Seseorang mengatakan hal yang membuat saya tercenung lama
saat mengetahuinya. Ia mengatakan buat apa Alquran dipaksakan untuk dihafalkan
pada anak-anak. Itu akan membebani mereka dan menjadikan tidak kreatif. Lebih
baik tugas menghafal dibebankan pada ulama saja. Saya yang tahu hal itu jadi
merinding. Entah kenapa saat itu saya menjadi ingat sosok Delisha di film Hafalan Shalat Delisha.
Ingat kisah Delisha di film ini? Delisha harus menghafalkan
bacaan shalat agar ia mendapatkan hadiah kalung dari bundanya. Kalung itu sebagai
hadiah karena sukses menghafal bacaan shalat. Semua anak-anak bundanya
mendapatkan hadiah itu. Ujian praktik shalat itu membuat Delisha capek
menghafal, ia terus-menerus memperbaiki hafalannya hingga diledek saudaranya
karena belum sempurna lafalnya. Kebolak-balik terus.
Hadiah untuk Gadis Kecil Penghafal Bacaan Shalat
Sang ibu membawa Delisha membeli kalung emas, lengkap dengan
liontin berbentuk huruf D- inisial nama Delisha. Gadis kecil itu sudah sangat
bahagia akan mendapat kalung. Sayangnya saat ujian praktik shalat, Delisha tidak
mendengar suara air laut bergulung kencang.
Bencana tsunami menghantam kampungnya, bahkan hingga ke dinding kelasnya.
Delisha pun ditemukan tergeletak di antara mayat-mayat yang lain, termasuk
mayat ibu dan saudaranya. Delisha masih hidup dengan kaki tinggal satu karena
diamputasi.
Singkat cerita, Delisha ingin bisa menghafal, seperti keinginan
bundanya. Tapi tak kunjung hafal juga. Hingga ia bertanya pada ustad, mengapa
ia kesulitan menghafal. Ustad berkata bahwa Delisha harus ikhlas. Delisha belajar menghafal kembali dan akhirnya
menemukan kedamaian dalam dirinya. Ia sudah ikhlas untuk menghafal karena ingin
bisa mendoakan bunda dan saudaranya yang sudah meninggal.
Hafalan Shalat Delisha, Film yang Mengajarkan Mengapa Harus Menghafal Alquran?
Saya ingat film Hafalan Shalat Delisha ini karena ada hubungannya dengan kisah di awal tadi. Kisah seorang anak yang dipaksa cara menghafal Alquran. Delisha pun
terpaksa menghafal, tapi akhirnya ia bisa menghafal juga. Satu yang saya catat
dari kisah ini, kita tak pernah tahu kapan bencana akan datang. Bencana besar
yang menghilangkan banyak nyawa, harta dan memusnahkan mushaf kesayangan kita.
Jika selama ini kita hanya membaca Alquran dari mushaf, mengapa tidak memulai
menghafalnya? Mengapa harus menunggu bencana datang baru paham apa alasan Rasulullah
menyuruh kita menghafal. Agar Alquran lekat dalam ingatan kita, menyatu dalam
diri kita, hingga tak perlu kita bergantung pada aplikasi android di smartphone. Agar kita menjadi penjaga wahyu, agar Alquran tetap
murni kandungannya.
Tidak setiap orang punya keistimewaan menghafalkan Alquran,
apalagi dengan anggota badan yang utuh. Bayangkan Delisha, gadis kecil yang
kehilangan kakinya, ia menghafalkan ayat-ayat surat pendek beserta hafalan
shalatnya. Bayangkan bagaimana rasanya ia kehilangan ibunya, dan ia tetap mau
menghafal.
Alquran bukan beban, ia anugerah bagi para penghafal dan pengamal ayat-ayatnya. Menghafalnya berarti menjaga wahyu.
Mengapa mengatakan Alquran membebankan diri? Padahal justru
kita yang butuh Alquran, kita yang butuh Allah kok. Bukan Allah yang butuh
kita. Kalau Allah mau bisa dengan mudah mengganti generasi yang tidak taat
dengan yang taat pada Alquran dengan seketika. Kalau bencana datang, dan mushaf
menghilang, bukankah yang tertinggal hanya hafalan?
Seperti saat seorang hafidz Alquran dari negeri sebrang mengunjungi Malaysia untuk tugas berdakwah. Ia mengalami musibah karena paspor yang dipakainya sudah habis masa berlaku. Ia ditahan karena dianggap pendatang ilegal. Saat dipenjara, Alquran menjadi penawar hati yang paling utama karena ia mengulang-ulang hafalannya di dalam penjara. Suaranya merdu menggema hingga akhirnya ia pun dibebaskan dari penjara. Sungguh, Alquran adalah anugerah, bagi para penghafalnya. Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan? :)
Seperti saat seorang hafidz Alquran dari negeri sebrang mengunjungi Malaysia untuk tugas berdakwah. Ia mengalami musibah karena paspor yang dipakainya sudah habis masa berlaku. Ia ditahan karena dianggap pendatang ilegal. Saat dipenjara, Alquran menjadi penawar hati yang paling utama karena ia mengulang-ulang hafalannya di dalam penjara. Suaranya merdu menggema hingga akhirnya ia pun dibebaskan dari penjara. Sungguh, Alquran adalah anugerah, bagi para penghafalnya. Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan? :)
Dear, jika hati belum tersentuh kemurnian Alquran, ini saatnya
untuk bertanya. Sudah benarkah shalat kita? Hingga menghafal Alquran akan jadi
kebutuhan, bukan lagi sebuah kewajiban. :)
#notedtomyself
sepintas tadi vera baca the winner ke korea... ternyata Kleora.. heheh
BalasHapusIya mbak, mungkin kelihatannya sepele ya, padahal merapal ayat suci itu benar-benar menenangkan hati. >.<
setuju banget Ilaa.... saya jadi merinding bacanya
BalasHapuswalau sering nonton tapi gak bosen lihat film ini
BalasHapussemangat membumikan Alqur'an ...
BalasHapussalam kenal dri brebes ... :)