Pages

Minggu, 06 Desember 2015

Tentang Ia yang Menetap Dalam Hati

types of friends (doc : pinterest.com)
"We have three types of friends in life : 
Friends for a reason, friends for a season, and friends for a lifetime." 

Dulu sekali, saya menganggap bahwa pertemanan yang terikat dengan erat akan menjadi sebuah persahabatan yang tulus, tanpa embel-embel apa pun. Pada awalnya saya kira hal ini akan berjalan lama, tapi di lain waktu ternyata saya sadar. Bahwa nggak ada pertemanan dan persahabatan yang abadi. Yang ada adalah kepentingan yang abadi.

Jujur, saya pernah kecewa ketika saya menganggap seseorang itu istimewa, seseorang ini perempuan ya. Temen curhat segala macemnya. Lalu menempatkan mereka menjadi orang yang layak untuk saya bagi suka maupun duka. Dan ternyata baru sadar kalau perasaan itu hanya saya rasakan sendirian. Mungkin kalau saya pergi menghilang pun nggak akan ada yang mencari. Karena merasa bahwa pertemanan itu hanya jenis relationship yang transaksional. Kamu butuh, saya bantu. Besoknya saya butuh, dia belum tentu ada. Kecewa? Banget. :)

Tapi sejak itu saya jadi tahu kalau saya nggak akan pernah bisa mengharapkan bantuan orang lain, karena justru di saat seperti itu biasanya yang bantu justru orang lain yang sama sekali nggak pernah masuk dalam daftar list persahabatan. Nggak tahu kenapa. Tapi saya jadi tahu bahwa nggak perlu menempatkan sesuatu secara istimewa dan berlebihan. Pada akhirnya, sudut pandang saya jadi berbeda.

Saya pernah cerita hal ini pada seseorang dan dia bilang, “La, dulu aku juga pernah gitu. Dan setelahnya menjadikan semuanya sebagai teman biasa. Nggak ada yang benar-benar istimewa.” Sebenarnya saya lebih suka memilih teman yang akan jadi sahabat selamanya. Kalau ada orang yang seperti itu, saya pasti bakal jadi orang yang loyal. Nggak menafikan bahwa memelihara hal-hal baik seperti itu ternyata perlu sekali. 

Untuk melihat apa orang itu menjadikan saya seseorang yang penting, sepertinya perlu kacamata khusus, yang kayak gini nggak bisa dilihat dengan kacamata orang biasa. Iya kan? Kalau sudah demikian, yang saya rasakan hanya satu : berbuat baiklah dengan siapa saja, karena orang datang dan pergi, dan saya nggak akan pernah tahu siapa yang akan menetap dalam jangka waktu yang lama menjadi sahabat selamanya. :)

5 komentar:

  1. Udah lama nggak punya sahabat. Entahlah, mungkin kalau sudah ibu2 memang agak membatasi curhat, karena bagaimanapun pasti sedikit banyak nyangkut rahasia keluarga dan sulit sekali mempercayai orang di jaman ini. Teman dekat banyak, teman hangout ada, tapi sepertinya tidak pengin punya sahabat :)

    BalasHapus
  2. Saya juga. Kecewa sering banget. Apalagi akhir-akhir ini dia malah ngomongin di belakang plus dendam banget ma saya. Emang gue salah apa???

    BalasHapus
  3. Butuh waktu utk menemukan sahabat yg dipercaya. Klo setelah nikah, skrg sy banyak curhat ke pak suami, lbh aman.

    BalasHapus
  4. kacamata yang kaya gimana ya Ila ? :)

    BalasHapus
  5. Itulah, aku selalu menerapkan fikir : semua adalah manusia biasa yg dekat dengan salah khilaf, jadi aku harus siap denhan segala kemungkinan terburuk, istilahnya aku yg harus membentengi diri sendiri, yg penting selalu berbuat baik :)

    BalasHapus

Silahkan tinggalkan komentar. Terimakasih sudah berkunjung.
Mohon komen pakai url blog, bukan link postingan. Komen dengan menggunakan link postingan akan saya hapus karena jadi broken link. :)