Seorang lelaki mengetuk pintu
rumahku. Diuluknya salam kepada penghuni rumah. Lalu saya keluar, sembari
bertanya apa gerangan yang membuatnya kemari. Lelaki yang perawakannya terlihat
menua itu bertanya, apa bapak ada? Kemudian saya mempersilahkan ia masuk dan
duduk, sembari menawarkannya hidangan kue di meja tamu.
Beberapa menit kemudian, terjadi
percakapan antara bapak dan beliau, si lelaki itu. Ternyata, lelaki itu menjual
buah yang menyuplai stoknya untuk acara walimatul khitan tempo hari.
Diulurkannya selembar kertas kwitansi, pembayaran selesai, dan ada beberapa
buah yang dikembalikan karena memang tersisa banyak dan tidak dipakai. Kalau
dari perjanjiannya, kami boleh menjual kembali padanya, asal masih dalam kondisi
baik. Jadi, beberapa butir melon dikembalikan. Setelah ditimbang, uang akan diberikan.
Lelaki itu pamit. Saya penasaran berapa nominal uang yang tertera di kwitansi.
Saat melihatnya, saya tertegun. Angka satu juta lebih memenuhi lembar kertas.
Saya jadi berpikir tentang si
lelaki itu. Andai tiap hari rezekinya seperti itu, tentu bukan hal yang
mustahil untuk membeli rumah atau pun naik haji. Saya jadi ingat lagi tentang
ucapannya sebelum pergi membawa melon yang ada di karung. Katanya, “Saya ga kemrungsung soal uang, Pak. Tapi saya
ingat ibu saya, saya harus nyekar. Nyuwun
sewu, Pak. Saya mau pamit dulu, nanti saya ke sini lagi setelah nyekar.”
Setelah si lelaki itu pergi, saya
baru sadar saking buru-burunya, bahkan topinya saja tertinggal. Jadi inti
cerita ini apa ya? Kalau menurut saya, rezeki tiap orang itu udah ditentukan
sama Allah. Cuma... saya kagum aja gitu sama beliau, yang bisa berlimpah
pendapatannya. Kalau dilihat dari aktivitasnya itu, kuncinya selain kerja
keras, ia juga berbakti sama orang tua. Orang tua yang sudah meninggal masih sering didoakan.
Saya ingat lagi kejadian kemarin,
beberapa teman ngeshare tulisan tentang Norman Kamaru yang dari Polisi, berubah
jadi artis dadakan trus pindah haluan jadi tukang bubur. Banyak yang bilang
menyayangkan keputusannya. Kalo menurutku, kali aja dengan ia berdagang bubur,
ia bahkan bisa berlimpah rezekinya seperti si bapak yang tadi saya ceritakan di
awal postingan ini. Sering kita menganggap remeh seperti ‘receh’ dalam bentuk sepiring
bubur atau sebutir melon. Well, coba
bayangkan jika pembelinya sebanyak si bapak setiap harinya. Ada pesenan dari
hajatan ini, ada pesenan dari resepsi itu, dll. Saya rasa itu hak prerogatif
Tuhan untuk menentukan berapa rezeki tiap harinya.
Ngutip kata Salim di buku
Lapis-Lapis Keberkahan, “Apa yang sedikit lagi mencukupi, lebih baik daripada
segala yang banyak tapi melalaikan.” Jadi bukan perihal banyak atau tidaknya,
tapi rasa tentram saat mendapatkannya. Itu saja.
hak prerogatif Tuhan untuk menentukan berapa rezeki dan tentang lapis-Lapis Keberkahan<---mengingatkan saya akan byk hal mbak,,terkadang rezekinya org yg gk sekolah malah lebih hebat dari pada yg kuliahan,,,bener kan ya...
BalasHapusduh,makasih mbk ila sharingnya...kapan hari juga diingatkan sama suami soal rezeki,rezeki sudah ada yag ngatur,termasuk anak..yang penting kita ikhlas :)
BalasHapusNorman Kamaru yang kondang itu ya. Wah jadi ingat saat beliau kondang dengan joget joget INDIA. nya hiehihee. Pa kabar dia sekarang ya? Saya dengar sudah jadi artis ya
BalasHapusSaya baru tahu kalau Norman Kamaru sekarang jualan bubur. Memang, yang namanya rezeki tidak akan lari ke mana, ya, Mbak.
BalasHapuswau, ngena. memandang dari sisi lain. Aq jg sedang belajar meluaskan pandangan, memandang tak dari sisi pikiran sendiri.
BalasHapusaq jg termasuk yg menyayangkan keputusan Norman. Hah! naif sekali.
terima kasih postingan ini mb.
Lapis2 keberkhan yg dah lama di tangan, pun belum juga selesai ku baca.
baca ini jadi pengen tahu norman kamaru. hihi, saya gak tahu loh kalau skrg jualan bubur, ntr bs2 jadi ky judul sinetron :p
BalasHapusiya ya, rezeki yang terlihat kecil kdg disepelekan
Eh saya baru tahu kalau norman kamaru tukang bubur
BalasHapushah, norman kamaru skrg tukang bubur ya mbak? *salahfokus* -___-
BalasHapusmasa sih norman kamaru jadi tuang bubur ya ila? aku baru tahu. tapi apapun pekerjaannya yang penting halal ya
BalasHapusSuka kata-kata yang dikutip dari buku lapis-lapis keberkahan aku share ya mbak hehehe. Rejeki memang sudah diatur dan in sha allah tidak pernah tertukar :)
BalasHapussependapat dengan cerita tentan Norman Kamaru
BalasHapusSubhanallah, memang rezeki itu sudah diatur datangnya, tapi kita harus berusaha untuk mendapatkannya pula. Lebih berkah lagi kalau cara dan subernya halal, amiin, InsyaAllah
BalasHapus