Pages

Rabu, 08 Oktober 2014

Catatan Pejalan Jauh

“Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?” (QS. Al Mukminun [23]: 115) 
Tiba-tiba malam Idul Adha kemarin saya teringat seorang teman yang meninggal awal bulan lalu. Kematiannya yang mendadak, pun dengan cara yang tidak biasa, karena memilih menetap di Syiria(Syam). Saya pikir itu keputusan yang sesuai dengan apa yang ia yakini. Dan setelah baca buku lapis-lapis keberkahan, saya jadi tahu kenapa ia memilih negeri itu. Negeri itu negeri yang diberkahi, setiap orang terpilih akan ke sana. 

Saat mendengar kabarnya, saya berharap seseorang yang memegang akun social medianya tak akan menghapus blognya. Rasanya hanya itu kenangan yang masih tersisa. Tapi ternyata, blognya pun dihapus sesuai dengan wasiat si pemilik. Yang tersisa sekarang hanya ingatan-ingatan tentangnya, tentang seorang yang memilih Islam jadi jalan hidupnya. Semoga Allah memberimu surga tertinggi. Aamiin. :')

Ini adalah salah satu catatan yang tersimpan ketika saya melihat notification subscribe blognya di email. Semoga jadi ladang pahala untuknya, menjadi pengingat kita yang masih hidup untuk mempersiapkan bekal berpulang. 
Gantunglah Kematian di Pelupuk Mata by Zy

Suatu hal yang wajib bagi seorang yang cerdas ialah mempersiapkan bekal sebelum melakukan pejalanan. Ia tentu tak tahu hal-hal yang mungkin menimpa dirinya. Ia pun tak tahu kapan ia dipanggil untuk berangkat. Saya melihat banyak orang yang tertipu dengan masa masa mudanya, lupa bahwa mereka bisa saja berpisah dengan teman sebayanya secara tiba-tiba. Mereka tenggelam dalam larut dalam angan yang membubung. Mungkin yang merasa dirinya pintar sempat berkata, "Aku akan sibukkan diriku dengan ilmu, lalu aku beramal kemudian." Ia kemudian berleha-leha dengan alasan beristirahat. Ia menunda kesempatan untuk bertaubat. Ia larut dalam berbagai gibah, berenang salam genangan darah saudara saudaranya. Harta benda datang lewat jalan yang syubhat dan ia terbuai dalam angan untuk menghapus segala nista di kemudian hari. Ia pun lupa bahwa kematian senantiasa mengintai dan siap menjemputnya. Orang yang cerdas akan selalu memberikan setiap detiknya sesuai dengan haknya. Jika maut menjemputnya telah siaplah ia. Jika harapannya tercapai, maka berlipat gandalah kebaikannya. 

"Sebuah renungan diperuntukan untuk diri sendiri
Semoga ada ibrah yang dapat dipetik. Salam persahabatan"




10 komentar:

  1. Ini menarik juga. Beberapa orang yang sudah berpulang ke rahmatullah, dan kebetulan memiliki akun sosial media kini entah berantah siapa pengelolanya. Ini membuat inspirasi baru buat penulis membuat postingan terbaru terilham oleh artikel ini. Insya Allah

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mungkin orang terdekatnya, entah siapa. Tapi terakhir yang ngabarin sih istrinya, pak. :)

      Hapus
  2. Innalillahirojiun,,,,, meninggal tiba2 kok sempat berwasiat mbak ila?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, mba Nunu. Karena pernah sakit kanker juga. Jadi mungkin udah siap kalo dijemput kapan2. Dihapus semua akunnya, kecuali fbnya, seingetku masih ada.

      Hapus
  3. Innalillahi wa innailaihi raji'un..
    Blognya apa mbak? Tulisannya bagus

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, tulisannya bagus, mba.
      Blognya dailynomous.wp.com. Sekarang udah dihapus.

      Hapus

Silahkan tinggalkan komentar. Terimakasih sudah berkunjung.
Mohon komen pakai url blog, bukan link postingan. Komen dengan menggunakan link postingan akan saya hapus karena jadi broken link. :)