Pages

Sabtu, 01 Oktober 2016

Balada Manusia Akhir Zaman

Balada Manusia Akhir Zaman

Hari Senin kemarin saya mengikuti talkshow (coffee morning) yang diadakan oleh PKS. Salah satu panitianya adalah teman saya, Asti. Jadi saya tertarik buat ikutan. Selain karena temanya yang keren juga karena pembicaranya yang asyik yaitu Teh Kiki Barkiah. Di postingan ini saya nggak akan bahas isi talkshownya, ntar aja ya di postingan lain. Di sini saya mau numpang curhat aja. *eh :D

Ada satu sesi pembahasan tentang materi yang dbawakan oleh Teh Kiki Barkiah. Beliau bilang bahwa salah satu anaknya bilang kalau sejak mereka pindah ke Indonesia setelah tinggal di Amerika 3 tahun, anaknya jadi mulai membanding-bandingkan fasilitas waktu mereka masih di Amerika dengan di Indonesia. Contoh sederhananya misalnya gini, “Kok rumahnya kecil, mi? Kok pintunya begini? Kok begitu?” Dan muncul banyak pertanyaan tentang ketidaknyamanan yang dialami setelah di Indonesia. Intinya sih jadi ngerasa kurang asyik dengan kondisi yang ada. Padahal itu di rumah sendiri ya, bukan ngontrak.

Lalu Teh Kiki Barkiah pun ngasih treatment buat si anak biar dia nggak komplain lagi tentang hal itu. Salah satu treatmentnya adalah dengan mengajak anak-anak ke desa yang pelosok sekali sampai pupnya aja harus di jamban berbentuk kotak dari gribik yang dipancang deket kali. :p Nah, si anak kan nggak suka, akhirnya mau nggak mau karena kadung butuh pup ya teteplah mereka pup di sana. Trus si teteh bilang bahwa “Kalian, anak-anak Ummi harus mulai belajar menerima hal yang nggak menyenangkan. Masih lebih baik fasilitas di rumah dibanding di tempat lain. Syukuri yang ada. Jangan komplain ya, nak.” Intinya gitu, dan akhirnya anak-anaknya udah nggak protes lagi.

Teh Kiki Barkiah bilang ada hadist yang mengatakan bahwa Rasulullah takut jika ummatnya ada di akhir zaman karena makin banyak tantangan yang harus ditaklukkan. Apa tantangannya? Salah satunya adalah penyakit cinta dunia dan takut mati. Jujur, waktu Teh Kiki bilang begitu saya ngerasa tertohok sekali. Eh, bener banget ya. Dulu, dulu banget saya ngerasa tinggal di rumah dengan fasilitas ala kadarnya nggak apa-apa. Toh yang penting masih bisa makan dan tidur dengan nyenyak walau kondisinya gimana pun. Pernah juga ngalami banjir dan rumah penuh dengan air. Anak-anak tidur di dipan tingkat dua, yang bawah udah kebanjiran.

Sekarang ketika diberi kemudahan untuk mencari rezeki kadang terbersit keinginan untuk makin memperbanyak pundi-pundi uang yang ada. Serem nggak sih? Mungkin nggak gitu kerasa ya buat orang yang memang udah sejak lama hidup di dalam kenyamanan, tapi sekarang kenyataan itu makin terlihat nyata. Waktu saya datang di talkshow itu di lobinya saya liat banyak banget hijabers (noted : hijabers maksudnya mbak-mbak gaul yang jilbabnya lebar dan ada juga yang dimodel-model hijabnya. Biasanya mbaknya bawa tas matching dengan merk ternama)

A photo posted by Ila Rizky (@ilarizky) on


Saya berbisik pada seorang teman pas di ruangan talkshow. “Kayak dateng ke acara hijabers ya, mba. Bajunya ngejreng-ngejreng.”  Dan si mbak ketawa. :D Ya, itu kenyataan kan ya? Saya mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru ruangan dan menemukan ada pecahan di dua kubu, satu yang gonjreng banget bajunya atau yang jilbabnya segi empat standar mbak-mbak partai itu yang nutup sampai belakang.

Cinta dunia itu sewajarnya, tapi gimana bisa wajar kalau semakin ada gap yang besar saat melihat kenyataan itu. Waktu saya nemenin adek buat hunting baju kebaya buat persiapan wisuda, dia ajakin saya muterin semua toko kebaya. Dan saya shock liat harga kebaya yang dipajang di etalase. Baju kebaya untuk nikahan bisa mahal amat yak. Wkwk. 1,7 jt bok buat 1 baju  kebaya wanitanya. Yang baju adat pria beda lagi harganya.

Saya mbatin, pantas aja ada orang yang makin kaya dan semakin kaya karena mereka tahu nilai sebuah uang bisa membeli kebahagiaan seperti memakai baju mahal atau beragam merk ternama. Ada yang masih terpuruk dengan kemiskinan karena mereka tidak tahu bagaimana caranya keluar dari ruang gelap bernama fakir dan miskin.

Sungguh ironi, karena sekarang di Tegal pun makin kerasa gap semacam itu. Nggak usah jauh-jauh juga, yang nulis postingan ini juga kadang suka belanja online yang mana dulu nggak sering saya lakukan. Masalahnya bukan di belanja onlinenya sih, tapi kadang ada barang yang sebenarnya nggak saya butuhkan tapi saya hanya kepengin beli. Dan akhirnya barang itu tersimpan begitu saja. Itu salah satu yang bikin saya nyesek juga. 

Sebuah pertanyaan terlintas di benak saya, apa orang yang dimaksudkan Rasulullah itu adalah untuk semua orang di sebuah zaman yang diyakini memang begitu adanya? Ataukah ada segelintir orang yang bisa menolak dari gemerlap dunia yang fana? Saya ngerasa yang bisa menolaknya mungkin bisa dibilang sedikit sekali. Sangat sedikit. Dan apakah benar, cinta dunia menyebabkan kita menimbun sedemikian banyaknya barang tanpa takut bahwa kelak kita juga akan mati. Kalau saking cintanya dunia, mungkin kita akan lupa bahwa seharusnya ada bekal yang harus disiapkan kelak untuk rumah yang sesungguhnya.

Maka benarlah bahwa,“Banyaklah mengingat kematian sebagai pemutus segala kenikmatan.” Kenikmatan dunia dalam bentuk apa pun bagi siapapun yang tanpa sadar sedang dihujam ujian itu. :)
Nikmati dunia secukupnya seolah-olah besok kita akan mati. Jadi harta yang dikumpulkan bisa digunakan untuk sarana-sarana kebaikan, bukan hanya untuk hedonisme semata. :)

#semacam catatan random pengingat diri
#notedtomyself






10 komentar:

  1. Makasih catatan pengingatnya, mba Ila. Nyeysek, saya juga masih sering lupa. :(

    BalasHapus
  2. Duh Mbak, tadi pas di perjalanan pulang ngajar aku mbatin gitu, bisa nggak ya aku hidup seadanya. Nggak perlu pake kerudung bermerk, baju bermerk, apalagi sepatu yg bermerk. Sing penting menutup aurat gitu. Beneran deh, bertanya-tanya pada diriku sendiri. Ya Allah...lali kalau aku bakalan kembali juga ke padaNya.

    BalasHapus
  3. makasih udah ikut diingetin...
    saya nunggu tulisan tentang talkshownya ya ;)

    BalasHapus
  4. mbak ila makasih remindernya, aku jadi mikir
    kadang2 (eh sering) tergoda beli baju lucu juga padahal yang dipake itu itu aja yang warnanya item polos haha

    BalasHapus
  5. TFS mba Ila, doaku selama ini inginnya husnul khatimah :(

    BalasHapus
  6. temen sebelahnya ituh akuuhhh lhooooo...eaya...udah janji mau nulis ini malah belum sempa..#soksibu anaknya minta di jitak...iya aq juga merinding pas teh kibar bilang orang yang cerdas adalah orang yang mempersiapkan kematian

    BalasHapus
  7. mbak Kiki, jleb banget. aq pun kadang kepikiran jangan2 termasuk kaum yg cinta dunia. Semoga Allah lindungi kita dari penyakit Wahn. Semoga Allah bantu kita senantiasa meluruskan niat kita. aamiin

    BalasHapus
  8. aku kemarin ikut kajian yg bahas soal akhir jaman mba... aduh, jadi takuuuuttt... sepulang dari kajian jadi mikir, udahlah, wishlist yg kemarin-kemarin dilupakan saja... fokus ibadah aja, udah akhir jaman ini...
    tapi ya gitu deh, beberapa hari setelah kajian biasanya loyo lagi :(

    BalasHapus
  9. menarik banget mbak...kadang dunia memang membuat terlena ya mbak

    BalasHapus
  10. duhhhh, hati saya kok jadi galau siap baca artikel ini T_T.

    saya kerja dengan gaji yang sangat cukup, masih mau juga mikirin bisnis biar ada usaha sampingan. ga apa sih usaha sampingan, tapi saya mikirnya mau beli inilah beli itula...gimana ini mba?

    BalasHapus

Silahkan tinggalkan komentar. Terimakasih sudah berkunjung.
Mohon komen pakai url blog, bukan link postingan. Komen dengan menggunakan link postingan akan saya hapus karena jadi broken link. :)