Quote of The Day

Selepas musim yang berganti, cara terbaik untuk memudahkan syukurmu terlantun adalah dengan menyederhanakan harapanmu hari ini.

Rabu, 30 Maret 2016

5 Manfaat Ini Akan Membuatmu Rindu Mengunjungi Keluarga Besar

5  Manfaat Ini Akan Membuatmu Rindu Mengunjungi Keluarga Besar

“Bapak asli mana? Sudah lama nyupiri angkot?”

Percakapan antara penumpang dan supir itu dimulai sejak bapak dan saya duduk di angkot menjelang dini hari pukul setengah dua pagi. Angkot yang akan membawa saya dan bapak ke kosan adek di kawasan Jl Plesiran Bandung. Mata lelaki itu menatap ke depan di belakang kemudi mobilnya, sembari tetap bercerita bagaimana hidupnya dulu hingga sekarang.

Lelaki yang kini tinggal di Bandung itu hidup dengan mengandalkan angkot yang disupirinya untuk menghidupi keluarga di masa tuanya.
“Saya mah dulu asli Palembang. Tapi sejak orang tua sudah meninggal, rumah dibeli saudara. Akhirnya mengunjungi keluarga di Palembang hanya sebatas main saja. Nggak pernah lama-lama. Rasanya beda saja, meski rumah itu dulunya rumah orang tua.”
Saya yang mendengar ucapan bapak itu hanya menunduk. Ya, tak dipungkiri masalah keluarga seperti yang dialami si bapak itu bukan hanya satu dua keluarga saja yang mengalami. Ketika orang tua meninggal, ada yang hilang dalam ikatan keluarga. Tidak seerat ketika mereka masih hidup. Kunjungan masih saja terjadi, tapi kesan yang diperoleh rasanya tetap saja berbeda saat orang tua masih ada.
“Ketika seseorang masih hidup, ia mengikat keluarganya dalam ikatan yang kuat. Saling mengunjungi. Tapi ketika meninggal ikatan itu serasa tercerai berai, tak ada lagi alasan untuk pulang, kembali ke sebuah tempat bernama rumah.”
Dulu sekali ketika simbah masih hidup pun, kami sekeluarga sering mampir ke Slawi untuk menyambung silaturahim. Tak hanya setahun sekali, tapi memang menyempatkan datang rutin setiap bulan. Dulu mendengar kalimat akan mengunjungi simbah terasa sangat menyenangkan. Tapi belakangan ada hal-hal yang sulit dijelaskan oleh kata-kata. Ketika akhirnya silaturahim hanya sebatas kebutuhan untuk meminta bantuan finansial. Padahal apakah hanya itu yang dibutuhkan oleh sebuah keluarga? Saya rasa tidak. Keluarga dibangun dari kehidupan bersama para anggotanya. Dulu yang ada dalam rahim yang sama kini pun seharusnya ada dalam tingkat kenyamanan untuk saling berbagi suka dan duka.

Saya jadi ingat ucapan Ridwan Kamil untuk membuat program satu keluarga mapan membantu satu keluarga prasejahtera. Diharapkan akan timbul kesejahteraan dengan membantu mereka bukan dalam finansial, melainkan support dalam membentuk lingkungan yang lebih kondusif. Biasanya orang yang miskin cenderung akan nggak pede bertemu saudaranya sehingga lebih memilih meminggirkan diri ketika ada acara besar dalam keluarga. Padahal, bukan itu esensi berkumpul. Bukan untuk ajang pamer bahwa si A baru saja membangun rumah, si B sudah diangkat jabatannya di kantor, si C baru saja pergi berlibur ke mana, atau si D anaknya baru lulus dan masuk sekolah E. Saya rasa, menjalin silaturahim jauh lebih dari itu. Mengingatkan kembali bahwa rumah adalah tempat ternyaman untuk pulang kapan pun.

Dalam tradisi orang Jawa, biasanya ada anjuran untuk anak muda yang mengunjungi yang tua. Di keluarga saya pun begitu. Jadi ketika ada sepuh yang meninggal dan akhirnya pindah basecamp pun dimulai, saya merasa tetap saja ada yang perlu dimulai untuk dibenahi, meski itu butuh waktu. Kesempatan untuk berkumpul yang makin minim. Secara tidak langsung itu membuat silaturahim terus terjaga dengan hadir dalam acara-acara seperti mantu, kunjungan ringan semisal hari libur, atau saat ada kelahiran dan kematian saudara.

source : https://id.pinterest.com/pin/220394975492834148/

Manfaat silaturahim yang bisa diperoleh ketika mengunjungi keluarga besar atau saudara :

1.       Mengunjungi makam yang sudah meninggal.
Biasanya kunjungan ke rumah simbah juga dilanjut dengan berkunjung ke makam saudara yang sudah meninggal. Mendoakan yang sudah tiada.

2.       Mengupdate kabar anggota keluarga
Pernah dengar bahwa keluarga A bertemu dengan keluarga B setahun sekali atau bahkan bertahun-tahun? Kadang ada anggota keluarga baru yang sulit dideteksi anaknya siapa jika tidak melihat siapa bapak dan ibunya saking lamanya tidak silaturahim. Silaturahim membuat anggota keluarga saling tahu si A anak si B. Maka ini berarti juga mengupdate siapa saja yang masih dalam garis keturunan boleh dinikahi dan juga tidak. Ya, siapa tahu ada yang tidak paham silsilah keluarganya, setelah terpisah sekian lama dan ga tahu wajah pakdhe atau budhenya.

3.       Menghalau gangguan dari luar
Percaya atau tidak bahwa ketika ikatan keluarga erat, gangguan dari luar baik narkoba, seks bebas, anak drop out, dsb nya itu tidak akan dialami oleh anggota keluarga karena merasa masih memiliki tempat untuk pulang ketika ada masalah yang rumit. Tapi jika sudah tidak ada rasa nyaman dengan mengunjungi keluarga besar, itu indikasi jika akan ada bahaya yang nanti mengancam angggota keluarga.

4.       Meminimalisir masalah dengan bertatap muka
Di dunia serba online seperti sekarang berkomunikasi via telpon, sms atau chat messager tetap tidak bisa menggantikan berkomunikasi lewat tatap muka. Bersilaturahim secara nyata beda dengan bersilaturahim secara online. Ada kedekatan fisik dan bisa mendengar suara dan menatap wajah satu sama lain jika bertemu langsung. Ini yang membuat orang bisa meminimalisir kesalahpahaman ketika komunikasi lewat gadget sangat minim interaksi dan rawan menimbulkan praduga.

5.       Mengalirkan rezeki
Saya percaya bahwa bertemu dengan orang lain bisa mengalirkan kran rezeki saya. Seperti misalnya ketika dikunjungi saudara atau balik mengunjungi dan membawa oleh-oleh. Kelak akan ada ganti rezeki dari yang sudah diberikan pada anggota keluarga lainnya.

Meski manfaat bersilaturahim besar, kita tetap perlu effort untuk membiasakan saling berkunjung. Karena segalanya dimulai dari hal kecil bernama silaturahim. Semoga kita masih diberi kesempatan untuk bertemu keluarga besar dan sudaa dalam keadaan sehat dan berbagi kebahagiaan. Well, postingan ini catatan untuk saya pribadi juga semoga bisa menerapkan apa yang sudah ditulis. :)






8 komentar:

  1. Bener banget..keluargaku meski pencar-pencar, banyak yang tinggal di rantau selalu pulang kampung tiap ada waktu. Padahal eyang kakung putri sudah nggak ada. Yang tinggal di rumah pusaka hanya Bapakku tapi mereka tetap pulang untuk berkumpul di rumah, di kampung halaman. Alhamdulillah jalinan silaturrahim tak pernah putus, bahkan selalu hangat.

    BalasHapus
  2. Kumpul bersama keluarga besar ini banyak sekali manfaatnya ya. Momen indah yang akan selalu terkenang :)

    BalasHapus
  3. rumah sodaraku sedesa semua sih mbak, jd ya silaturahim terus :D
    kadang malah jd terasa kurang istimewa saking seringnya *ups*

    BalasHapus
  4. paling seru kl udah kumpul2 itu makan2,masak bareng dan cerita masa lalu

    BalasHapus
  5. Dalam adat keluarga besar abiku juga demikian kak, setiap tahun minimal saat Lebaran semua keluarga harus pulang kampung, kumpul2, dan silaturrahmi ke tetangga2..

    BalasHapus
  6. Kalau aku (bukan jawa) gak harus yang sepuh yang dikunjungi. Gantian. Bergilir gitu. Jadi tiap tahun basecamp ngumpunya pindah-pindah. Seru deh!

    BalasHapus
  7. biasanya kalau lebaran pasti basecamp ditempat saudara yang sepuh

    BalasHapus

Silahkan tinggalkan komentar. Terimakasih sudah berkunjung.
Mohon komen pakai url blog, bukan link postingan. Komen dengan menggunakan link postingan akan saya hapus karena jadi broken link. :)