Jalan Pintas
Aku sering melewati tempat ini, dekat stasiun kereta api di kotaku. Tapi aku jarang menyebrang lewat jalur pintas. Entah kenapa aku lebih suka melewati jalan yang seharusnya. Bukan jalan ilegal.
Kupikir jalanan tidak seharusnya ada shortcut yang terkadang berpotensi menabrak aturan yang telah ditetapkan. Seperti menyebrang rel kereta api di belakang stasiun, lalu menaiki pagar besi ini.
Aku lebih memilih memutar jalan raya biasa. Merasakan antrian mengular saat langsir atau kereta api lewat di jam-jam tertentu.
Sesekali aku bertanya pada diriku sendiri.
"Apakah aku ingin memangkas jalan agar cepat sampai?"
"Bagaimana jika jalan lain justru lebih lama menuju titik yang aku tuju?"
"Bagaimana jika justru bertemu dengan halangan yang lebih besar lagi?"
"Bagaimana jika jarak tempuh dan lamanya waktu jadi lebih panjang dari yang seharusnya kulalui?"
Jalan pintas bukan pilihan yang bijak. Karena justru di titik itulah sabarku diuji oleh diriku sendiri. Maukah sabar melewati semua halangannya?
Maukah sedikit saja bersabar melewati prosesnya?
Karena pasti aku akan sampai. Tapi bagaimana caranya itu tergantung pilihan jalan yang dilalui. Bersabarlah.
@30haribercerita #30haribercerita #30hbc1914 #30hbc19 #jalan #path #travel #walking #enigma #life #daily
Quote of The Day
Selepas musim yang berganti, cara terbaik untuk memudahkan syukurmu terlantun adalah dengan menyederhanakan harapanmu hari ini.
Senin, 14 Januari 2019
30 Hari Bercerita : Jalan Pintas
Label:
#30haribercerita
Aku dan kamu sepasang doa yang saling mengamini.
Blogger | Bookworm | Suka nulis | Tegal
Email : sabilla.arrasyid@gmail.com
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Pilihlah jalan yg terbaik. Paling kecil cost-nya (usahanya) dan paling dekat jaraknya, paling penting legal. :-)
BalasHapus