sinergi antara
penulis, penerbit dan juga IKAPI untuk melihat apa kebutuhan pasar yang selama
ini kurang dicukupi.
IKAPI
sebagai organisasi yang menaungi para penerbit layaknya seorang ayah, maka akan
memberikan arahan yang tepat; apa saja yang harus dilakukan oleh penerbit agar
bukunya tak hanya disukai di pasar lokal namun juga internasional. Ini penting
mengingat mungkin sedikit yang bisa memenuhi standar buku bagus agar bisa
dipamerkan di ajang seperti Frankfurt Bookfair 2014. Nah, dari sini pula, IKAPI
bisa bijak mewadahi penerbit, memberi masukan apa saja yang diperlukan untuk
masuk ke pasar internasional.
Hambatan
yang dialami penerbit semisal : pembajakan buku berkonten bagus, pencurian atau
penipuan yang dilakukan distributor, atau distribusi yang kurang merata di luar
Jawa, saya rasa masalah ini bisa dibenahi dengan membenahi manajemen.
Pergudangan diperketat, memilih distributor yang sudah kompeten untuk menyebarkan
buku ke toko-toko yang disuplai, juga tindakan tegas hukum untuk memberi efek
jera pada para pembajak buku. Ketiga hal itu akan jadi PR besar penerbit
setelah buku diluncurkan di pasaran.
Nah,
teman… apa kamu punya pendapat lain tentang hal ini? Share dong di komentar.
waduuuh memang masalah besar ketika buku-buku karya kita dibajak orang lain, disinilah pentingya hak cipta jika dilanggar maka dendanya milyaran rupiah :))
BalasHapusHanya buku best seller yang dibajak, Mak. Makanya banyak penerbit yang gulung tikar. Sayang aja kan ya, konten udah bagus dibajak. Harus ditindak tegas untuk pelakunya.
Hapusgak fokus aku lihat foto2nya ada pempek ya :)
BalasHapushaha, ayo nyicip pempeknya juga, mba Lidya :D
HapusHal terpenting adalah kesadaran dari masyarakat untuk ikut peduli tidak membeli buku bajakan. Tapi susahnya harga buku bagi sebagian orang tergolong mahal. Sebagian besar malah mengkategorikan buku sebagai "not important thing to buy" :)
BalasHapusIya, mba. Untuk kalangan tertentu kadang ga butuh baca buku. :(
Hapuslemarinya baguuusss *gagal fokus...apalagi suka kecele kalau labelnya teenlit tapi kok rata2 adegan dewasa...makanya lebih seneng beli buku yg rekomen atau sejarah,,
BalasHapuskapan hari pas ke batam,q lpa g nlis judul buku itu (disamping pempek),mbk ila pernah posting di fb juga kan??
BalasHapus