Pages

Rabu, 04 November 2015

Pentingnya Bibit, Bebet dan Bobot saat Memilih Jodoh

“Ketika kepala yang main, sedang hati belum berkata iya. Ya, lebih baik menunggu dulu.”

Soal jodoh ternyata nggak segampang membalikkan telapak tangan. Meski setiap kali ada bahasan jodoh itu orang bakal bilang, tinggal nyari aja, gampang tho. Padahal nggak semudah itu, kan, kan, kan? :P Ketika kepala berkata iya, berarti yang main logika. Tapi hati belum siap.

Ada sesuatu yang membuat saya bertanya, kalau ada teman bilang sudah siap nikah tapi masih menunda karena hal itu, enaknya dibilang gimana ya? Karena terasa sekali seperti berkejaran dengan waktu. Padahal sekali lagi bukankah jodoh itu perkara menyegerakan tapi bukan tergesa-gesa?

Pernah juga saya sempat ngalami sendiri. Berkenalan dengan orang, karena dikenalkan sahabat. Trus saling kenal, tapi hati saya nggak sreg karena dari awal melihat ini bukan kriteria yang saya banget. Lalu mikir, apa bakal lebih baik bilang nggak dulu ya. Tapi ternyata bukan saya aja yang merasakan. Si orang itu juga. Jadilah tidak dilanjut perkenalannya ke jenjang yang lebih serius.

Ketika hati belum berkata “Iya” dan kepala juga belum berkata “iya”. Keduanya seharusnya sinkron. Menimbang bibit, bebet dan bobot kalau kata orang jawa.

Bibit, bebet dan bobot dalam Memilih Jodoh

1. Bibit yang baik :


Berasal dari keluarga apa calon pasangan kita? Artinya apakah ia berasal dari keturunan yang baik, punya potensi untuk jadi orang yang lebih baik dari sekarang. Jika belum sukses, lihat dulu potensinya ke arah mana. Siapa tahu kelak akan menjadi orang yang berdikari karena pantang menyerah dalam bekerja.

2. Bebet yang baik :


Bebet itu dipandang dari segi pergaulan. Dengan siapa pasangan kita bergaul. Orang yang baik tentu akan berkumpul dalam lingkungan orang yang baik. Hal ini bisa dilihat dari kebiasaannya selama ini berkumpul dengan orang yang seperti apa. Apakah membawa hal yang positif atau negatif? Karena akan mempengaruhi karakter orang tersebut.

3. Bobot yang bagus :


Bobot itu berat. Berarti menimbang seperti apa diri si calon tersebut. Jika dilihat dari ragam pilihannya akan menjadi lebih banyak lagi kriteria jodohnya. Misal : pekerjaan, watak, karakter, kedudukan, ketampanan, atau agamanya? Seperti yang dianjurkan Rasulullah. Pilihlah jodoh karena empat hal.

Saya berpikir lagi apa yang sebenarnya dipilih? Bibit bebet bobot berdasarkan apa?


Kisah Dodi, Sang Ksatria Subuh dalam Memilih Jodoh


Semalam saya lihat film pendek berjudul Sang Ksatria Shubuh (Cinta Shubuh seri #3) buatan Want Production. Seorang lelaki bernama Dodi melamar perempuan yang ia sukai karena agamanya dan ehem.. kecantikannya. Laki-laki itu bertemu dengan sang ayah namun ayah gadis itu terheran karena anaknya tidak mengenal si laki-laki. 

Jadi, ketika Dodi mengutarakan akan melamar gadis itu, Dodi balik ditanya tentang kriteria. Apakah ia punya hafalan Alquran? Berapa juz? Dodi jawab juz 30. Rajin shalat subuh? Ternyata shalat subuh on time tapi di kosan. xD Akhirnya karena ditantang oleh calon mertua, Dodi pun memperbaiki shalat subuhnya. Ia harus shalat subuh berjamaah di masjid setiap hari selama 40 hari. Jika gagal, maka tidak jadi menikah. Endingnya memang mengejutkan. Dodi bisa menyelesaikan tugasnya, hanya saja di hari ke-30 ia terlambat shalat subuh di masjid karena temannya susah dibangunkan. Si teman ini minta diajari bangun lebih pagi agar bisa shalat subuh juga.

Finalnya udah bisa ditebak dong ya. Lihat sendiri aja di film Cinta Shubuh #3 : Sang Ksatria Shubuh ya :D

Dodi memenuhi semua kriteria bibit, bebet dan bobot itu. Karena pertama, bibit ia berasal dari keluarga baik-baik, bebet ia mampu menciptakan lingkungan yang baik karena mengajak temannya untuk rutin shalat shubuh juga, yang ketiga bobot, Dodi memiliki integritas terkait pekerjaannya. Daripada ia sering telat ke kantor dan makan gaji buta, lebih baik resign dan membangun bisnisnya sendiri.

Saya rasa semua anak gadis pasti mau nemu yang begini. Komitmennya kuat untuk berubah menjadi lebih baik. Tentu itu artinya harus mensinkronkan hati dan pikiran menjadi satu. Karena pada akhirnya proses seleksi alam lewat bincang-bincang dengan orang tua itu yang akhirnya memunculkan apakah kesiapan itu hanya ada di mulut atau juga di hati. :D Begitulah. 

Jadi, seberapa penting bibit, bebet, bobot saat memilih jodoh bagimu, temans? Share dong di komen. ;)

13 komentar:

  1. aku belum nonton filmnya, itu endingnya jadi nikah atau gak sih Ila?

    BalasHapus
  2. Hihi pastinya mbaak... mau gak mau kita pasti melihat latar belakangnya... Namun juga harus membandingkan dengan karakternya yang sekrang. Semua punya kesalahan, namun bagaimana tindakan nya sekarang yang menentukan penilaian orang.

    Buat vey, ada hal yang selalu bisa ditoleransi mbak. Tinggal bagaimana kompromi antar pasangan itu. :)

    BalasHapus
  3. blm nonton filmnyaaa...
    iya, milih jodoh gk boleh main2 daah pokoknya,

    BalasHapus
  4. Aku belajar banyak tentang bibit bebet dan bobot :)

    BalasHapus
  5. Jadi ingat kapan hari ada tayangan di FB kisahnya mirip ini. Si Cowok shubuhnya kesiangan terus, kemudian si cwek minta putus. Klo mau balikan syaratnya si cowok harus sholat shubuh di masjin on time. Ah, jadi penasaran sama filmnya.. :)

    BalasHapus
  6. Yang namanya manusia pasti ingin yang terbaik ya, Mbak Ila. Kalau dulu sih saya pakai kriteria wajib dan sunnah. Maksudnya kriteria wajib ya wajib ada sama si calon, seperti dia harus seiman, punya pekerjaan yang halal, dsb. Yang sunnah ya kalau ada bonus, kalau ga ada ya gpp. Kriteria sunnah saya dulu, saya pengin nikah sama orang yang ga satu almamater sama saya. Tapi ternyata suami saya satu kampus dengan saya. Ya gpp juga. Ga masalah itu :D

    BalasHapus
  7. Penting bangett mba..hehe.. Meskipun gak punya kriteria yang muluk-muluk, tapi latar belakang keluarga, kesehariannya, agamanya, juga pekerjaannya apa (pekerjaan lho yaa..bukan gaji..hihi) patut mjd pertimbangan.

    BalasHapus
  8. Klo aku ngrasanya blm baik, jd ya gitu, blm nikah2 hahaha

    memperbaiki diri sendiri dl baru mikir lebih

    BalasHapus
  9. Dodi bisa jdi lelaki idaman ya, Mbak. :D
    Yg pnting, hati selalu terbuka utk siapapun pria. Entah klik atau ngga, ya smbil jalan, yaa. . . :P

    BalasHapus
  10. eh ini ini ...ehm ...mlipir ah #japrinorek wkwk

    BalasHapus
  11. Hehehehe, untuk itulah, saya sadar diri. Saya harus mengubah diri saya menjadi lebih baik sebelum berharap calon pasangan yang baik2. :)

    BalasHapus

Silahkan tinggalkan komentar. Terimakasih sudah berkunjung.
Mohon komen pakai url blog, bukan link postingan. Komen dengan menggunakan link postingan akan saya hapus karena jadi broken link. :)