Pages

Jumat, 26 Januari 2018

Mengejar Bayang-bayang



Jangan lepaskan dia
Tetaplah bertahan, meski ini menyakitkan
Toh, kau mencintainya, masih berharap dia jadi jodohmu
Sayangnya... Kau tak pernah tahu.
Nama siapa yang akan bersanding dengan namanya, di undangan pernikahannya kelak.
Jadi, apa yang sedang kau lakukan?
Jadi, apa yang sedang kau pertahankan?
Ketidakpastian?

(Alvi Syahrin)


Kapan terakhir kali jatuh cinta dan benar-benar berusaha memperjuangkan seseorang? Saya udah lama banget ga jatuh cinta. Terakhir 2013. Abis itu udah ga pernah lagi suka sama orang. Just in case, kalau suka yang sampai beneran jatuh cinta itu beda dengan cuma naksir atau ngefans aja.

Pertanyaan yang pernah terbersit saat jatuh cinta lagi adalah... apakah dia orang yang layak untuk diperjuangkan? Apakah dia benar-benar orang yang tepat untuk saya? Apakah jatuh cinta itu benar, atau cuma sesaat aja? Apa perasaan itu bukan ilusi karena rasa nyaman atau semacamnya? Atau jatuh cinta karena ngerasa kesepian? Masalahnya, saya nggak tahu juga apakah kriteria layak dijatuh cintai itu. Sampai kemudian nanya di forum pake anon. Iseng banget dah. Wkwk.

Ada jawaban panjang yang bikin saya trenyuh saking sedihnya. Ada juga jawaban pendek yang bikin saya ngerasa dudul banget sih ngerasain hal semacam itu. Emang kamu masih anak sekolah yang hanya sekadar jatuh cinta karena iseng aja?

Saya sampai berkali-kali meyakinkan diri dengan berdoa, berdoa dan berdoa. Kalau bukan jodoh, jauhkan aja sejauh-jauhnya. Toh mungkin itu cuma rasa suka sesaat yang nggak dalam seperti sebelumnya pernah saya alami.

Ada yang komen,

“Kalo dia gatau kenapa ga kasih tahu dulu? Baru kamu perjuangkan. Kalo dia belum tau perasaan kamu ke dia gimana mau perjuangin cinta kamu sedangkan dia aja gatau.” 
“Tinggalin aja tsayyy.” 
“Ya ga lah. Kurang kerjaan apa gue.” 
“Yaudalah cari yang pasti-pasti ae.” 
“Pastinya lah tapi kalo masih ga ngerti ga akan lg gue perjuangin.” 
“Gue jantan. Dan ga akan gue sembunyiin, past langsung diungkapkan.” 
“Coba jujur dulu sama dia. Kalo responnya baik, lanjutin. Kalo responnya jelek, tinggalin. Jangan menggantungkan harapan ke orang yg bahkan ga mengharapkan lo.” 
“Untuk pertanyaan pertama jawabannya, pernah! Untuk yang kedua bukan karena nggak tahu sii. Beneran dianggap nggak ada tu, shaaakit cooooy! Sumpah demi apa aku bertahan cuma gara-gara emaknya super duper baik sama aku, beneran untuk para wanita, jangan terlalu berjuang tapi berjuang bodoh, buang waktu doang.” 
“I did my best to get her, but she doesn’t like me then i have to let her go. I won’t interrupt her anymore i am given up.” 
“Iya. Daripada kita nggak berjuang terus nyesel akhirnya? Lebih baik berjuang dulu sampe akhirnya kamu merasa dia sudah tidak pantas untuk kamu perjuangkan. Biarkan dia sadar bahwa kamu itu orang yang selalu ada untuknya.” 
“Mencoba untuk memperjuangkan mungkin iya, tapi kalo berjuang terus-terusan sampek jadi orang bego keknya enggak deh hehee. Masa-masa bego saya sudah habis, jadi gak mau dibego-begoin lagi.”

Ini jawaban terpanjang yang semacam curhat si mbaknya :

“Aku selalu memperjuangkan mereka meski dianggap ga ada. Semua teman-teman dekatku tau betapa keras kepalanya aku ketika aku menginginkan sesuatu selama bertahun-tahun aku stuck di satu posisi. Ku ga akan menyerah semudah itu. Tapi aku juga harus belajar menghargai diri  sendiri.. sedangkan kalo orang yang aku suka ga ngehargai usahaku, siapa yang akan menghargai diriku. Kalo bukan aku. Yap. Aku harus mencintai diriku dan aku rasa sudah cukup berlebihan ketika kita berjuang untuk sesuatu yang ga akan pernah kita dapatkan. Jangan menyia-nyiakan waktu untuk hal yang ga pasti. Aku belajar banyak tentang hal itu. Terkadang kita harus belajar arti melepaskan. Mungkin itu akan lebih baik untuk kita. Melepaskan artinya kita harus sadar bahwa ga semua hal selalu bisa kita dapatkan. Percayalah... kalo dia bisa kamu dapatkan maka dia harusnya menoleh ketika kamu memanggilnya pertama kali. Bukannya tetap diam dan ga pernah noleh bahkan setelah kamu memanggilnya berkali-kali.”

Jujur waktu baca komentar terakhir saya speechless. Iya, saya tahu sepertinya saya mencintai bayang-bayang. Yang nggak akan pernah bisa dikejar sejauh apapun itu. Rasanya seperti nggak tahu kenapa ya, tapi pengin bilang kalau mengejar bayangan itu melelahkan. Seharusnya saya sudah berhenti jauh-jauh hari bahkan sejak pertama kali sadar bahwa hal itu memang bukan untuk saya. Saya mengabaikan hal-hal lain dan menganggap seharusnya saya tetap berjuang. Faktanya, bahkan dia nggak tahu saya ada. Saya ada atau nggak, dia mungkin cuma anggap saya bayangan. Saling menoleh tapi saling meniadakan. Pun pada akhirnya saya paham bahwa rasa nyaman tidak akan membawa kemana-mana. Well ya, sekarang saya ingin menertawakan perasaan saya sendiri. Sedudul itu saya yang menanti ketidakpastian. :)


 Tegal, 26 Januari 2018

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan tinggalkan komentar. Terimakasih sudah berkunjung.
Mohon komen pakai url blog, bukan link postingan. Komen dengan menggunakan link postingan akan saya hapus karena jadi broken link. :)