Quote of The Day

Selepas musim yang berganti, cara terbaik untuk memudahkan syukurmu terlantun adalah dengan menyederhanakan harapanmu hari ini.

Sabtu, 04 Juni 2016

Tentang Reuni-reuni Itu

Tentang Reuni-reuni  Itu

Saya nggak tahu musti gimana menanggapi permintaan teman sekelas waktu zaman kuliah ketika dia minta saya untuk gabung di grup WA kemarin. Katanya bakalan buat ajang silaturahim. Iya, tapi ketika masuk ke grup itu obrolannya seputar masa lalu yang bikin saya ngerasa inget lagi betapa malangnya saya waktu itu. Haha.


Reuni sekolah (docs : Lazada)

 

Saya tahu saya bukan termasuk jajaran anak pintar di kelas, makanya lebih sering aktif di organisasi dan kabur ke dunia blogger untuk menghilangkan perasaan inferior. Dulu rasanya setiap kali kuliah nggak ada yang masuk ke otak dan rasanya saya bego banget. Duh ya, padahal zaman sekolah nggak gitu-gitu amat. Kok pas kuliah ngerasa ada yang mengganjal buat memasukkan ilmu ke otak. Perasaan inferior itu ditambah dengan kenyataan bahwa saya nggak populer.

Saya tahu semua sudah berubah sekarang. Setiap orang punya jalan hidup masing-masing. Ada yang emang akhirnya jadi dosen, ada yang kerja di inilah, itulah. Ada yang akhirnya jadi guru. Saya mendapat keberuntungan ketika akhirnya apa yang selama kuliah saya kerjakan berbuah kini. Dulu nulis buat menghilangkan perasaan minder saking nggak bisanya ngerjain intergral level entah berapa. Yang tiap kali ngantuk di kelas selalu disuruh jawab sama dosennya atau sekelas bakalan dihukum dan ditanya kamu almamater sekolah mana. Sekarang justru saya bisa mendapatkan uang dari menulis. Sesuatu yang dulu dinyinyirin sama teman ketika saya menulis di komputer kampus sebelum perkuliahan di lab dimulai.

Saya tahu bahwa semua itu sudah berlalu, tapi perasaan saya belum sepenuhnya sembuh. Kadang saya masih suka mempertanyakan sama Tuhan kenapa saya harus melewati episode hidup yang seperti itu. Padahal waktu itu pertama kalinya saya mau belajar di luar kota. Tapi rasanya semua kemalangan datang satu-satu. Tanpa permisi. Sampai saya sekarang pun tetap marah ketika inget atau disapa teman sekelas yang bukannya membantu saya ketika kesulitan di episode akhir perkuliahan malah dengan arogannya bikin pernyataan kalau dia sibuk. Iya, tahu kamu sibuk. Tapi nggak gitu juga kali.

Bahkan sampai sekarang saya sulit untuk memutuskan pergi  ke Semarang kalau ada event apapun. Kota itu mengingatkan saya dengan pedihnya masa lalu waktu zaman kuliah. Terakhir kali ke Semarang waktu event Fun Blogging. Itu pun saya beneran takut buat memasuki kotanya. Apa bakalan saya ingat lagi masa lalu-masa lalu itu. Tapi ternyata Semarang berubah, saya pun berubah. Fisiknya berubah tapi ingatan saya tidak. Saya tetap butuh waktu untuk lupa dan berdamai dengan hal itu.

Kamu tahu apa yang paling sulit untuk diterima saat ini? Kenyataan bahwa Tuhan selalu tidak pernah salah menempatkan seseorang pada suatu tempat. Itu yang selama kuliah hingga kini masih saya pertanyakan. Kenapa saya yang harus mengalami? Kenapa harus di sini? Kenapa saya bukan di tempat lain? Bahwa pada akhirnya pertanyaan itu satu per satu akan terjawab oleh waktu, itu benar. Tapi rasa berdamai itu yang masih tetap harus saya usahakan. Dan itu nggak gampang. Saya nggak tahu di mana urgensi reuni-reuni itu. Entahlah. :)



8 komentar:

  1. Memang sering maju-mundur-nggak-cantik ya kalau ada undangan reuni. Mudah2an suatu waktu nanti bisa menikmati reuni yang menyenangkan ya, Ky. :)

    BalasHapus
  2. Reuni memang kerap membuka ingatan kita tentang masa lalu ya Ila.. Manis, asam sudah berlalu memang, tapi kenangannya tersimpan. Untuk yang nggak enak-enak memang lebih baik disimpan dan tidak dibiarkan datang kalau mengganggu masa kini. Aku juga punya kenangan yang bikin malu di zaman sekolah... tapi ya sudahlah, ^^

    BalasHapus
  3. Pelukkkk kak Kiky *pukpuk
    Yang namanya melupakan kejadian buruk emang ga gampang ya kak. Tapi yang penting, kitanya alihkan perhatian sama hal-hal yang bikin kita happy di hari ini :)
    Semangaaat!

    BalasHapus
  4. Saya jg pernah ngerasain persaan bgitu. Awalnya seperti perasaan inferior, tp lama2 saya kemudian mengerti kl itu lebih ke perasaan "don't fit in" dalam kelompok tsb.
    Banyak hal yg menarik minat saya memang tdk menarik minat mereka. Apa yg saya hargai pun berbeda dgn yg mereka hargai. Jadi di situ lah saya berdamai krn kita tdk bisa memaksa agar bisa punya cara pandang yg sama dgn orang lain. Saya pun tau saya cukup berharga untuk dihargai.
    Kalo kata Maya Angelou, "If someone treat you like you're not a priority, treat them like an option." Jadi kelompok seperti itu saya pertimbangkan saja sbg pilihan, tp ga akan jd prioritas pertemanan.

    BalasHapus
  5. Saya sendiri juga nggak menerima grup apapun di BBM dan WA. Berisik! haha...
    Dan kalau untuk reuni besar-besaran saya juga malas. Karena dari grup facebook pun yang dibahas lebih nyama-nyamain hidup mereka dan hidup saya. Saya lebih suka ngopi-ngopi sama orang yang sepaham atau orang baru sekalian, haha...

    BalasHapus
  6. Mbak Ilaaa... Sama. Saya juga malas euy reunian. Btw.. Saya dulu juga merasa salah jurusan banget. Beberapa tahun kemudian saya tau mengapa Allah menempatkan sy di tempat itu. Karena ternyata suami sy adalah kakak tingkat sy saat kuliah. Semoga mb Ila segera menemukan jawaban ya :-)

    BalasHapus
  7. Hmmm begitu ya mbak. Aku sih dulu waktu kuliah, ga pinter2 amat, tapi ga bego2 banget, tapi tetep ngerasa harus eksis walau ada yg ngerasa aku annoying. Hahahha. Tapi seinget aku sih, semua aku temenin, sependiem apapun dia. Aku senang bergaul dengan siapa aja dgn latar belakang sifatnya.
    Menurut aku sih mbak, coba aja dateng dulu ke reuni, siapa tau ada network baru dan membuka kesempatan rejeki lainnya, ga ada yg tau kan? Tapi balik lagi sih mbak, kalo memang ngerasa ga nyaman, ya ga usah.
    Btw mbak bisa dateng ke reuni2 itu dgn kepala tegak bahwa mbak kiky sudah membuktikan kalau passion menulis mbak kiky jg membuahkan hasil. Hehehehe.
    Semangat mbak!!!

    BalasHapus
  8. sama mbaa.. kalo saya mungkin sedikit benci masa SMP, karena benar2 masa peralihan dunia baru bagi saya dari kampung ke kota, sayangnya sepanjang 3 tahun hampir setiap hari dibully karena segala hal tentang hidup saya, dan sampai sekarang masih enggan berdamai kalo teringat lagi, saya pun sebisa mungkin putus kontak dengan orang2 tersebut.

    BalasHapus

Silahkan tinggalkan komentar. Terimakasih sudah berkunjung.
Mohon komen pakai url blog, bukan link postingan. Komen dengan menggunakan link postingan akan saya hapus karena jadi broken link. :)