Quote of The Day

Selepas musim yang berganti, cara terbaik untuk memudahkan syukurmu terlantun adalah dengan menyederhanakan harapanmu hari ini.

Rabu, 22 Februari 2017

[Review Film] The Day After Tomorrow



Review Film : The Day After Tomorrow

Film The Day After Tomorrow berkisah tentang tragedi yang menimpa beberapa negara bagian di Amerika Serikat yang mendadak mengalami penurunan suhu udara dengan sangat drastis. Awalnya, 3 pelampung yang disebar di lautan untuk mengecek suhu udara dideteksi mengalami penurunan suhu hingga belasan derajat. Hal itu terjadi secara bersamaan. Padahal ketiga pelampung tersebut ada di 3 tempat yang berbeda.

Di sebuah ruangan, seorang klimatologis, Jack Hall (Dennis Quaid) mengatakan bahwa penurunan suhu udara akan mempengaruhi cuaca hingga akan muncul badai ekstrim yang melanda negeri. Sayangnya, para petinggi tidak mau mendengarkan saran dari Jack. Mereka bilang bahwa hal itu mengada-ada. Tak mungkin terjadi badai, dan buat apa dilakukan pencegahan di negara bagian tersebut. Seperti membuang-buang dana dengan percuma. Padahal yang sesungguhnya terjadi adalah gelombang dahsyat yang mengerikan sedang bersiap menerjang.



Dalam hitungan jam, beberapa negara mengalami krisis musim. Musim yang seharusnya belum masuk musim dingin tiba-tiba terjadi hal aneh yaitu munculnya balok es sebesar batu menggelincir menimpa rumah-rumah dan mobil penduduk dari langit. Semua orang kalang kabut. Jaringan listrik mati, dan jaringan telepon pun terputus.

Anak Jack, Sam (Jake Gyllenhaal) sedang pergi  ke New York bersama teman satu timnya termasuk Laura (Emmy Rossum) untuk menghadiri sebuah lomba. Tak disangka, di New York, badai besar datang lebih cepat. Badai itu diawali dengan datangnya air bah yang menghantam mobil dan bangunan di jalan-jalan raya kota New York. Hingga orang-orang mengungsi ke tempat yang lebih tinggi, di perpustakaan New York.


Orang-orang yang panik mengungsi sambil menunggu kepastian tentang kondisi cuaca. Saat seorang pemilik anjing mengajak anjingnya untuk pup di depan perpustakaan, ia melihat serombongan orang melawan arus justru pergi ke selatan. Padahal kata Sam yang menerima acuan dari Jack via telepon, mereka dilarang pergi ke selatan karena badai akan datang lebih cepat dari perkiraan. Mereka akan mati kedinginan jika berada di luar saat badai datang. Tapi orang-orang yang mengungsi tak menggubris apa ucapan Sam. Hingga hanya tersisa beberapa orang yang bertahan di perpustakaan untuk menghangatkan diri sebelum puncak badai datang. Mereka bertahan dengan membakar buku-buku yang ada. Bahkan mencongkel pintu kapal untuk mengambil obat-obatan dan persediaan makanan.

bagian kapal yang terkena badai salju
Di saat yang sama, badai bergulung di luar hingga membuat suhu udara menjadi lebih rendah lagi. Udara yang turun dengan drastis menghasilkan salju yang lebat. Dinginnya salju hingga menusuk tulang. Jack ingin menyelamatkan anaknya. Ia pergi bersama dua temannya berkendara dengan mobil dan berjalan kaki dari Philadelphia ke New York. Apakah Jack bisa menyelamatkan Sam dan kawan-kawannya dengan cepat?

Jack di tengah tumpukan salju saat badai sudah reda

Komentar : 

Film The Day After Tomorrow ini merupakan film kedua yang membahas tentang perubahan iklim yang ekstrim. Yang pertama adalah ice age, walau yang ini lebih terasa ngerinya sih. Saya ngebayangin gimana kalau hal itu terjadi di negeri saya. Pasti mengerikan sekali. Meski filmnya terbilang jadul, yaitu tayang tahun 2004, namun isinya masih relevan dengan saat ini. Tentang kegalauan manusia jika cuaca ekstrim terjadi karena iklim sulit diprediksi akibat banyaknya ketidakseimbangan alam.

Adegan yang paling bikin jleb itu saat mereka yang tersisa di perpustakaan bahu membahu membakar buku-buku demi menghangatkan diri. Bahkan sampai ada yang jatuh sakit karena darahnya keracunan. Trus mereka terbangun saat Jack datang. Saya teringat para pemuda al kahfi yang berkumpul di gua saat terjadi kekacauan. Dan terbangun dengan seekor anjing yang masih terjaga. Persis begitu kejadiannya. Sam, Laura, dan teman-temannya bahkan si anjing tertidur pulas di perpustakaan sambil menggigil kedinginan. Mereka terbangun saat Jack datang dengan menyorot cahaya senter ke wajah Sam. Tak disangka perjuangan mereka untuk bertahan hidup di tengah badai sangat luar biasa.

Yang paling saya ingat waktu ada seorang lelaki yang bilang bahwa mereka akan selamat dan dia akan menyelamatkan kitab suci yang dipegangnya karena ia percaya Tuhan akan menolong. Duh, sedih deh liatnya. Kayak udah mau kiamat aja. Tapi memang kenyataannya di tahun 2017, 13 tahun sejak film ini tayang, kini kita bisa merasakan cuaca yang ekstrim dan tak bisa diprediksi. Bulan apa salju turun, bahkan kapan angin berhembus dengan stabil.

Baca juga : [Review Film] Manusia Setengah Salmon - Raditya Dika

Saya jadi teringat dengan dua blogger yang tertimpa pohon tumbang di Depok. Di saat yang sama, di tempat saya juga ada angin kencang, meski tidak sampai menimbulkan musibah pohon tumbang. Tapi melihat gelagat alam seperti itu, bisa dibilang bahwa alam saat ini memang jauh berbeda dibanding puluhan tahun lalu. Trus, apakah kita akan diam saja membiarkan alam protes pada manusia karena ulah manusia yang menjadikan alam tidak seimbang? Banyak polusi yang terjadi menimbulkan ketidak seimbangan alam termasuk banjir, angin puting beliung, tsunami, gempa dsb.

Saya juga jadi takjub dengan ucapan Jack yang mengatakan bahwa ia memang memprediksi badai tersebut akan datang sekitar 6 bulanan lagi. Tapi tak secepat yang diprediksi teman satu timnya yaitu hanya dalam hitungan 6-8 hari karena cuaca terus memburuk. Yang terjadi justru hanya dalam hitungan jam. Sungguh mengerikan. :’(
Teman Sam (saya lupa namanya) bilang sesuatu saat melihat mammout di museum sejarah. Fosil gajah itu ditemukan dalam kondisi sedang makan rumput. Bahkan makanannya belum sempat ia telan, tapi tubuhnya sudah kaku jadi es. Berarti kata teman Sam, badai es datang dengan cepat bahkan tanpa sempat si gajah menyelamatkan dirinya. So, jangan tunggu badai es datang dan menimpa negeri kita baru kita sadar bahwa alam sudah semakin rusak. Perbaiki alam yang ada agar tidak terjadi hal seperti itu di dunia nyata. *tetiba saya ngeri menulis postingan ini*

Visual effect film The Day After Tomorrow ini terasa nyata, salut deh dengan penggambaran bencananya. Hanya yang disayangkan alurnya yang terkesan minim konflik jadi agak membosankan.

Rating 7/10


2 komentar:

  1. kayaknya bagus nih pilemnya mba..penasaran

    BalasHapus
  2. Salah satu film Sci-fi favoritku sepanjang masaaa!

    Paling suka adegan badai-badai tornadonya terbentuk
    Suka juga adegan dad and Son sebagai sesama orang jenius di film ini. Kikuk-kikuk lucu gitu wkwkwk

    Dan endingnya
    Wuooohh

    salah satu film yang aku simpen di laptop sampai sekarang dan gak bakal dideletee :3

    BalasHapus

Silahkan tinggalkan komentar. Terimakasih sudah berkunjung.
Mohon komen pakai url blog, bukan link postingan. Komen dengan menggunakan link postingan akan saya hapus karena jadi broken link. :)