Perihal Kehilangan
3 tahun lalu…
Hari itu aku ulang tahun, bertepatan dengan kejadian yang bikin aku trauma dan nggak mau lagi bersahabat dengan tetangga super rese. Hari di mana aku berkali-kali mengutuk kenapa ada tetangga yang tak suka dan tak pengertian karena kami memelihara kucing.
Hari di mana aku berpikir bahwa lebih baik kami pindah saja ke tempat lain. Jauh dari orang yang tak menyukaiku dan aktivitasku.
Hari itu kucingku yang baru saja melahirkan dipaksa dibuang dari rumah. Dipisahkan dari anaknya. Padahal dia baru saja melahirkan, anaknya masih sangat kecil untuk bisa hidup layak tanpa ibunya.
Orang bilang bahwa kesedihan bisa membuat hati menjadi mati rasa. Ya… Itu betul. Sejak saat itu aku nggak mau pelihara kucing lainnya selain yang tersisa di rumah. Sempat mengganti fokusku pada tanaman hingga akhirnya sebulan setelahnya rumah kami kedatangan kucing kecil yang kakinya pincang. Kucing itu dibuang ke pot sampai si anak kucingnya mengeong di pagi buta.
Adikku bilang, mba mau pelihara kucing lagi? Aku sebenernya nggak mau kalau harus pelihara lagi tapi iba juga. Karena nggak mungkin membiarkan kucing itu kelaparan di luar dan mati begitu saja, kan?
3 tahun setelahnya, anak dari kucing itu yang kuberi nama Ucil melahirkan kucing kecil. Baru beberapa pekan, belum ada 1 bulan. Anak yang tersisa hanya tinggal 1. Itu pun tiba-tiba mati, tertidur di keset selepas isya jam 9 an aku baru tahu. Karena selesai magrib aku udah nggak keluar rumah lagi.
Yang bikin aku tertegun saat melihat kucing kecil yang mati itu adalah… rasa kehilangan itu berubah jadi rasa skeptis. Hatiku mendadak mati rasa. Aku berusaha percaya kalau kesedihan bisa berubah seiring waktu. Tapi di satu sisi aku menyangkal bahwa aku sedang sedih saat itu. Mendadak denial atas kejadian yang membuat hatiku serasa mati rasa.
Aku pun masuk kamar dan bilang, “I’m oke, aku baik-baik aja. Toh selama ini juga aku sering kehilangan kucing. Lalu, kenapa lagi kalau kali ini kehilangan juga?”
Tapi ternyata kehilangan tetap saja kehilangan. Aku nangis dan langsung lari ke kamar mandi. Nggak mau kalau orang lain lihat, meskipun itu keluarga sendiri. Bapak yang memakamkan kucingnya di halaman depan pun sudah selesai. Dan aku sudah berhenti menangis dan keluar dari kamar mandi.
Aku masuk kamar dan berpikir, apa yang terjadi denganku? Kenapa sekarang aku sulit untuk menangis, untuk sebuah kesedihan yang seharusnya sifatnya alamiah. Kenapa sekarang aku berpikir bahwa kesedihan itu nggak perlu dirasakan? Padahal kesedihan adalah kesedihan. Manusiawi jika seseorang mengalaminya. Tapi kejadian 3 tahun lalu membuat aku trauma responku akan sekeras itu pada orang lain yang membuatku kecewa.
24 April 2019
Selepas keluar dari bioskop usai nonton film Avenger Endgame, aku bilang sama mbak sampingku, mb Reni. Kukatakan bahwa aku mau makan siang bareng dia kalau dia mau. Aku tahu kami baru kenal. Tapi nggak tahu kenapa ada perasaan bahwa orang ini baik.
Selepas makan siang, aku nanya tentang dialog di film Avenger Endgame itu, dan satu hal yang bikin aku ngerasa related adalah saat Thor merasakan trauma yang mendalam tentang kejadian saat ia menjadi martir saat penyerangan ke Thanos.
“Mbak, kenapa Thor ngerasa shock waktu dia selesai membunuh Thanos dan udah gitu aja?”
Aku tahu perubahan katakter Thor sangat drastis. Setelah 5 tahun pun dia masih belum berdamai dengan diri sendiri selepas kejadian pembunuhan Thanos itu.
Mbak Reni bilang,
“Thor shock gitu karena dia ngerasa. Udah, gitu aja? Masa Thanos langsung mati aja. Padahal luka batin dan kesedihan yang dialami oleh Thor akibat kehilangan seluruh rakyatnya, kerajaan dan keluarganya itu sangat besar. Dilenyapkan begitu saja tanpa bekas. Kenapa langsung mati, udah gitu aja? Padahal dia mengalami kesedihan mendalam karena kehilangan orang-orang yang disayangi dan itu berat baginya karena hanya dia yang tersisa dari Asgardian.”
Aku tertegun lama. Dan baru memahami kenapa Thor sesedih itu. Bahkan waktu dia ketemu ibunya, si Thor nangis dan bilang, “Hei Mom, apa kau mengenalku? Aku mau mengubah masa depanmu.”
Ibunya malah bilang, “Aku tahu kamu dari masa depan. Lakukan hal yang membuatmu bisa mengubah jalan takdirmu, tapi bukan masa depanku.”
Di situ aku baru nyadar kenapa Thor shock dan setraumatis itu. Dia hanya belum bisa meyakini kenapa ada hal-hal yang terjadi di luar kuasanya dan kenapa ia harus merasakan kesedihan tapi tak bisa menangis karena nggak mungkin laki-laki mengungkapkan kesedihan. Meskipun itu sangat berat baginya. Dia nggak mungkin cerita sama teman-teman lainnya seberapa sedihnya dia kehilangan seluruh rakyat kerajaannya, temoat tinggalnya, keluarganya, bahkan ibu tercintanya.
Di situlah aku baru sadar bahwa kesedihan sekecil apapun itu, terimalah. Rasakanlah. Secara alamiah terimalah sebagai bagian dari hidup. Semakin keras kita menganggap bahwa hidup baik-baik saja, tidak sedih meskipun perasaan kehilangan dan kekecewaan yang mendalam. Semakin lama proses acceptance itu berjalan.
Dalam kasus Thor dia sampai harus mengalami 5 tahun hidup dengan merasakan kesedihan seorang diri. Menenggelamkan dalam minuman beralkohol hanya demi bisa membuat dirinya merasa baik-baik saja.
Kesedihan nggak akan pernah hilang selama fase menerima itu belum sampai. Jadi, terimalah, rasakanlah bahwa kamu memang sedang sedih. Jangan disangkal. Justru jika disangkal akan semakin berat menerima kenyataan dan proses move onnya makin lama.
Sedih boleh, kecewa boleh. Terima hal itu sebagai bagian dari takdir. Karena nggak semua hal bisa membuat kita bahagia, kadang kesedihan pun perlu untuk dialami karena hidup memang demikian adanya.
Bahwa bersama kesulitan ada kemudahan. Bersama kesedihan akan ada kebahagiaan yang datang. Cepat atau lambat. Maka terimalah sebagai bagian dari proses mendewasakan diri, meskipun itu sulit sekalipun.
Ya, aku tahu itu berat, karena hanya orang-orang yang pernah kehilangan yang tahu bagaimana rasanya sulit mengikhlaskan sesuatu yang hilang.
Jadi cukuplah berempati jika ada kejadian yang sama dialami oleh orang-orang sekelilingmu. Bukan menghakimi, bukan mempertanyakan, karena kadar kesedihan orang beda-beda. Yang dibutuhkan hanyalah support orang tersebut dengan cara yang baik tanpa perlu mempertanyakan sebuah alasan.
#catatankecil
#lagisedihtapinggakbisaceritabanyak
Tegal, 2 Mei 1019, 22:31
Wah habis nonton film Avengers ya. Nangis nggak Mbak waktu nonton ini
BalasHapusMbaknya nggak suka sama kucing ya, kalau saya sih suka banget. Lucu sih :D
BalasHapusHmm jadi ikutan sedih nih Mbak, sudah Mbak nggak boleh terlalu sedih ya
BalasHapusYah tadinya sih saya penasaran banget sama film ini Mbak, tapi jadi membacar artikel ini :D
BalasHapusWah setuju banget nih Mbak. Setelah kesulitan pasti ada kemudahan :)
BalasHapushmm ok I got the point :)
BalasHapuskucingnya cute memang mba
Salam kunjugan dan follow :)
BalasHapus