Pages

Sabtu, 12 Januari 2019

30 Hari Bercerita : Bagaimana Jika...

Bagaimana jika...

Laki-laki itu tak pernah menikah dengannya, lalu tak lahir aku sebagai anak pertama.




Bagaimana jika...

Aku tak pernah melihat hal itu di depan mataku sendiri. Pisau yang hampir saja menghunus ibuku. Teriakan yang bergaung di telinga. Amarah yang setiap hari terdengar. Lalu teriakan sepupuku yang mengomando agar aku berpindah ke kamarku.

"Kiki sudah besar, seharusnya sudah jadi dewasa."

Yang membuatku tahu hari itu aku tak lagi sama. Aku bukan anak-anak lagi. Aku harus kuat. Harus jadi dewasa. Bahkan sebelum usiaku 12 tahun.

Aku menyimpan semua luka, amarah, tangisan itu sendirian. Aku tak pernah mengatakannya pada siapapun. Tentang hari itu ketika aku melihat ibuku berjuang atas nama keluarga yang utuh. Aku pernah melihat hal itu. Kesedihan yang dipendamnya sendiri.

Bagaimana jika...

Hari itu ibuku tidak menikah dengannya.

Tidak akan ada luka seberat itu. Yang membuat aku sulit percaya pada laki-laki. Yang membuatku selalu bertanya pada diriku sendiri setiap ada lelaki yang mendekatiku.

"Apa dia orang yang baik? Apa dia penyabar dan tidak kasar? Apa dia tak akan membentakku jika aku melakukan sedikit saja kesalahan?"

Aku menyimpannya sendiri. Sendiri. Kamu ga akan pernah tahu gimana rasanya sampai kamu jadi aku.

Bagaimana jika hari itu aku berhenti percaya pada kuasa Tuhan? Tapi aku memilih meyakini bahwa esok masih ada hari baik. Hari baik. Hari yang indah. Jika masih ada laki-laki baik, yang tidak akan berlaku seperti itu.

Bagaimana jika cerita itu hanya fiksi? Tapi ini nyata. Dan trauma itu masih membekas sampai saat ini.

Aku sulit percaya pada orang lain. Tidak bisa berbicara keras. Mudah menangis ketika dibentak. Aku hanya ingat hari itu. Hari di mana seharusnya aku berteriak agar mereka mendengar apa yang aku rasakan. Tapi aku memilih diam. Bertahun-tahun. Menyimpan itu sendirian.

Bagaimana menyembuhkan lukanya? Katakan padaku, Tuan.

@30haribercerita #30haribercerita #30hbc #30hbc1912 #30hbcjika

Pic : twitter

2 komentar:

  1. waw,, bisa jadi buku nih ky. Terusin.. terusiiiiiinn...

    BalasHapus
  2. Jadi kepikiran kalau kayak begini. Menyembuhkan luka tak perlu buru-buru mbak. Salah satu yang paling ampuh memang sering-sering bersujud, memohon pada Tuhan Yang Kuasa. Bercerita dengan rendah hati, tentang konstruksi sosial masyarakat agar bisa bertahan hidup dengan segala trauma. Apalagi dengan laki-laki..

    Tetap menulis ya mbak, itu terapi kedua. Semoga sembuh ya :)

    BalasHapus

Silahkan tinggalkan komentar. Terimakasih sudah berkunjung.
Mohon komen pakai url blog, bukan link postingan. Komen dengan menggunakan link postingan akan saya hapus karena jadi broken link. :)