Perjalanan
Menyembuhkan Hati
Ada
saatnya saya ingin liburan tanpa keluarga semacam ingin menyelesaikan apa yang
seharusnya diselesaikan. Dulu saya pernah tinggal lama di Semarang, hampir 7
tahun saat kuliah maupun kerja. Ada banyak canda, tawa, luka, sedih, amarah
yang entahlah berapa banyak yang sudah menumpuk di ingatan dan hati saya
perihal persahabatan dan relationship yang pernah saya bangun. Sampai beberapa
kali saya masih sering mimpi nggak enak perihal masa lalu.
Hanya
orang tertentu yang tahu apa yang terjadi, rasa sakit hati yang saya alami dan
bikin saya ngerasa nggak pengin lagi balik ke Semarang, kecuali terpaksa, itu
pun setahun hanya 1-2 kali. Kembali ke kota itu seperti memutar kenangan di
kepala dengan cepat. Tanpa sanggup saya pikir bagaimana saya bisa
mengontrolnya.
Saya
pernah dapet wejangan dari teman, sesama anak kantor lama yang
bilang, “Hanya orang yang membuat kamu luka yang bisa menyembuhkan kamu.” Dan
saya rasa pendapatnya benar, karena secara teknis dia anak psikologi, pasti
lebih tahu gimana cara nyembuhinnya.
Dulu
wejangan itu hanya sambil lalu tanpa saya pikirin dan lakukan. Saya hanya
merasa sekarang waktunya untuk menyelesaikan apa yang mengganjal di dalam hati.
Saya jelas nggak mungkin ngobrol sama orang itu. Karena dia sudah menikah. Tapi
saya bisa menyusuri kota Semarang, mencipta kenangan baru tentang kota yang
pernah saya tinggali. Membuat kenangan baru, melupakan yang lama dan mengurangi
rasa sakit hati saya selama ini. Berusaha ikhlas bahwa Allah ngasih jalan yang
aneh itu emang yang terbaik, bukan tanpa sebab. Jadi saya harus belajar legawa.
:)
Jadi
waktu Isha bilang mau ke Semarang, saya bilang iya mau buat nemenin dia
jalan-jalan. Pagi sampai sore saya jalan-jalan sama Ajeng, temennya adek
muterin MAJT dan Cimory, Ungaran. Habis itu ke Airy Rooms Gajahmada, dan ketemu
Isha jam 4 sore. Setelah itu baru besoknya kami lanjutin jalan-jalannya lagi. Nggak
nyangka juga bisa muterin 7 tempat sekaligus, meski ada insiden yang nggak
ngenakin juga. But it’s oke.
Sejujurnya
saya sendiri nggak tahu kenapa hati saya bilang, “Iya, saya mau ke Semarang.
Sekarang waktunya buat bikin hati saya bahagia.” Seharusnya perjalanan ini
dilakukan bertahun-tahun yang lalu. Saya yang suka menyimpan kenangan buruk dan
menganggap bahwa dunia nggak adil. Padahal seharusnya saya menghadapinya, meski
itu sulit dan bikin sakit hati. Tapi seenggaknya nggak ada penyesalan karena
sudah berusaha jujur sama diri sendiri. Sakit hati ya bilang sakit aja, jangan
sok-sokan tegar tapi ternyata belum sembuh benar.
Waktu
melewati jalan-jalan yang pernah saya kenal, saya merasa sesuatu yang berbeda. Ternyata,
rasa sakit itu memang hanya ada di hati saya. Ketika sampai di tempat yang
sudah pernah saya kunjungi, saya merasakan moment yang berbeda. Bukan yang dulu
saya pernah alami, dan ingatan buruk itu menghilang gitu aja tanpa bekas. Ternyata
yang saya perlukan hanyalah menerima. Menerima hal yang pernah berlalu, dan
membuat kenangan yang lebih baik lagi.
Thanks
to Ajeng dan Isha buat jalan-jalan dan obrolannya yang menghangatkan hati.
Percaya bahwa pertemuan kita bukan tanpa sebab, tapi Allah ngasih kebaikan di
dalamnya untuk jalan hidup kita berikutnya. :)
ooo ini postingan tentang mantan toh :p
BalasHapusEeh, saya jg sempat 6 tahun menetap di Semarang dan setelahnya belum kesampean balik lagi selama 5 tahun ini. Melihat dari postingan teman2, Semarang sekarang tambah maju dan modern. Turut senang dan bangga.
BalasHapusSemoga Kiky bisa membuat sebanyak mungkin kenangan indah di Semarang ya.. Sekalian titip rindu utknya. Ihiy.