Asal kata adalah netral, hingga manusia memberinya rasa, persepsi dan memaknainya dengan cara yg berbeda. Ini kata Uda Ivan Lanin.
Aku awalnya ngerasa ah, masa sih gitu aja bisa bikin salah persepsi, etapi pas nonton video Kirana anak mba Retno Hening, aku jadi mengamini bahwa iya juga ya. Persepsi anak-anak yang sangat polos berbeda dengan persepsi orang dewasa yang sudah tercampur dengan persepsi lainnya.
Jadi pas kirana ditanya sama ibuk,
"Kemarin ayah manggil ibuk apa, kirana?"
"Yang"
"Apa artinya?"
"Yang itu eyang."
"Karena ibu udah tua."
Tapi pas ditanya lagi kirana malah jawab, "Youth."
Jadi Kirana mempersepsikan kata yang dengan youth (muda, red), padahal ayah manggil ibuk yang ya dari kata sayang. Cuma karena malu kan nyebut kata sayang di depan anak, jadi bilangnya yang dari kata eyang. Wkwkwk 😂 aku ketawa liat videonya. 😆
Jadi inti dari obrolan ini adalah, ya jangan mudah baper kalau ada kata-kata yang bikin kita sakit hati. Bisa jadi memang persepsinya berbeda, sejak awal mula.
Aku bisa bilang gini karena pernah ngobrol di chat sama temen. Dia salah mempersepsikan icon dan kata-kata ketawa yang dipakai dalam percakapan. Ternyata dia ngiranya nangis, aku ngiranya ketawa. Ya, dulu kan ga ada icon lucu jaman sekarang. Masih pake icon manual yang dipersepsikan semau kita karena ga ada standarnya.
Sejak itu kalau ngobrol sama dia aku jadi hati-hati sekali, sampe mikir, apa mending ga usah pake icon atau kata pengganti emoticonnya kalo chat sama dia.
Ya... Karena saking halusnya, perasaan anak melankolis beda banget dengan orang di sekitarnya. Itulah yang bikin pemaknaan kata berbeda, karena rasa dan persepsinya pun tak sama.
Belajar bersikap adil sejak dalam pikiran itu sulit, kaka. Aku masih harus belajar banyak. Heuheu. Apalagi kalo ketemunya anak melankolis. Wiih, harus hati-hati memilah kata. 😄 tapi harusnya kalo udah kenal, pasti tahu taste becandaan, marah, sebel, dan nangis-nangisnya kaya gimana. Apalagi buat yang udah sohiban lama. You know what i mean ya. 😗
Aku tipikal orang yang gak mau berfikir berat tentang omongan orang lain mbak, semisal yang menurutku kasar atau nyakitin. Ya pemikiran orang kan beda-beda, bisa aja kita mikir A tapi maksutnya bukan begitu.
BalasHapuscara memahami anak berbeda ya
BalasHapusUlasannya menarik mbak... Apalagi pas bagian menghadapi anak melankolis.. hehe
BalasHapus