Relationship
Goals
Suatu
hari, saya pernah nanya sama seorang teman, “Bisakah seseorang yang dicintai
mengubah sifat buruknya setelah menikah?” Pertanyaan itu berputar di kepala
saya cukup lama karena seringkali melihat sseorang ternyata terkaget-kaget pas
udah nikah. Nikahnya kok sama orang yang ternyata begini, misal : punya naluri
playboy, pemalas, kasar, dll... begitu... Sifatnya sama sekali berbeda dengan
yang selama ini dikenal sebelum menikah.
Lalu
teman saya menjawab, “Bisa, La. Kalau cintanya jauh lebih besar sama
perempuannya.” Maksudnya yang berubah sifatnya tuh ya laki-lakinya ya. Jadi
yang dulunya nggak nggenah, jadi lebih baik, teratur, dll. Tapi ya, siapa kita
sampai punya kuasa mengubah seseorang menjadi orang lain? Kamu kan bukan Tuhan
yang bisa sekehendak hati meminta si A menjadi baik trus ujug-ujug besoknya dia
jadi beneran seperti apa yang kamu inginkan. Teman saya malah ngasih nasihat,
mbok kalau gitu cari yang sifat dasarnya memang sudah baik, jadi mudah untuk
menjadi orang yang lebih baik lagi ke depannya.
Well
ya, bener sih. Seharusnya yang dicari memang seseorang yang emang dari sononya
udah baik. Membaik seiring waktu itu ya butuh proses banget. Ya kalau bisa
dikebut dalam 5 tahun pertama pernikahan.
Kalau nggak? Rasanya bakal njomplang banget. Itu yang disebut dengan carilah
yang sekufu karena ya biar nggak perlu adaptasi jor-joran untuk sesuatu hal
yang harusnya sudah defaultnya.
Dalam
kisah Umar, sahabat nabi saja, dia setelah hijrah jadi tetap memiliki sifat
yang keras, hanya saja diarahkan ke hal lain yang lebih baik;. Jadi intinya
bukan di mengubah karakternya tapi mengarahkannya. Sifat dasar manusia ya nggak
akan berubah, kecuali melalui pembiasaan, habit or whatever you name it.
Makanya kalau dulunya males banget pas sebelum nikah, trus pas udah nikah
disuruh jadi rajin ya kaga bisa, kakak. Wakakak. Emangnya sulap? Kamu harus
memberi pengertian lebih dulu tentang kenapa sih hal itu perlu? Kenapa hal itu
akan mempengaruhi pernikahan kalian. Harus dikasih alasan logisnya biar bisa dipikir bareng-bareng. Bukan hanya diminta untuk berubah tapi harus ada alasan yang tepat dibalik semua itu.
Saya
berpikir gini karena ternyata ada juga pernikahan yang udah jalan
bertahun-tahun tapi keduanya sama sekali nggak tahu harus gimana untuk saling
menyeimbangkan satu sama lain, menjadi sekufu untuk tetap bisa seimbang baik
pemikiran, habit, gaya hidup, impian, dll.
Itu
sebabnya bertumbuh bukan hanya saat awal saja, tapi seterusnya. Dalam pertemanan saja, jika salah satunya stuck dan nggak bertumbuh baik dalam pemikiran,
karakter, dll itu bikin saya ngerasa "Iiih, kok ini nggak ada perubahan dari zaman
kapan tahun. Masa gini melulu?" Lalu pada akhirnya bikin masing-masing dari kami saling menjauh dan mencari lingkaran pertemanan baru agar bisa lebih mengembangkan
diri. Ya, itu kalau pertemanan ya. Kalau nikah ya masa kamu mau seenak jidat
mengganti suami/istrimu karena salah satunya sifat jeleknya nggak berubah juga?
Trus cerai gitu aja? Ya nggak mungkin. Kesian anaknya.
Kemarin-kemarin
saya nonton film Hello Stranger dan saya dapat pencerahan dari film ini. Awalnya
saya kira filmnya ya gitu-gitu aja. Paling ketawa-ketawa doang sampai sakit
perut karena film ini genrenya komedi. But, seriously saya menemukan pemahaman
baru yang bikin saya jadi berkata, “Oh, pantes gini ya”
Aha
moment itu saya dapatkan saat melihat adegan si cewek yang namanya Mei,
bilang sama Daang gini kurang lebih, “Aku pernah mengatakan bahwa aku punya
impian untuk merasakan salju, lalu ingin sekali pakai baju minim (If you know what i mean itu apaan:p) di tengah salju,
merasakan dinginnya udara di malam hari.”
Trus
dengan nada sedih si Mei melanjutkan kalimatnya, “Tapi, saat aku mengatakannya
pada tunanganku, ia mengatakan keinginanku itu tidak penting.” Trus, si Mei
nangis berurai air mata. Saya pikir kok gitu amat ya, masa gampang nangis. :p
Ya, ternyata emang sedih sih. Bayangin aja ya, kamu punya keinginan sekecil
apapun harapan itu trus nggak dianggep dan dibilang nggak penting. Lalu dikira
weird alias absurd. Ya emang absurd sih, tapi saat hal itu dikatakan oleh orang
yang sangat dekat denganmu, yang diharapkan ngerti keinginan tersebut walau
hanya sebatas ya paham aja, realisasinya kan entah kapan ya. Tapi minta
dimengerti tentang keinginan kecil aja dianggap apaan sih nggak penting.
Mending impian blablabla... Di situ saya merasa, “Oiya ya, jika orang terdekat
aja nggak support gimana bisa menjalankan impian itu.”
Banyak
relationship goals yang berakhir dengan nggak seiring sejalan bukan karena nggak
saling cinta sih, tapi karena kurangnya rasa hormat diantara keduanya. Bukan
pula karena komitmen, tapi dimulai dari hal-hal sepele semisal tadi itu.
Keinginan untuk dihargai.
Lalu
saya teringat dengan tulisan mba Mira Sahid yang bilang, “Segala hal yang nanti hadir dalam jalannya pernikahan,
adalah babak baru tempat melabuhkan semua rasa, dan pikir keduanya.” Jadi yang
dibutuhkan sebenarnya adalah padu padan yang sesuai. Ya, Tuhan selalu tahu mana
yang baik untuk masing-masing karena setiap jiwa akan dipasangkan dengan yang
sejiwa pula. That’s it! Point pentingnya di situ sebenarnya ya. Bagaimana pada
akhirnya tugas keduanya adalah untuk selalu menyelaraskan langkah kaki karena
jalan masih panjang.
NB :
Ditulis setelah mendengar curhatan teman tentang pernikahannya yang katanya
dirasa nggak sekufu. Doa saya, semoga hanya kebaikan yang akan ia dapatkan
dalam pernikahannya. Rasa tentram, damai dan nyaman yang akan membawanya pada
kebaikan dunia dan akhirat, bukan lagi keluh kesah selama ini. :)
Saling menghormatid alam hubungan memang penting :)
BalasHapusBetul, mba Nisa. Semoga selalu inget tentang hal ini. :)
HapusGa ada pasangan yang sempurna sesuai kehendak Ilaa, yang ada harus saling melengkapi..
BalasHapusAku aja yang udah 16 tahun njomplang perbedaannya, masih saling menyelami satu sama lain hahahaa, butuh kelegowoan atine..
Teeh nchiee, haha. iya, emang gitu, teh. ortuku aja masih kadang beda pendapat wkwk. btw, gimana caranya yakin kalau orang itu emang sesuai dengan karakter kita, teh? kadang ada rasa khawatir salah pilih pasangan. :')
Hapus