Quote of The Day

Selepas musim yang berganti, cara terbaik untuk memudahkan syukurmu terlantun adalah dengan menyederhanakan harapanmu hari ini.

Minggu, 14 Januari 2018

Relationship Goals

Relationship Goals

Suatu hari, saya pernah nanya sama seorang teman, “Bisakah seseorang yang dicintai mengubah sifat buruknya setelah menikah?” Pertanyaan itu berputar di kepala saya cukup lama karena seringkali melihat sseorang ternyata terkaget-kaget pas udah nikah. Nikahnya kok sama orang yang ternyata begini, misal : punya naluri playboy, pemalas, kasar, dll... begitu... Sifatnya sama sekali berbeda dengan yang selama ini dikenal sebelum menikah.

Lalu teman saya menjawab, “Bisa, La. Kalau cintanya jauh lebih besar sama perempuannya.” Maksudnya yang berubah sifatnya tuh ya laki-lakinya ya. Jadi yang dulunya nggak nggenah, jadi lebih baik, teratur, dll. Tapi ya, siapa kita sampai punya kuasa mengubah seseorang menjadi orang lain? Kamu kan bukan Tuhan yang bisa sekehendak hati meminta si A menjadi baik trus ujug-ujug besoknya dia jadi beneran seperti apa yang kamu inginkan. Teman saya malah ngasih nasihat, mbok kalau gitu cari yang sifat dasarnya memang sudah baik, jadi mudah untuk menjadi orang yang lebih baik lagi ke depannya.

Well ya, bener sih. Seharusnya yang dicari memang seseorang yang emang dari sononya udah baik. Membaik seiring waktu itu ya butuh proses banget. Ya kalau bisa dikebut dalam 5 tahun  pertama pernikahan. Kalau nggak? Rasanya bakal njomplang banget. Itu yang disebut dengan carilah yang sekufu karena ya biar nggak perlu adaptasi jor-joran untuk sesuatu hal yang harusnya sudah defaultnya.


Dalam kisah Umar, sahabat nabi saja, dia setelah hijrah jadi tetap memiliki sifat yang keras, hanya saja diarahkan ke hal lain yang lebih baik;. Jadi intinya bukan di mengubah karakternya tapi mengarahkannya. Sifat dasar manusia ya nggak akan berubah, kecuali melalui pembiasaan, habit or whatever you name it. 

Makanya kalau dulunya males banget pas sebelum nikah, trus pas udah nikah disuruh jadi rajin ya kaga bisa, kakak. Wakakak. Emangnya sulap? Kamu harus memberi pengertian lebih dulu tentang kenapa sih hal itu perlu? Kenapa hal itu akan mempengaruhi pernikahan kalian. Harus dikasih alasan logisnya biar bisa dipikir bareng-bareng. Bukan hanya diminta untuk berubah tapi harus ada alasan yang tepat dibalik semua itu.

Saya berpikir gini karena ternyata ada juga pernikahan yang udah jalan bertahun-tahun tapi keduanya sama sekali nggak tahu harus gimana untuk saling menyeimbangkan satu sama lain, menjadi sekufu untuk tetap bisa seimbang baik pemikiran, habit, gaya hidup, impian, dll.

Itu sebabnya bertumbuh bukan hanya saat awal saja, tapi seterusnya. Dalam pertemanan saja, jika salah satunya stuck dan nggak bertumbuh baik dalam pemikiran, karakter, dll itu bikin saya ngerasa "Iiih, kok ini nggak ada perubahan dari zaman kapan tahun. Masa gini melulu?" Lalu pada akhirnya bikin masing-masing dari kami saling menjauh dan mencari lingkaran pertemanan baru agar bisa lebih mengembangkan diri. Ya, itu kalau pertemanan ya. Kalau nikah ya masa kamu mau seenak jidat mengganti suami/istrimu karena salah satunya sifat jeleknya nggak berubah juga? Trus cerai gitu aja? Ya nggak mungkin. Kesian anaknya. 

Kemarin-kemarin saya nonton film Hello Stranger dan saya dapat pencerahan dari film ini. Awalnya saya kira filmnya ya gitu-gitu aja. Paling ketawa-ketawa doang sampai sakit perut karena film ini genrenya komedi. But, seriously saya menemukan pemahaman baru yang bikin saya jadi berkata, “Oh, pantes gini ya”

Aha moment itu saya dapatkan saat melihat adegan si cewek yang namanya Mei, bilang sama Daang gini kurang lebih, “Aku pernah mengatakan bahwa aku punya impian untuk merasakan salju, lalu ingin sekali pakai baju minim (If you know what i mean itu apaan:p) di tengah salju, merasakan dinginnya udara di malam hari.”

Trus dengan nada sedih si Mei melanjutkan kalimatnya, “Tapi, saat aku mengatakannya pada tunanganku, ia mengatakan keinginanku itu tidak penting.” Trus, si Mei nangis berurai air mata. Saya pikir kok gitu amat ya, masa gampang nangis. :p 

Ya, ternyata emang sedih sih. Bayangin aja ya, kamu punya keinginan sekecil apapun harapan itu trus nggak dianggep dan dibilang nggak penting. Lalu dikira weird alias absurd. Ya emang absurd sih, tapi saat hal itu dikatakan oleh orang yang sangat dekat denganmu, yang diharapkan ngerti keinginan tersebut walau hanya sebatas ya paham aja, realisasinya kan entah kapan ya. Tapi minta dimengerti tentang keinginan kecil aja dianggap apaan sih nggak penting. Mending impian blablabla... Di situ saya merasa, “Oiya ya, jika orang terdekat aja nggak support gimana bisa menjalankan impian itu.”

Banyak relationship goals yang berakhir dengan nggak seiring sejalan bukan karena nggak saling cinta sih, tapi karena kurangnya rasa hormat diantara keduanya. Bukan pula karena komitmen, tapi dimulai dari hal-hal sepele semisal tadi itu. Keinginan untuk dihargai.

Lalu saya teringat dengan tulisan mba Mira Sahid yang bilang, “Segala hal yang nanti hadir dalam jalannya pernikahan, adalah babak baru tempat melabuhkan semua rasa, dan pikir keduanya.” Jadi yang dibutuhkan sebenarnya adalah padu padan yang sesuai. Ya, Tuhan selalu tahu mana yang baik untuk masing-masing karena setiap jiwa akan dipasangkan dengan yang sejiwa pula. That’s it! Point pentingnya di situ sebenarnya ya. Bagaimana pada akhirnya tugas keduanya adalah untuk selalu menyelaraskan langkah kaki karena jalan masih panjang.


NB : Ditulis setelah mendengar curhatan teman tentang pernikahannya yang katanya dirasa nggak sekufu. Doa saya, semoga hanya kebaikan yang akan ia dapatkan dalam pernikahannya. Rasa tentram, damai dan nyaman yang akan membawanya pada kebaikan dunia dan akhirat, bukan lagi keluh kesah selama ini. :)


4 komentar:

  1. Saling menghormatid alam hubungan memang penting :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul, mba Nisa. Semoga selalu inget tentang hal ini. :)

      Hapus
  2. Ga ada pasangan yang sempurna sesuai kehendak Ilaa, yang ada harus saling melengkapi..
    Aku aja yang udah 16 tahun njomplang perbedaannya, masih saling menyelami satu sama lain hahahaa, butuh kelegowoan atine..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Teeh nchiee, haha. iya, emang gitu, teh. ortuku aja masih kadang beda pendapat wkwk. btw, gimana caranya yakin kalau orang itu emang sesuai dengan karakter kita, teh? kadang ada rasa khawatir salah pilih pasangan. :')

      Hapus

Silahkan tinggalkan komentar. Terimakasih sudah berkunjung.
Mohon komen pakai url blog, bukan link postingan. Komen dengan menggunakan link postingan akan saya hapus karena jadi broken link. :)