Selarik
Kisah Cinta
Kisah
cinta manusia memang rumit, sampai aku tak tahu harus berkomentar apa lagi. Kisah
cintaku dulu bukan hanya kisah cinta yang manis dan romantis, tapi juga pahit. Jika ada mesin waktu, aku ingin meminta untuk kembali ke masa itu, lalu mengubah
beberapa kejadian agar hidup tidak seperti sekarang. Lalu, aku merenung
kembali. Bukankah ada bagian dalam kisah itu juga yang membawaku menjadi diriku
saat ini? Lantas mengapa aku harus mengubahnya? Hal itu tak akan memberi dampak
apapun.
Entah
kenapa, kadang aku masih bersikap sentimentil ketika ada orang yang menyebut
namanya, atau kisah kami dulu. Padahal kejadiannya sudah lama sekali. Aku pikir
sudah lupa dan membiarkan kisah itu menguap begitu saja. Tapi ternyata sulit
juga untuk membuat orang berpikir bahwa kisah kami sudah selesai. Ternyata, ada
yang belum selesai. Perasaan perasaan yang rumit. Rasa yang menggantung. Kisah
yang menyesakkan dada. Berbagai keresahan yang muncul saat itu hingga kini
kadang masih sering kurasakan pula di mimpi-mimpiku. Aku bermimpi buruk? Iya.
Tapi itu dulu.
Suatu
hari aku pernah patah hati lagi. Itu terjadi sekitar setahun lalu. Seseorang
mengabari akan menikah, lalu aku mengucapkan selamat. Aku terdiam lama ketika
membaca tulisan itu, lalu mengingat lagi kejadian beberapa hari sebelumnya. Entah
firasat atau tidak, tapi aku sudah merasa orang itu akan pergi jauh.
Saat
itu aku bermimpi didatangi seseorang, entah siapa. Sosok itu begitu hangat dan
membuatku nyaman. Aku hanya merasa dia bukan orang yang aku kenal. Tapi orang
itu berkata, “you will be oke.”
Aku
akan baik-baik saja? Benarkah? Orang itu memelukku untuk menenangkanku, dan aku
merasa nyaman. Rasa nyaman yang belum pernah aku rasakan. Saat terbangun, aku
terkaget karena memimpikan orang yang tidak aku kenali. Sampai saat ini aku
masih ingat detail mimpinya dan bertanya-tanya, siapa dia? Apa yang membuat aku
sampai bermimpi seperti itu? Apakah itu mekanisme pertahanan diri yang
membuatku memimpikan sesuatu yang aku harapkan? Entahlah.
Beberapa
bulan setelahnya aku menghabiskan waktu untuk mempelajari berbagai bahasa dan
berlibur keluar kota hampir setiap bulan. Sungguh, bukan hal yang biasa aku
lakukan, tapi mau gimana lagi? Saat itu yang terpikir adalah aku tak mau patah
hati lebih lama lagi, jadi kuhabiskan waktuku untuk mempelajari sesuatu yang
baru, bertemu dengan orang baru, membuat kenangan-kenangan indah yang baru di
tempat yang kusinggahi.
Saat
awal tahun, aku membuat resolusi untuk tahun 2020. Aku tak memasukkan impian
menikah bukan karena tidak mau, hanya saja aku pikir bukan untuk tahun ini,
entahlah. Anggap saja aku sedang dalam masa healing, jadi urusan cinta-cintaan
kusingkirkan lebih dulu. Aku hanya mau fokus pada hal-hal baik yang membuatku
nyaman dan bahagia. Urusan cinta kan bisa nanti. :p Toh kalau jodoh nggak
kemana kan?
Ada
seorang sahabat yang mengatakan kegelisahannya, “Aku khawatir sama mba,”
Kupikir
kekhawatirannya memang beralasan. Aku pernah trauma dengan kisah cinta yang
membuatku patah hati di tahun-tahun selepas aku kuliah. Ketidak nyamanan yang
membuatku malas untuk membuka hati, membuka diri, dan bahkan malas
bersosialisasi seperti dulu. Ya wajar sih, itu mekanisme pertahanan diri yang
kulakukan. Bahkan sampai sekarang aku masih membiarkan separuh diriku dianggap
misterius bagi sebagian besar orang. Bukan, bukan soal sifat, hanya kadang aku
menampilkan diriku bukan seperti aku yang dulu. Yang ceria, yang ramah, yang
tidak suudzhon pada orang. Kini sebaliknya, aku merasa menjadi diriku yang
bukan aku. Apa itu berlebihan? Entahlah.
Aku
pernah membayangkan sosok seseorang yang sangat aku impikan. Dari berbagai
macam kriteria, aku memasukkan kriteria-kriteria di atas rata-rata dalam setiap
doaku. Terdengar menyebalkan memang. Haha. Tapi ya bodo amatlah. Aku berpikir
Tuhan kadang lucu. Aku harus meminta dengan detail untuk setiap keinginanku
yang kusebut dalam doa. Jadi aku harus mendetailkan dirinya juga. Sampai aku
beranggapan bahwa aku berlebihan. Yasudahlah, namanya juga doa. Setiap doa kan
direkam, dikabulkan kapan-kapan. Entah dalam waktu singkat atau harus menunggu
berapa purnama lagi, aku tak tahu.
Yang
aku tahu kini aku merasa sudah lebih baik dibanding tahun lalu. Banyak yang aku
alami dan rasakan selama satu tahun terakhir. Aku bertemu banyak orang yang
membuat wawasanku bertambah, rasa simpatiku meningkat, pun juga aku lebih
banyak berdoa untuk sesuatu yang aku inginkan. Jadi, apalagi yang harus aku
minta? Aku hanya ingin bahagia dengan jalan yang sudah aku pilih dan akan aku
jelajahi nanti. Aku hanya minta agar orang yang nanti datang benar-benar
untukku, bukan hanya singgah sejenak lalu pergi lagi. Itu menyebalkan sekali.
:p Makanya kadang rasa malas untuk berkenalan pun sesekali masih muncul.
Pertanyaan yang membuat aku kembali memikirkan apakah aku memang sedingin itu
saat ini?
Kalau
kata seorang kakak, “Kalau yang jomblo nih, lagi kering-keringnya.” Hahaha. Aku
tertawa karena memang iya sih. xD Andai meminta itu semudah menjentikkan jari,
tentu keinginan itu akan cepat terwujud. Tapi bukankah menyenangkan menikmati
setiap proses, tahu bahwa doa-doa kita didengar dan diamini malaikat saja itu
sudah sesuatu yang membuatku bahagia. Bahwa doa-doa tak ada yang sia-sia. Jadi,
sekarang aku hanya ingin menikmati hidup. Sebahagianya aku.
Semoga
saat dia datang nanti, aku sudah benar-benar sembuh dari trauma di masa lalu. Jadi,
aku akan bilang padanya, “Terima kasih sudah datang di saat yang tepat. Aku
memanggilmu lewat doa-doaku. Kalau kamu ingin datang saat ini, datanglah dan
masuklah dalam hidupku.”
See
you next chapter for my life, dear you.
Tegal,
25 Maret 2020, 21:28
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan tinggalkan komentar. Terimakasih sudah berkunjung.
Mohon komen pakai url blog, bukan link postingan. Komen dengan menggunakan link postingan akan saya hapus karena jadi broken link. :)