Pages

Sabtu, 20 Maret 2021

Keseruan Ultah Komunitas Bloggercrony Indonesia Bareng Keluarga Jempolan


 

Malam ini saya dikejutkan dengan kabar seorang teman penulis buku yang masuk rumah sakit dan harus dirawat karena positif COVID-19. Ia sudah lama malang-melintang di dunia literasi. Hari ini saya jadi bertanya lagi pada diri saya sendiri, apa yang membuat Allah masih sayang dengan saya dan keluarga saya?

Di masa pandemi ini, sulit sekali untuk menjadi tetap waras baik fisik dan psikis. Pasti ada maksud dan tujuan Allah masih memberi kesehatan pada saya dan keluarga. Alhamdulillah. Tapi bagaimana dengan orang lain di luar sana? Apakah mereka baik-baik saja? Bagaimana dengan teman dan kerabat yang jauh dari luar kota?


COVID-19 itu Nyata dan Makin Dekat dengan Lingkungan Kita!


Sejak kemunculan COVID-19 setahun lalu, saya sudah mulai was-was karena adanya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang dilakukan oleh pemerintah Kota Tegal telah membatasi ruang gerak saya. Di saat kota lain belum lockdown, kota Tegal sudah lebih dulu menyatakan akan menutup akses jalan raya, bahkan saat malam hari diberlakukan aturan baru yaitu mematikan lampu jalan raya setelah pukul 18.00. Tujuannya? Agar jumlah pengguna kendaraan bermotor dan orang yang lalu lalang di jalan berkurang. 



Selain itu, sosialisasi 3M yaitu mencuci tangan pakai sabun, menjaga jarak dan memakai masker juga makin digalakkan. Bahkan ada razia satpol PP yang keliling ke pasar dan pinggir jalan. Banyak orang yang mulai perhatian untuk menjaga diri dan keluarganya dengan menerapkan 3M. 

Tiga bulan pertama adalah fase paling rumit bagi saya. Rasanya kayak denial aja gitu. Nganggep bahwa COVID-19 bakalan berhenti di bulan September atau November 2020. Tapi nyatanya nggak semudah itu. Sampe saya gampang marah dan gelisah. Tiap malam merasa tertekan dan sesekali ada kilasan mimpi buruk yang masuk ke dalam mimpi saya, mungkin efek dari ketakutan akan pandemi ini.

Pas pertengahan Desember, saya mengalami sakit yang bikin saya khawatir kalau itu COVID-19. Saya merasakan lemas dan menggigil di malam hari saat selesai mengerjakan tugas. Bapak, ibu dan adek saya juga merasakan hal yang sama. Saya bersyukur bahwa sistem imun saya masih baik, jadi saya sembuh setelah istirahat seminggu.

Sampai sekarang saya nggak tahu apakah itu sekadar sakit biasa atau efek dari gejala COVID-19. Tapi sejak saat itu saya benar-benar makin yakin COVID-19 itu ada, karena dua tetangga samping dan belakang rumah sudah terkena penyakit itu. Bahkan ada 1 orang yang meninggal di RT tempat saya tinggal.


Mengalami Fase Denial saat Awal Pandemi 


Fase denial ini mulai berkurang, saya sudah mulai aktif ikutan webinar dan kelas online di pertengahan tahun. Saat itu saya pikir, jika saya nggak bisa kemana-mana, lebih baik saya bersiap untuk kemungkinan terburuk. Yaudah saya habiskan uang untuk membeli buku-buku yang membuat saya bahagia. Saya ikut kelas online untuk mencari kesibukan. Saya juga menonton drama dan film yang bisa membuat saya lebih nyaman berada di rumah. Jadi, saya ada kesibukan dan nggak kepikiran buat keluyuran ke rumah teman.

Pernah kepikiran buat kabur bentar keluar kota? Oh, pernah dong. Hehe. Saat itu, saya keluar kota karena diajakin mama dan bapak buat main ke rumah mas sepupu di Pemalang. Pas nyampe rumahnya, saya terkejut karena mbak Sofi, istri mas Tony, sepupu saya bilang bahwa di kampungnya beberapa hari lalu sudah masuk zona merah. 

Duh, gimana nggak khawatir? Mbak Sofi langsung ngajakin saya minum teh dengan campuran lemon biar saya sehat dan imunitas tidak berkurang.

Trus, keluarga mas sepupu juga jadi harus ngajar anak-anak di rumah. Keponakan saya yang SD pun harus rela nggak sekolah secara rutin. Ya... paling ngerjain tugas harian yang dikasih dengan cara ngisi LKS. Iya, tapi kirim buku tugas ke sekolahnya tiap minggu doang. Hehe. Jadi, sekolah macam apa yang akhirnya dilakukan oleh anak-anak saat pandemi?

Ya... Ahamdulillah. Kinan, anak kedua mba Sofi pun tahu bahwa situasi pandemi ini memang harus dimaklumi. Tapi gimana pun situasinya, anak-anak masih punya keinginan bermain. Ini yang bikin mereka masih keliling main ke rumah tetangga, buat main bareng temen seumurannya.

Saya pun nggak tahu harus ngasih penjelasan bagaimana agar mereka diam di rumah saja, sendirian di rumah. Rasanya kok nggak tega ya? Fitrahnya anak-anak kan memang bermain dengan tema sebaya. Jadi kalau harus ditahan di rumah aja, mereka bisa stress.

Hal inilah yang akhirnya bikin orang tua membiarkan anak-anaknya keluar rumah ke tetangga buat main bareng, dari main boneka-bonekaan, baca buku cerita anak, sampai main youtube! Iya, anak zaman sekarang gara-gara pandemi jadi lebih fasih main Youtube.

Untungnya mas sepupu udah pake cara jitu dengan membatasi channel yang bisa diakses. Jadi dia bolehin anaknya buat pakai Youtube tapi dengan mode Youtube Kids yang bikin anak-anak nggak bisa komen di Youtube orang dewasa. Well ya, ini trik yang cukup ampuh. Anak-anak juga dibatasi screen time dan masih bisa main sama temanya di luar rumah. Main di kebun sebelah rumah, atau keliling keluar rumah karena deket rumah ada hamparan sawah yang menghijau.


Kesulitan di Masa Pandemi COVID-19:


Trus, gimana dengan orang lain ya? Saya tahu beberapa teman mengalami kesulitan karena sempat sakit saat pandemi, bahkan ada juga yang kesulitan financial. Hal ini juga dialami oleh hampir seluruh orang di seluruh dunia.

Saya juga mengalami gimana stress dan harus manage keuangan juga biar nggak habis sebelum waktunya. Karena kita kan nggak tahu pandemi sampai kapan ya? Jadi beberapa kali kami sekeluarga menghemat untuk biaya makan, bahkan biaya lain-lain pun ditekan seminimal mungkin.

Untuk pakai masker, pas awal-awal kami masih pakai masker kain, tapi begitu tetangga belakang rumah positif COVID-19 saya ajak keluarga buat pakai masker medis, untuk proteksi yang lebih baik.

Pas bisa masak ya kami masak, tapi pas nggak  sempet mau nggak mau harus beli. Tapi alhamdulillah di Tegal, biaya makanan masih tergolong murah dan bisa dijangkau semua kalangan. *thanks to warteg.  Hehehe

Selain itu, toko-toko juga mulai tutup dengan lebih cepat. Bahkan saya masih mendengar kabar toko buku Gramedia tutup pukul 20.00. Jauh lebih cepat dari jam normal mall sebelum Corona datang ke Indonesia.

Ya, mau tak mau kita beradaptasi dengan segala perubahan. Karena perubahan di dunia adalah keniscayaan. Tapi  sesungguhnya yang paling sulit adalah menerima bahwa benar ada COVID-19 yang masuk ke dalam lingkar sosial kita. COVID-19 memaksa kita mengubah segala rencana dan membuat kita terbatas dalam segala ruang gerak. Kita dipaksa diam di rumah, bekerja dan menuntut ilmu dari dalam rumah. Tidak keluar rumah kecuali terpaksa, untuk membeli makan dan kebutuhan urgent lainnya. Tapi pada akhirnya, manusia mulai beradaptasi dengan segala perubahan yang ada di masa pandemi ini.


Peran Komunitas Bloggercrony Indonesia di Masa Pandemi COVID-19


Di masa pandemi COVID-19 ini, Komunitas Bloggercrony Indonesia yang merupakan komunitas blogger berbasis di Jakarta juga melakukan banyak hal untuk membantu teman-teman blogger melewati pandemi ini bersama-sama. 

Saat pandemi COVID-19 melanda, Bloggercrony mengadakan beberapa kegiatan seperti webinar dengan tema “Produktif dengan Mindset Sehat, Imun Kuat”, Bloggercare yang membagikan donasi bagi blogger terdampak COVID-19, selain itu juga mengadakan Bloggerpreneur untuk menggali bakat dan minat berniaga bagi para blogger yang ingin mengembangkan talentanya.



Ada blogger yang suka bikin kerajinan dan fashion dan pengin dijual, bisa mengikuti jejak bloggerpreneur yang jadi sponsor BloggerDay 2021 ini antara lain : @ebigsoo_fashion @hennahijab_collection, @geraiaksesoris2 @aykoprojects, @makarame. Ada juga @duorajistore yang juga menjual produk menarik lho.

Ada yang suka motret, bisa ditawarkan jasanya dan dijual juga, seperti @katalensaku.photoworks, @photo_coffee_ yang menjual jasa foto untuk makanan dan produk lainnya. Ada juga @kitatama.id yang fokus di social media

Ada yang suka masak? Wah, bisa banget bikin merk sendiri dan dijual di marketplace dan social media. Seperti yang dilakukan oleh @resepdarayah @dapursesukahati, @anesacooking @asibostertea maupun @sreehandmate yang bikin bucket snack lucu dan imut.

 

Di masa pandemi ini pula, Komunitas Bloggercrony Indonesia juga membuat acara untuk memperingati anniversary ke-6 yaitu dengan mengadakan BloggerDay 2021 yang dihadiri oleh 100 BCC Squad. 

Tahun ini, Bloggercrony mengangkat tema BloggerDay 2021 yaitu Keluarga Jempolan. Harapannya, tahun pandemi ini bisa dilewati dengan bantuan keluarga kita agar kita bisa tetap sehat baik fisik maupun psikis. 

Komunitas Bloggercrony ibarat rumah bagi para blogger yang dinaungi, sehingga kita pun perlu untuk saling merangkul satu sama lain agar tetap bisa bertahan di masa sulit ini bersama-sama.

 

Tiga Event Keren di Rangkaian Acara Anniversary ke-6 BloggerDay 2021 Bloggercrony 


Di acara BloggerDay 2021 kali ini, ada 3 acara utama yang diadakan oleh Bloggercrony. Oiya, host dan moderatornya adalah mbak Gita Siwi dan mbak Helena Simarmata. 



Salah satu acara yang seru adalah Family Virtual Trip yang mengajak para blogger untuk jalan-jalan ke US bersama kak Idfi Pancani. Kak Idfi ini ngajakin blogger keliling seru dari White House, museum, air terjun niagara, sampai main ke Disneyland juga lho! 

Diajak main ke Disneyland US nih bareng kak Idfi hehe

Seru banget deh pas main bareng gini rasanya saya kayak diajak jalan-jalan lagi, padahal lagi pandemi ya. Hehe. Keseruan ini pun terlihat dari kuis-kuis yang dimunculkan di tiap sesi acara. Selain itu juga ada bagi-bagi hadiah bareng biar semuanya kebagian cinta kasih dari Bloggercrony dan kak Idfi. Uhuy. :P

 





Oiya, sesi kedua ini yang paling saya tunggu. Sesi dari Kang Maman Suherman dan Mas Syafiq Pontoh. Saya pernah ketemu Kang Maman pas di Gramedia Tegal. Masya Allah, ternyata pengisi materi kali ini juga Kang Maman lho. :D Saya takjub dengan diksi yang dipilah Kang Maman yang penuh rima dan tertata rapi. Selain itu, ada moderator yaitu mbak Helena Simarmata.



Di sesi ini, Kang Maman cerita bahwa sebagai penggiat literasi dan content creator, para blogger juga perlu untuk membekali diri dengan berbagai ilmu. Salah satunya adalah literasi digital yang mana saat ini kita sering sekali melihat social media seperti penuh dengan informasi yang campur baur.


Kita perlu memilah mana informasi yang bisa kita terima. Selain itu, jika kita membagikan sesuatu di social media, kita perlu batasan yang jelas. Seperti tidak mengganggu privasi seseorang, tidak menyebarkan hoax, dll. Batasan ini harus kita miliki agar kita bisa membatasi diri dan tidak larut dalam dunia social media yang makin rumit akhir-akhir ini. Untuk Kang Maman, beliau menggunakan batasan bersadarkan kode etik jurnalistik. Jadi, tidak bisa sembarangan share info yang belum tentu kebenarannya. 


Oiya, tema sesi ini adalah “Senjakala Content Creator”. Apakah seorang content creator akan mati tertelan zaman ketika ia tidak bisa menghadapi perubahan? Jawabannya ya. Kita perlu menghadapi perubahan itu dengan cara yang bijak.


Caranya dengan menambah skill dan terus menerus mencari ilmu baru untuk tetap update dengan perkembangan zaman. Apalagi di zaman modern dan digital seperti ini, perubahan zaman adalah sebuah keniscayaan.


Siapa yang tidak berubah? Tak ada ya. Ini hanya soal waktu, seseorang akan berubah dan mengalami pasang surut dalam mengikuti ritme perubahan. Tapi seperti yang mas Syafiq Pontoh bilang:





“Apa pun yang terjadi di dunia social network ini, kita akan selalu relevan dengan perubahan apa pun karena kita juga akan selalu bertumbuh.”


Saat kita sedang khawatir apakah bisa mengikuti ritme perubahan di dunia digital yang makin masif ini? Jawabannya: ya. Asal kita nggak berhenti menambah knowledge (ilmu pengetahuan), juga skill yang diperlukan.


“Knowledge itu bisa dicari, skill bisa dilatih, sedangkan wisdom berjalan sama umur kita. Maka, lakukan kolaborasi untuk mencipta konten dengan generasi lain.”


 



Seperti yang dilakukan almarhum Pak Sapardi Djoko Damono yang berkolaborasi dengan penulis muda bernama Rintik Sedu untuk membuat puisi dengan gaya baru yang lebih ringan. Ya, inilah salah satu kolaborasi yang bagus untuk mencipta karya yang sesuai dengan perkembangan zaman. Meskipun tidak sama seperti karya Pak Sapardi sebelumnya, tapi pembaca bisa mendapat suguhan karya baru yang unik. Kolaborasi seperti ini juga bisa dilakukan oleh kita para content creator agar tetap bisa bertahan di tengah perubahan zaman.

 

Yang bikin saya takjub adalah quotes yang diberikan oleh dua pembicara tentang bagaimana konsistensi pada karya yang unik dan fokus pada satu bidang akan membuat kita mampu bertahan di tengah terpaan badai. Saya pikir palugada ini bisa dipakai di masa pandemi, tapi ternyata fokus pada satu bidang dan ruang, menekuninya hingga expert ini bikin kita mudah dikenali. Selain pakai personal branding, kita juga bisa dikenal lewat karya yang memang unik dan hanya fokus di satu bidang saja.


Misal saja : Fiersa Besari yang fokus di musik dan mendaki gunung akan mampu membuat audiencenya loyal karena memang kecintaannya pada dua hal itu. Beda dengan jika content creator yang palugada akan sulit dikenali karena nggak fokus dengan satu minat saja.


Bahkan seperti yang mas Syafiq bilang ada bisnis makanan sehat yang bisa mendapatkan income besar setelah fokus di bisnis tersebut. Hanya dengan ceruk pasar yang kecil, tapi loyal, maka orang akan menjadi segmen pasar yang sangat fantastis dan menjanjikan.

Jadi, jangan hanya terpaku pada besarnya followers ya, tapi juga engagement dan apakah kita sudah bisa membangun trust (kepercayaan) calon konsumen pada kita? Inilah yang perlu diperjuangkan hingga bertahun-tahun.



“Wisdom dan reputation tidak bisa dibeli dalam waktu singkat. Punya banyak kemampuan nggak salah, tapi kita harus punya added value agar bisa maksimal dan menjadi berbeda.”

“Jangan ikut-ikutan pindah ke bidang lain yang menggiurkan, padahal kita nggak memahami dan menguasai.”

 


Fokus saja pada bidang yang kita kuasai dan tekuni hingga kita menjadi expert di bidang tersebut. Maka uang yang akan mencari kita, bukan kita yang mencari uang.





Tips Menjadi Content Creator : 


Untuk tips menjadi content creator yang bagus antara lain :

1.       Punya niche

2.       Riset konten (5W+1H)

3.       Konsisten update

4.       SWOT analysis

5.       Update algoritma socmed

Selain itu juga ada tips lainnya yaitu :



Trending topic di social media antara lain :

1.       Content audio visual

2.       Content entertainment

3.       Content how to


Nah, dengan fokus pada riset dan apa yang dibutuhkan oleh pasar, kita bisa mencari tahu dan menganalisa. Lalu, kita bisa fokus pada kualitas konten. Dengan begitu, kita bisa memaksimalkan isi konten tersebut agar berguna bagi pembaca, bukan hanya viral saja.

 

Nah, sesi ketiga ini merupakan sesi yang paling ditunggu oleh para orang tua yaitu bagaimana cara mengatasi masalah sekolah anak di masa pandemi.

Pasti capek banget ya harus ngurus sekolah online dari pagi sampe sore, trus lanjut tugas lagi yang lain. Yaps, begitu juga yang dialami oleh mbak Kania Safitri, influencer yang sibuk dengan kerjaan tapi juga bisa meluangkan waktu untuk ngurus anak sekolah online. 

Tips mbak Kania adalah membuat jadwal terencana setiap hari. Jadi, setelah jeda waktu yang kosong bisa dimaksimalkan untuk mengerjakan hal yang lain.

 

Tips bagi Orang Tua yang Mendampingi Anak di Masa Pandemi


Nah, kalau tips dari Mba Ifa H. Misbach, psikolog yang mengisi sesi BloggerDay 2021 kali ini adalah :

Orang tua perlu mengenali karakter anak agar bisa menjembatani kebutuhan anak saat belajar. Bisa tahu tipe belajar anak seperti apa, apakah anaknya tipe visual, kinestetik, atau lainnya. 

Selain itu juga tahu kapan anak kira-kira akan punya rentang fokus yang pendek terhadap materi pelajaran online. Jadi, kita bisa mengimbanginya dengan hal lain, biar anak nggak boring. 

Normalnya anak punya fokus hanya sekitar 15-30 menit untuk sekolah online via zoom. Jadi, ortu dan guru perlu kasih jeda untuk bermain atau meregangkan otot tubuh agar anak bisa kembali fokus. 



Misal dengan melakukan gerakan kecil, stretching, selain itu guru juga perlu mengajari pelajaran dengan cara yang dekat dengan anak atau secara konteks. Jadi nggak abstrak.

Misal : bikin segi empat bisa dengan cara jalan ke kanan tiga langkah, ke depan tiga langkah, dsb hingga membentuk segi empat. Dengan begitu anak mudah membayangkan dan juga ia aktif bergerak dan berinteraksi dengan gurunya. Ini bikin anak senang dan nggak gampang bosan.

 





Nah, untuk bahasan tema lainnya masih banyak lagi ya, nanti saya akan bahas di artikel lainnya karena udah banyak banget nih. Takut kamu boring baca artikel ini. Hehehe. :D See you next time!

***

 Terima kasih untuk para pendukung acara #BloggerDay2021, yaitu:

  • KITATAMA EVENT @kitatama.id
  • Virtual Family Trip: Idfi Pancani
  • Narasumber BloggerHangout 50-51: Maman Suherman, Shafiq Pontoh, Ifa H. Misbach, Kania Safitri
  • Host: Gita Siwi
  • Moderator: Helen Simarmata
  • BLOGGERPRENEUR :

@duorajistore @katalensaku.photoworks @ebigsoo_fashion_ @anesacooking @geraiaksesoris2 @aykoprojects @makarame

@resepdapurayah @dapursesukahati @hennahijab_collection @asiboostertea @kitatama.id @sreehandmate @photo_coffee_

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan tinggalkan komentar. Terimakasih sudah berkunjung.
Mohon komen pakai url blog, bukan link postingan. Komen dengan menggunakan link postingan akan saya hapus karena jadi broken link. :)