Quote of The Day

Selepas musim yang berganti, cara terbaik untuk memudahkan syukurmu terlantun adalah dengan menyederhanakan harapanmu hari ini.
Tampilkan postingan dengan label bingkisan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label bingkisan. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 08 Oktober 2011

Lelaki Isya



Lelaki Isya
By Ila Rizky Nidiana – Tegal, Jawa Tengah

saat tubuh terbujur kaku
kain kafan membungkusmu
tak seorang pun dapat menolongmu
kecuali amalanmu

sholat ayo kita sholat sebelum disholatkan
dalam waktu sempat ataupun sempit
sholat tak boleh ditinggalkan
tak bisa berdiri, duduk atau rebahan
tak bisa rebah di-isyaratkan
saat tubuh terbujur kaku
kain kafan membungkusmu
tak seorang pun dapat menolongmu
kecuali amalanmu
sholat ayo kita sholat sebelum disholatkan
dalam waktu sempat ataupun sempit
sholat tak boleh ditinggalkan
sholat ayo kita sholat sebelum disholatkan
dalam waktu sempat ataupun sempit
sholat tak boleh ditinggalkan
sholat ayo kita sholat sebelum disholatkan
dalam waktu sempat ataupun sempit
sholat tak boleh ditinggalkan
tak bisa berdiri, duduk atau rebahan
tak bisa rebah di-isyaratkan
saat tubuh terbujur kaku
kain kafan membungkusmu
Sahrul Gunawan-  Lagu berjudul  Sholat

Saat tubuh terbujur kaku. Kain kafan membungkusmu. Aku merinding mendengar lagu itu pertama kali terlantun di sebuah radio di awal ramadhan kali ini. Sebuah radio yang bernama radio DAI di kota tempatku mencari rezeki, semarang. Aku penasaran dengan suara penyanyinya. Siapa ya? Terdengat familiar, hanya saja aku tak tahu dia siapa. Hmm, beberapa kali kucari lagu itu di internet, tak kunjung kudapatkan lirik dan mp3 nya. Ah, mungkin itu lagu baru atau lama ya, entahlah, kupikir begitu. Atau aku yang belum beruntung? Hiks... Akhirnya dengan pasrah aku tutup halaman google chromeku. Meski tentu saja tetap berharap suatu saat lagu itu akan aku dengar lagi suatu saat nanti.

Dan subhanallah, hari ini aku melihat penyanyinya muncul di televisi. Langsung 10 menit kemudian aku searching judul lagu itu di google. Wish me luck, doaku dalam hati. Dan, taraa, dapat deh! Juga mp3 nya. Ternyata memang lagu baru, dilaunching di ramadhan ini, tapi tak terlalu booming. Mungkin karena kalah pemasaran, entahlah. Semoga lagu-lagu religi seperti ini, yang notabene jauh lebih indah maknanya dibandingkan lagu picisan lebih banyak didengar di media-media. Aamiin.

Jujur, lagu shalat itu mengingatkanku pada sebuah tausyiah seorang ustad di radio. Namanya Ustad Yusuf Mansyur, seorang ustad yang alhamdulillah bisa kutemui juga untuk pertama kalinya saat pengajian HUT Kabupaten Tegal. Beliau diundang oleh Bupati Tegal untuk mengisi kajian.  Tak beda halnya dengan mendengar tausyiah langsung ataupun via radio dan televisi, kedua sama-sama menyentuh hatiku. Tapi kali ini aku jauh lebih terharu. Trenyuh kata orang jawa bilang. Dalam tausyiah di acara radio tersebut, Ustad Yusuf Mansyur berkata begini Andai kesusahan adalah hujan, dan kesenangan adalah matahari, maka kita butuh keduanya untuk bisa melihat pelangi. Sebelum jauh-jauh memperbaiki diri, sebelum jauh-jauh mencari solusi untuk segala permasalahan hidup yang kita hadapi, nomor satu yang harus kita perbaiki adalah sholat kita.”

Ya Allah, aku seperti ditampar oleh Allah. Seperti itulah kondisiku saat itu. Beberapa kali mengalami kejadian kurang menyenangkan, yang bisa disebut musibah. Kesana kemari mencari solusi, tapi ternyata solusi yang paling mudah justru terlupa. Shalat. Bangunan utama yang harus didirikan oleh seorang muslim. Bangunan yang mengokohkan fondasi amalan lainnya. Di saat itulah aku menangis, mohon ampun pada Allah atas banyaknya khilaf diri  selama ini. Ya Rabb, maafkan aku.  Atas shalat-shalatku yang tidak khusyuk. Atas amalan dan akhlaq yang masih compang-camping. Aku mohon ampun padaMu. :’( Mulai saat itu aku memperbaiki shalatku, ibadah pertama yang akan dinilai Allah di akhirat nanti. Shalat lebih tepat waktu, berjamaah, dan memperbaiki akhlaq.

Hari ini Allah memberi kejutan lagi. Subhanallah. Malam tadi saat aku berjalan kaki berangkat menuju masjid terdekat di rumah untuk sholat isya, aku bertemu dengan seorang lelaki tua, perkiraan beliau berumur 50 tahunan. Baru aku sadari kehadiran beliau saat aku sudah hampir sampai di masjid, sekitar 100 meter dari masjid. Beliau berjalan cepat di belakangku. Sambil memanggul bambu yang digunakan untuk menghubungkan dua keranjang bambu miliknya. Dibantu pencahayaan remang-remang lampu sekitar, aku bisa melihat isi keranjang beliau. Aku pikir beliau penjual dadakan, ternyata bukan. Satu keranjang beliau berisi pacul dan satu keranjang lagi berisi sebungkus plastik mungkin berisi bahan makanan. Itukah hasil kerja beliau selama bekerja satu hari ini? Saat aku mempersilahkan beliau berjalan lebih dulu, beliau justru berkata, “Mau numpang sholat tarawih, mba di masjid sini. Kalau saya melanjutkan perjalanan lebih dulu, takutnya tidak sampai.”

Penasaran, kutanya beliau. “Asli mana, pak?”

“Asli pekalongan, mba. Tapi kerja di sini. Saya mau ke daerah sumur panggang.” , jawabnya sambil tersenyum padaku.

Aku mengingat nama daerah itu, sumur panggang jika ditempuh dari sini dengan jalan kaki, mungkin 1,am baru sampai. Ya Allah, setelah perjalanan jauh mencari nafkah, dan hanya mendapatkan rezeki sekadarnya, beliau masih mengusahakan untuk bisa shalat tepat waktu bahkan berjamaah. Mengusahakan untuk menghadapMu lebih cepat dibanding aku, penduduk desa ini. :(

Saat beliau lebih dulu sampai di pelataran masjid, beliau langsung meletakkan keranjang miliknya di dekat pagar masjid. Dan masuk tempat wudhu. Ya Allah, aku masuk pintu masjid langsung menangis. Bagaimana aku katakan cinta Engkau, jika cintaku belum bisa seperti lelaki tua itu. Lelaki Isya. Yang cintanya padaMu melebihi kecintaan kepada harta. Yang cintanya kepadaMu membuatnya ikhlas menjalani kehidupan yang tak bersahabat. Semoga Allah memudahkan urusanmu dan memberkahimu, pak. Aamiin.

Ya Rahman Ya Rahim, maafkan aku yang belum bisa mencintaiMu dengan ikhlas seperti lelaki Isya itu. Ampuni aku jika selama ini lebih banyak mengeluh tentang kehidupan. Semoga Engkau mau menuntunku kembali kepada jalan yang benar dengan iman dan islam yang paripurna seperti cintanya Rasulullah padaMu. Aamiin.

Keroposnya bangunan nasionalisme para pemimpin negeri ini karena imannya ditanggalkan pada menara masjid. Pun, krisis pengabdian rakyat karena Al-Qur'an tak hidup di dada mereka. Untuk Indonesia yang kita cinta: perbaiki shalat kita, menjadilah manusia Qur’ani dan baktikan diri pada negeri. Lakukan transformasi personal & sosial. Mari mengambil peran untuk peradaban Indonesia yang lebih baik & bermartabat. (Asti Latifa Sofi, pesan seorang sabahatku)

Tegal, 22 Agustus 2011, 00:06
~ Menuju satu titik keteraturan yang sempurna : ibadah.~
Diikutkan dalam Giveaway mba Ketty : Bingkisan dari Kami 


Bingkisan dari Kami ~ Mba Ketty Husnia 

Download lagu Sholat Sahrul Gunawan disini