Ada
masanya, saya harus menengadah ke atas dan melihat seberapa jauh jarak saya
dengan impian yang orang lain sudah capai. Ada orang yang sudah mendapatkan apa yang saya
impikan jauh-jauh hari bahkan lebih cepat dari saya. Rasanya saya jadi pengin
ngomel sama diri sendiri. Kok gitu aja nggak bisa? Kok lama banget prosesnya?
Saya
kadang suka iri sama orang yang cepet banget dapet sesuatu. Meski terkesan
workaholic tapi setidaknya ia berusaha mewujudkan impiannya jauh lebih cepat.
Misalnya lulus cepet, cepet menguasai bahasa asing, cepet adaptasi di
lingkungan baru, dll. Rasa iri itu yang bikin saya kadang harus menjaga jarak
biar tetap waras. Soalnya kalau dipikir-pikir pencapaian seseorang memang nggak
bisa disamakan dengan orang lain. Seperti yang dibilang sama Hong Seol di drama
Korea “Cheese in The Trap” yang bilang bahwa sebenarnya apa yang ia dapatkan
bukanlah sesuatu yang mudah diperoleh. Ia harus berkorban banyak hal untuk bisa
mengerjakan tugas kuliah dari dosen yang killer abis, bekerja paruh waktu
sepulang kuliah, memahami sifat kekasihnya yang aneh, juga menyisihkan waktu
untuk sahabat baiknya.
Dulu,
ada seorang teman saya yang bilang bahwa ia tak pernah menceritakan kisah bagaimana
prosesnya ia berjibaku dengan impiannya. Ia hanya menyelesaikan apa yang harus
diselesaikan dengan cepat. Jadi jika sudah ada hasilnya, ia baru cerita ke temannya
soal hasilnya itu. Pas saya lihat hasilnya wow gitu kan ya saya heran. Terbersit rasa iri. Kok
bisa gitu ya? Kok ia nggak cerita panjang lebar soal prosesnya? Tapi mungkin
balik lagi sih gimana karakter orangnya.
Orang
juga nggak mau orang lain tahu bagaimana ia pernah gagal sesuatu. Makanya kadang
saya suka aneh waktu melihat orang lain sebegitu besarnya memandangnya dengan
tatapan memuja. Gimana ya, seandainya orang lain itu tahu bahwa ia sebenarnya
sama dengan dirinya. Hanya kerja kerasnya yang berbeda, jadi hasilnya juga jauh
berbeda.
Seperti
quote yang ada di novel 5 cm. Bahwa yang diperlukan sebenarnya adalah kerja
nyata yang jauh lebih banyak dibandingkan orang lain. Bukan hanya iri saja,
tapi juga diimbangi dengan kerja keras, konsisten dan doa.
“Mimpi-mimpi kamu, cita-cita kamu, keyakinan kamu, apa yang kamu mau kejar, biarkan ia menggantung, mengambang 5 centimeter di depan kening kamu. Jadi dia nggak akan pernah lepas dari mata kamu. Dan kamu bawa mimpi dan keyakinan kamu itu setiap hari, kamu lihat setiap hari, dan percaya bahwa kamu bisa.Apa pun hambatannya, bilang sama diri kamu sendiri, kalo kamu percaya sama keinginan itu dan kamu nggak bisa menyerah. Bahwa kamu akan berdiri lagi setiap kamu jatuh, bahwa kamu akan mengejarnya sampai dapat, apapun itu, segala keinginan, mimpi, cita-cita, keyakinan diri.Biarkan keyakinan kamu, 5 centimeter mengambang di depan kening kamu. Dan… sehabis itu yang kamu perlu cuma kaki yang akan berjalan lebih jauh dari biasanya, tangan yang akan berbuat lebih banyak dari biasanya, mata yang akan menatap lebih lama dari biasanya, leher yang akan lebih sering melihat ke atas, lapisan tekad yang seribu kali lebih keras dari baja, dan hati yang akan bekerja lebih keras dari biasanya, serta mulut yang akan selalu berdoa.Keep our dreams alive, and we will survive.”― Donny Dhirgantoro, 5 cm
Saya
menulis ini sebagai mood booster karena belakangan saya juga kurang fokus
membangun impian saya lagi. Rasanya butuh bahan bacaan atau pun film yang bisa
membangkitkan semangat. Mungkin kamu punya judul yang cocok buat saya? Share
dong di komentar. :)
Semangat emang seperti keimanan, kadang naik dan turun. Semangat selalu
BalasHapussemangat mbaakkk ila...aku pun lagi berusaha banget atur waktu..harus berkorban jataj tidur..pelanm pelan...
BalasHapusaku habis nonton voice mba..hehehe
Yes, aku merasakan hal ini, Mbak. Setiap kali aku ingi sesuatu, mncapai sesuatu, aku harus bekerja lebih keras, lebih lama, dan mau capek segalanya. Tapi, saat semua telah tercapai rasanya puas sekali.
BalasHapus