Ngobrol
bareng ibu biasanya saya lakukan ketika selesai makan saat buka puasa. Selepas
shalat magrib kami berkumpul di depan televisi sembari mengobrol tentang banyak
hal saat iklan tayangan berlangsung. Waktu saya tanya iseng tentang suatu tema “Makanan
rendah kalori”, ibu saya jawab, "Kamu kan sudah punya bukunya. Buku yang tentang
kesehatan itu loh. Yang kamu buang kemarin." Hiyaaa, dibuaang. Krik-krik-krik.
Saya
bukannya ngebuang sih, itu buku rencana mau diloakin eh ternyata pengumpul
barang bekasnya nggak lewat lagi ke depan rumah. Ditungguin berhari-hari sampe bukunya ngendon di teras. Padahal sebelum saya ngeluarin buku itu, saya udah bilang kalo
bakalan ambil beberapa barang bekas. Termasuk buku-buku yang udah menguning di
tepiannya itu. Mau dikasih ke perpus kok udah nggak layak baca. Ada sih yang
masih bersih, tapi rak lemari saya udah penuh jadi nggak bisa nerima buku-buku
lagi. Harus ada yang dikeluarin, termasuk buku tentang kesehatan itu.
Sebenernya
bahasan bukunya tentang Woman Japanese yang suka diet. Di sana ada bahasan kenapa
wanita jepang lebih mudah mendapatkan tubuh ramping. Katanya karena kebiasaan
mereka memakan makanan dalam ukuran kecil dengan terlebih dahulu dibuat hiasan
dalam penyajiannya. Jadi mereka tidak hanya makan makanan rendah kalori
atau makanan yang mengandung ikan, tapi juga membuat acara makan keluarga
sebagai sebuah ritual yang menyenangkan. Sakral. Jadi tidak bisa makanan hanya
disajikan sederhana. Makanannya pasti dibuat unik-unik. Demi memanjakan mata
mereka. Begitu mata dimanjakan, giliran lidah juga yang akan merasakan nikmatnya
makanan. Makan pun dimulai dengan kesadaran penuh bahwa kita akan makan makanan
tersebut, dengan terlebih dahulu memulainya dari bersyukur atas nikmat bisa
makan hari itu.
Ukuran
makanan yang dibuat wanita jepang biasanya bulat-bulat kecil tujuannya untuk
membuat makanan itu bisa disantap dalam sekali hap. Ya, harus telaten untuk
membuat makanan seperti yang biasa orang jepang buat ya. Kecil, mungil, tapi
artistik. Memanjakan banget deh kalo ngeliat bento atau sushi yang dibikin
sesuai porsi yang makan. Kecil tapi penuh nilai gizinya.
bento lucu (doc : https://id.pinterest.com/pin/479914904022932411/) |
Berbeda
dengan kebiasaan orang Barat yang lebih suka makan fastfood. Jadi makanannya
penuh dengan lemak jenuh. Ya, ternyata Jepang pun merasakan bahwa obesitas itu
harus dilawan, itu sebabnya bagi keturunan Jepang yang tinggal di Amerika
diharapkan membuat menu seperti leluhurnya membuat makanan selama di Jepang.
Jangan sampai ikut-ikutan selera makan junkfood karena akan berpengaruh pada
kesehatan. Semakin banyak makanan dari gerai fastfood yang dimakan, maka tubuh
akan menimbun banyak lemak. Solusinya ya balik lagi ke kearifan lokal yang
telah diwariskan nenek moyang warga Jepang yaitu membuat sajian kuliner dengan
nilai artistik dan sesuai dengan kebutuhan gizi. See, apa kamu juga suka
masakan jepang? Share dong di komentar. ;)
daku suka sushi mbak ila :D apalagi banyak kejunyaa hehe tapi jarang sushi bersertifikat halal atau yang homemade halal gitu
BalasHapusapalagi Indonesia ya hobi bgt makan gorengan, sm yg lemak2, apa gk gemuk waakaka
BalasHapusBuat makanan ala ala jepang itu emang butuh kesabaran tingkat tinggi yak...
BalasHapus