Quote of The Day

Selepas musim yang berganti, cara terbaik untuk memudahkan syukurmu terlantun adalah dengan menyederhanakan harapanmu hari ini.
Tampilkan postingan dengan label be a writer. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label be a writer. Tampilkan semua postingan

Senin, 08 Juli 2013

Peran Komunitas dalam Pengembangan Diri

Peran Komunitas dalam Pengembangan Diri. Dulu saya orang yang termasuk egois untuk masuk dalam sebuah komunitas. Bukan soal enggak betahnya, tapi apa ya. Mungkin karena merasa pikiran tiap orang beda-beda dan tidak satu frekuensi itu artinya saya harus banyak ngalah dan banyak benar-benar toleran untuk hal ini. seminimal mungkin mengurangi gesekan yang bisa ditimbulkan. Tentu bukan hal bukan untuk satu ini. 

Sabtu, 20 April 2013

Be a Writer : Rumah Penuh Prestasi

Bu Kepsek Leyla Imtichanah a.k.a Leyla Hana masuk Tabloid Nakita- Maret 2009

Pertama kali masuk grup Be a Writer kisaran akhir 2011, aku diundang mba Leyla Imtichanah untuk masuk grup kepenulisan yang dibuat olehnya di sebuah grup Fb. Karena merasa kalau aku sendiri diundang di sana dan status grup masih open, aku undang beberapa teman yang aku kenal mereka memang hobi nulis. Ternyata, selang beberapa hari, aku ga terlalu mengikuti jalannya grup, hanya membaca sekilas lalu ditinggal pergi. Ada kebijakan baru, membuat jadwal grup dan ada tugas untuk para member yang masuk dari mbak Leyla.


Buku tutorial hijab terbitan Ink Publishing, yang bikin penerbitan anak BAW lho. Patungan bikinnya :D
Aku belum tau siapa aja anggota yang ada di sana selain teman yang aku undang, jadi begitu ditetapkan ada sebuah jadwal, rasanya kok malas buat nimbrung ataupun aktif diskusi. Mungkin memang peran interaksi di grup yang membuat suasana jadi nyaman itu yang memang harus aku dapatkan lebih dulu sebelum aku bisa ikut andil dalam membesarkan grup. Jadi, karena merasa belum mengenal anggotanya yang berjumlah 100 an lebih, aku pikir nanti ada waktunya sendiri saat aku senggang. Dikejar deadline membuatku tidak sempat memikirkan grup mana yang akan aku ikuti dan fokus di sana. Jadilah, ternyata aku termasuk salah satu orang yang terkena huruf “R” alias remove keanggotaan karena ga setor tulisan =)). Ya, agak kaget juga karena dikabari sama kak Rian kalo aku ga bisa dimensyen di grup, dengan posisi aku emang lagi ga bisa online sering saat itu. Jadilah, ya pasrah aja sih.

Kopdar di Penfill
Btw, di sana ada beberapa teman yang aku memang kenal secara personal, karena sama-sama ikutan antologi seperti Nyi Pede, mba Vita Sophia, Sari Yulianti, mba Dwi Aprily, mba Lina, mba Windi Teguh, mba Afin Yulia, mbak Naqiyyah Syam, mba Nenny Makmun, mba Dian Nafi, dll. Pasca diremove dari grup itu, aku belum kepikiran untuk masuk lagi, tapi Nyi menyarankan untuk add grup lagi aja. Nanti juga diaprove sama mbak Leyla, bu kepsek BAW. Ya udah, aku turuti aja. Trus, karena udah lupa juga kapan ngeadd grupnya lagi, suatu hari di bulan Januari 2013 (seingetku gitu ya :D) Aku diaprove dan bisa masuk lagi di grup tersebut. Sambutannya bikin kaget. Karena ternyata rata-rata penghuninya adalah orang yang biasa interaksi di timeline fb dan mereka mulai welcome dengan adanya orang baru. Thanks oke, aku mulai menikmati masuk di sana. Karena biasanya kesan pertama itu yang bikin aku betah berkomunikasi dengan seseorang dalm sebuah grup ataupun personal.

Novel "Yang Kedua" karya Mbak Riawani Elyta
BAW bagiku seperti sebuah rumah penuh warna. Banyak hal yang bisa aku dapat dan juga aku bagikan di sana berhubungan dengan dunia menulis maupun personal. Personal? Iya, di rumah ini memang berbeda. Jika kamu punya masalah apapun, kamu bisa leluasa bercerita keluhanmu apa. Ada banyak sahabat BAW yang akan menanggapi keluhanmu dan memberi solusi ala mereka. Meski tetap saja, penentu apakah kamu akan menerima solusi mereka dan mengaplikasikannya adalah kamu sendiri.

BAW adalah rumah penuh cerita, rumah penuh inspirasi. Dari rumah ini ide mengalir banyak sekali. Rumah ini juga penuh prestasi. Para penghuninya rutin berdiskusi setiap hari. Ada jadwal harian yang patut ditaati. Seperti yang bisa dilihat di bawah. Ada diary day, sharing day, blogging day, promo day, review day, business day, dan free day.

banner jadwal harian anggota BAW
Dari diary day, kita bisa belajar untuk rutin menulis hikmah dan peristiwa yang terekam di hari itu. Dari sharing day kita bisa belajar untuk membagi inspirasi yang didapat dari luar. Blogging day adalah hari di mana para penulis yang juga punya blog itu menulis di blog. Tentu ini bisa jadi mood booster untuk terus menulis di blog walau sekali dalam sepekan. Ada tips-tips yang dibagikan oleh paa teman blogger yang sudah mumpuni di bidang blog dan sering menang lomba blog seperti mba Windi Teguh, mba Mugniar dan mbak Rahmah. Promo day digunakan untuk mempromosikan buku-buku terbitan baru yang akan dilaunching maupun sudah dalam masa edar.

Review day digunakan untuk memberi review dan gambaran plus minus suatu buku, film, atau tempat. Yang tempat ini pernah dibahas sama mbak Elyta Duatnofa ya? Tempat asyik untuk nongkrong buat para penulis yang butuh wifi kencang dan suasana nyaman dengan budget minim. :D Untuk review day, saya paling nunggu-nunggu kalo mbak Ade Anita review game, mbak Riawani Elyta review film dan mbak santi artanti review buku. Mantap ulasannya, apalagi kalo udah bikin berkaca-kaca karena mendadak jadi pengen ke Mekkah lewat jalur darat. Wkwk. Ini beneran deh ya, nekat banget kalo terinspirasi dari review film. Etapiii, layak dicoba, apalagi kan jadi ga perlu nunggu waktu tunggu antrian haji yang lamaaa dan bikin keki. ;)

Kopdar di Cafe Tjikini, launching buku mbak Shabrina Ws. Always be in your heart pemenang ke3 Qanita Romance
Oiya, ada beberapa hal yang membuat saya semangat di BAW. Salah satunya karena bisa belajar langsung dari teman-teman pemenang lomba novel seperti mbak Riawani Elytha yang menang di Amore Gramedia. Dengan mbak Shabrina yang menang di Qanita Romance dan kemarin bru launching di Café Tjikini. Btw, makasih bukunya, Mba. Keren bukunya ^^. Dengan ide yang sederhana tapi bisa menghasilkan cita rasa yang fantastis. Apalagi bisa sampai dilirik juri sekelas Benny Ramdhani. Itu sesuatuuu bangettt :D Dan aku suka bagian teman-teman membagi sharing behind the scene saat ikutan lomba, seperti yang dialami oleh Arul Chandrana dan Mbak Tuti Adhayati yang bisa lolos Beasiswa Mizania. Apalagi bisa berbagi inspirasi dengan mbak Afifah Afra alias mbak Yeni Mulati.

dapet buku dari mba Shabrina hadiah ultahku. :D Makasih yah mba ^^
Jujur, pertama kali masuk ke grup BAW belum ada bayangan apakah aku bisa menulis novel dengan setting rumit dan berlembar-lembar pula halamannya. Ternyata, kunci dari menulis novel adalah kamu harus berkumpul pula dengan orang yang sedang menulis novel. Ibaratnya, teman itu kayak penjual minyak wangi, kalo dia jual minyak wangi kita ikutan kecipratan wanginya dong ya. Jadi begitu tau banyak jagoan nulis novel di grup ini, aku jadi lebih semangat untuk tau lebih banyak teknik dan tips menulis novel yang baik, bergizi, dan juga bernas. Rugi lho kalo berteman dengan penulis yang sudah menulis puluhan buku di penerbit mayor tapi kamu tak jadi penulis. 

di BAW ga cuma emak-emak kok yang jadi penulis, ada cowoknya juga :P
Trust me, belajar sama yang satu haluan itu justru bikin kita jadi lebih semangat, sampe bayangan antologi aja udah ga kepikiran di kepalaku. Mungkin karena situasinya sudah berbeda dibanding dulu saat bertemu dengan teman-teman antologi ya bahasnya tentang antologi lagi. Passion apapun akan terus bisa diasah jika kita punya dua hal, mau membaca dan mau mencari teman yang satu visi. Apapun kendalanya, pasti bisa dihadapi bareng-bareng. Btw, ada kemajuan saya bisa nulis panjang :P Biasanya suka dikit-dikit aja :D

Oya, untuk saran, karena BAW memang fokus di grup, dan blognya jadi kayak ada hantunya alias jarang ditengok, mungkin ada baiknya jika setiap kali penghuni BAW cuap-cuap di internet baik twitter maupun facebook bisa sekalian share tulisan yang sudah ada di blog. Juga ikut berkomentar. Biar rame :D

Dan satu lagi, kalo dulu ada target nulis novel duet, mungkin sekarang bisa mulai digalakkan lagi apalagi ada beberapa penghuni baru yang memang benar-benar awam dalam dunia novel, alias emang belum bertelur. Kalo proyek ini berhasil, tentu ada kebanggaan sendiri bahwa misi BAW untuk mencetak penulis baru bisa terlaksana, tidak hanya 10 atau 20 orang saja, tapi setiap penghuninya punya karya yang bisa diwujudkan di penerbit mayor.  Percayalah, kerja bareng-bareng dan punya target bareng-bareng itu lebih menyenangkan dibandingkan ngerjain sendirian. Trust me, it works! Minat mencobanya? :D 

Nb : minjem foto-foto di grup yah, thanks buat para fotografer keren di BAW. ;)

Tulisan ini diikutsertakan dalam giveaway perdana Be a Writer. Giveaway ini dibuat dalam rangka launching blog Be a Writer.