Quote of The Day

Selepas musim yang berganti, cara terbaik untuk memudahkan syukurmu terlantun adalah dengan menyederhanakan harapanmu hari ini.

Senin, 14 September 2015

Demensia Pada Lansia : Penyakit di Usia Senja

Kesehatan tubuh dan jiwa saling berkaitan erat. Ketika tubuh sakit, jiwa kadang juga merasakannya. Orang tua yang sudah menua akan semakin sering mengalami banyak penyakit dalam dirinya. Satu per satu penyakit datang karena usia yang sudah tidak muda lagi. Orang tua yang memiliki kualitas hidup yang baik dan menjaga pola hidup sehat, tetap saja memiliki kemungkinan terkena beragam penyakit karena faktor usia. Salah satunya yaitu demensia pada lansia.

Demensia Pada Lansia

Secara umum, demensia adalah suatu gangguan intelektual atau daya ingat yang umumnya progresif dan ireversibel. Demensia pada lansia sering terjadi saat usia orang tersebut mencapai lebih dari 65 tahun. Masyarakat Indonesia sering menganggap bahwa demensia ini merupakan gejala yang normal pada setiap orang tua. Padahal, demensia berbeda dengan penyakit lainnya. Demensia pada lansia terjadi karena faktor risiko dari faktor usia, riwayat keluarga, dan jenis kelamin perempuan. Perempuan lebih mungkin mengalami kecenderungan sakit demensia ini.

Tanda-Tanda Demensia pada Lansia menurut WHO:

Merujuk pada pedoman diagnostik menurut WHO (ICD-X), demensia pada lansia terjadi dengan tanda-tanda sebagai berikut :
  • Lupa kejadian yang baru saja dialami,
  • Kesulitan berpikir abstrak,
  • Salah menaruh barang,
  • Perubahan suasana hati,
  • Kesulitan dalam melakukan pekerjaan sehari-hari,
  • Kesulitan dalam berbahasa,
  • Disorientasi waktu dan tempat,
  • Tidak mampu membuat pertimbangan dan keputusan yang tepat,
  • Perubahan perilaku atau kepribadian,
  • Kehilangan inisiatif.
Gangguan perilaku dan psikologik pada lansia yang demensia sering ditemukan sebagai BPSD (Behavioral & Psychological Symptoms of Dementia). Perubahan seringkali menimbulkan masalah seperti: gelisah, impulsif, sering mengulang pertanyaan, perilaku agresif, dan suka keluyuran tanpa tujuan. Seorang lansia juga mengalami masalah psikologis seperti sangat cemburu, curiga, berhalusinasi, dan mengalami misidentitas. Sensitifitas seorang penderita demensia membuat dia akan sangat bergantung pada pertolongan orang sekitarnya.

Demensia pada lansia membuat seorang lansia sangat butuh pertolongan orang lain. Ada baiknya sebagai seorang anak, kita wajib untuk memperlakukan orang tua sebagaimana mestinya sehingga mereka tetap bisa mulia saat sudah lanjut usia. Demensia hanya bisa diterapi agar kadarnya berkurang, namun tidak bisa dihilangkan karena memang faktor usia. Semoga kita semua dikaruniai nikmat sehat di usia lanjut sehingga tetap bisa beraktivitas seperti biasanya. Aamiin.

10 komentar:

  1. kalau bertanya di ulang-ulang termasuk yang demensia gak Ila? misalnya sudah bertanya nanti gak lama tanya lagi, ada saudaraku begitu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalo itu berarti daya tangkapnya udah berkurang ya, mba Lidya. Mungkin iya, tapi baiknya nanya ke dokter yang biasa menangani pasien demensia.

      Hapus
  2. Kayaknya aku mulai dimensia deh.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Faktor U ya, mak. Mendekati kepala 4 kah? hehe

      Hapus
  3. 3 ciri-ciri (pertama) di atas, sudah dialami oleh Ibuk saya. Hal/peristiwa yg baru-baru tidak srg tdk terekam. Al hasil, suka naruh barang hampir tiap hari terjadi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hiks. Semoga ibu mba Rie selalu sehat ya. :*

      Hapus
  4. jadi inget tayangan kick andy yang bahas tentang Alzheimer salah satu dari dementia pada lansia...daaan ternyata untuk mencegahnya isi TTS dan poco-poco bisa mencegah dementia saat Lansia lhooo...

    BalasHapus
    Balasan
    1. wah, aku baru tahu kalo poco-poco bisa buat terapi mba. pantes sering ada grup senam untuk orangtua ya.

      Hapus

Silahkan tinggalkan komentar. Terimakasih sudah berkunjung.
Mohon komen pakai url blog, bukan link postingan. Komen dengan menggunakan link postingan akan saya hapus karena jadi broken link. :)