Mimpi bertemu mantan artinya apa? Waduuhh. Apa yang bakal kamu lakukan kalau hal itu terjadi dalam mimpimu? 😮
Jujur, aku kaget banget karena mendadak aku mimpi ketemu mas crush zaman baheula. Yang kalo dipikir-pikir sekarang kok ya, udah lawas banget ya. Kejadiannya bahkan sudah lewat 10 tahun lalu. Hahaha 😅
Aku kenal dengan mas ini di tahun 2012, zaman lagi struggling ama kampus. Deket setahunan sampe 2013. Trus ternyata nggak bisa bareng karena satu dan lain.
Alasannya ruwet banget kalo dijabarkan. Yaa, udah kayak tayangan naga terbang indosiar. *ga deng becanda, ya Allah. 😅
Satu yang bikin aku kaget waktu mimpiin dia adalah obrolan kami yang bikin aku tanda tanya sama diriku sendiri.
"Apa aku belum ikhlas ya? Apa aku masih ada hutang permintaan maaf sama dia? Trus gimana dong? Kan udah lewat lama juga."
Yang aku ingat hubunganku sama dia waktu itu terbilang toxic satu sama lain. Udah nggak ketolong gimana toxicnya sampe pernah marah-marah ditelfon.
Dan dia bilang,
"Kamu susah banget ya dibilangin. Keras kepala banget."
Dan aku balik marah-marah bahkan menyinggung hal yang tidak semestinya dibahas. Intinya udah ruwet banget kayak layangan putus.
Satu hal yang aku tahu kami nggak akan bisa sama-sama lagi karena nggak ada restu dari ortunya (karena beda suku) dan dia anak terakhir kesayangan ibunya.
Ya syuuudaaah...
Sebenarnya akan lebih mudah ikhlas jika salah satunya sudah menikah.
Tapi, di mimpi malam itu, aku tiba-tiba terbangun dengan dada sesak dan pengin nangis.
Serasa ada perasaan yang aku tahan selama ini, tapi sulit diungkapkan.
Sulit dijelaskan kenapa perasaan sedih itu masih tersimpan dalam pikiranku, lalu muncul lagi dalam bentuk mimpi yang absurd.
Malam itu aku mimpi dia bilang begini,
"Aku mau nikah nih. Bentar lagi. Dateng ya."
"Eh, siapa calonnya? Boleh dong dikenalin ke aku. Cantik ga?"
"Nih orangnya."
Waktu udah kenalan dengan cewek yang dimaksud, tiba-tiba rasanya dada sesak sekali.
Kayak ada yang bikin kepalaku sakit juga. Pas kebangun rasanya mau nangis.
Besoknya aku bener-bener nangis seharian. Rasanya kayak ada perasaan sedih yang ditahan selama ini akhirnya dikeluarkan juga.
Kebayang gimana rasanya jadi aku? Udah 10 tahun berlalu, dan rasa sesaknya masih terasa.
Di mimpi itu, aku lihat ada beberapa coretan yang dia bikin, tapi sayangnya nggak bisa aku baca. Entah kenapa tulisannya ngeblur.
Pas abis kebangun dari mimpi itu, aku jadi inget pernah menghapus satu folder email berisi surat-suratnya selama ini. Mungkin ini semacam penyesalan karena tanpa sadar, sekarang aku nggak bisa lagi baca pesan itu.
Apakah aku menyesal kenal dia?
Nggak. Aku justru bersyukur dia orang paling tulus yang pernah kukenal. Dia datang di waktu yang tepat, tapi di alur cerita dengan ending yang salah.
Aku percaya bahwa setiap orang punya jalan hidup yang berbeda.
Mungkin saat ini, itulah yang terbaik. Kami berpisah, meski tidak berpisah dalam kondisi baik-baik saja.
Apa aku merasa bersalah?
Iya. Jujur, aku pernah menghindar buat ketemu dia, padahal ada satu kesempatan buat ketemu, meskipun untuk urusan di luar personal.
Waktu tahun 2018 an, aku ikut lomba, dan kalau lolos jadi 20 besar, bakal bisa ketemu peserta lain. Nggak nyangka dia kepilih di 20 besar, dan aku nggak.
Dalam hati aku bilang, "Kayaknya aku belum siap kalau ketemu dia. Jadi jangan menangin ya, Allah."
Dan ternyata beneran nggak menang. Tapi dia menang.
Tahun 2019, waktu ada acara famtrip di Lampung, aku ngobrol sama teman soal ini itu, dan sampailah di sebuah obrolan absurd.
"Bang, tahu nggak ada orang yang aku hindari. Padahal kita satu grup. Tapi nggak saling nyapa. Haha."
Mana orangnya? Di grup apa? Sini aku posting fotomu. Abis itu beneran diposting dong. Sialaaan nih, si abang ini. Wkwk 🤣
Tahun 2019 juga ada temen yang bilang, "Ila nih mantannya si A". Jujurly, sampai sekarang rasanya nggak enak banget ketika orang inget aku cuma karena aku mantannya si A.
Aku lebih suka dikenal karena prestasiku dan personalku yang menarik, dibanding sebutan "mantannya si A" itu.
Apakah benar menghindar adalah jawaban? Nyatanya nggak.
Apakah waktu menyembuhkan? Nyatanya nggak.
Rasa sedih itu valid, rasa kecewa itu pasti ada.
Rasa putus asa dan sesak yang pernah dirasakan, apakah valid? Ya.
Hanya saja, rasanya caraku untuk melupakan masalah itu salah. Dan ternyata berbuntut panjang.
Rasanya aku mudah tertrigger ketika berhubungan dengan sesuatu yang terhubung dengan masa lalu.
Serasa ada yang belum tuntas dari hubunganku dengan dia, tapi ingatan tentang pengalaman pahit itu tertimbun dalam kepalaku.
Sewaktu-waktu, ingatan itu bisa muncul dan bangkit lagi dalam bentuk absurd seperti mimpi malam itu.
Rasanya ada yang belum tuntas, tapi nggak tahu gimana cara mengakhirinya.
Kalau kamu pernah nonton drama korea Twenty Five Twenty One (2521) pasti tahu gimana rasanya saat Na Hee-do terjebak dalam masa lalu.
Hee-do yang kehilangan diarynya dan menemukannya lagi. Tapi, rasanya seperti membuka portal memori saat membalik-balik lembar demi lembar tulisan di buku diary itu.
Jika berharap bisa mengubah takdir, rasanya tidak mungkin. Takdir yang sebenarnya tidak akan bisa berubah.
Yang sulit adalah mengikhlaskan orangnya dan membiarkan kenangannya berlalu begitu saja.
Sesekali, ingatan masa lalu membuatku merasa bersalah bersikap tidak baik. Tapi aku juga nggak tahu gimana harus ngasih semacam "closure" bahwa hubungan kami harus selesai.
Menyelesaikan kesalahpahaman, atau menghapus rasa sesal itu nggak gampang ya.
Apa aku masih cinta? Nggak. Aku sama sekali udah nggak kepikiran soal cinta-cintaan.
Yang aku ingat justru rasa nggak nyaman semacam,
"Kenapa ya, kok masa lalu masih keinget? Padahal aku pengin kita selesai baik-baik. Dan masih bisa kontakan sebagai sahabat atau orang yang sudah lama kenal. Tanpa rasa penyesalan."
Meski rasanya nggak mungkin juga sih buat jadi teman lagi.
Tapi yang mau aku bahas adalah perasaan sedih di 10 tahun lalu itu valid.
Kalau pun baru terasanya sekarang, karena dulu nggak sempat mengalami "masa berduka", ya itulah yang justru bikin mudah ketriger.
"Kok tiba-tiba sedih. Kok tiba-tiba nangis ya? Kok tiba-tiba pengin marah dan kesel ya?"
Padahal masa lalu ituu sudah lama berlalu. Udah 10 tahuuun lhoooo.
Huwaa, kurang lama apa cobaaa? 🥺
Kalau orang yang aku maksud itu suatu hari membaca tulisanku ini, jujur, aku mau minta maaf dan minta diikhlaskan yang sudah berlalu. *pleaseee yaaa*
Kalau mau telfon, hayuklah. Telfon aja.
Kalau mau chat atau nyapa lagi, hayuk aja.
Tapi aku berharap itu adalah perasaan yang baru. Bukan sebagai orang yang terjebak di masa lalu.
Ayo, kenalan lagi dengan diriku yang sekarang. Bukan aku di masa lalu.
Aku, kamu, atau siapapun pasti sudah banyak berubah selama 10 tahun ini. Jadi, ayo mulai jalani hari-hari baru dengan lebih bahagia.
Aku nggak mau diriku sendiri merasa galau berkepanjangan untuk suatu hal yang tidak bisa aku ubah.
What if... what if... yang sering berkejaran di kepalaku.
Aku percaya bahwa setiap pertemuan ada alasannya. Jadi, ayo senyum lagi.
Ikhlasin yaa~ 🥺🥺🥺
Semoga dengan begitu hatimu jadi lebih lapang yaa.
See you. 😊
Oalah mas crush kadang memang spesial, bener sih ungkapan seseorang yang tidak bisa dimiliki itu lebih menarik. Astagfirullah, tapi memang masa-masa ngecrush-in seseorang dulu itu manis-manis gimana gitu. Jadi ingat crush zaman dulu juga.
BalasHapus