Dimana Tuhan itu?
Sudah beberapa hari ini ditagih tulisan
oleh seorang temen mp-ku. Soalnya diajakin bikin naskah buat proyek buku
tapi belum dapet ide. Temanya beraaattt… tentang Potret kematian.
Heuheuu…Bayanginnya aja aq ngeri, bergidik, dan bikin ga bisa tidur. Apalagi
disuruh nulis tentang itu? 3-4 halaman pula. Hiks…
Pasrah ama nasib, soalnya udah
terlanjur janji sama Ai. *peace ya Aii.... ;p *
Akhirnya jadilah aq nanya-nanya ke
temen-temenku. Kali aja punya stock cerita. Brasa detektif gitu pas wawancara.
Huhuu… -.-“
Nanya beberapa kasus kematian, ada yang
kisah temennya temenku. Pas lebaran masih segar bugar, ternyata 1 minggu
berikutnya dia udah meninggal, dan ternyata sebelumnya dia udah sakit parah
komplikasi ginjal, liver, dan TBC. Padahal dia anak laki-laki satu-satunya
dalam keluarga. Ya Allah, ngeri aku bayanginnya..
Ada juga cerita tentang kecelakaan satu
mobil pengantar rombongan haji. Pas itu mobil temenku disalip-salip terus pas
mau ngantar ibunya haji, ga taunya pulang dari ngantar haji itu, mobil
yang sebelumnya suka nyalip-nyalip ditemukan mengalami kecelakaan, dan semua
yang ada di dalamnya meninggal saat itu juga. Ada lagi tentang pembunuhan di
saat mudik lebaran.. kebayang rasanya liat kepala ngluntung di jalan? Hiiyy… aq
ngeri dan cuma bisa berucap innalillahi…
Itu baru cerita kematian yang ga seberapa. Belum lagi
temenku itu lanjutin lagi cerita tentang kematian. Kata dia, dia pernah denger
tentang berita orang yang hobi bunuh diri di jepang. Di sana ada sebuah hutan
tempat orang-orang yang akan bunuh diri. Nama hutan tsb adalah Aokigahara.
Alasan bunuh dirinya juga macem2.. Tau kan kalo di jepang itu terkenal
dengan Harakiri, mereka lebih memilih mati dibanding menahan malu. Jadi bunuh
diri itu hal yang biasa.
Ini ada cuplikan kata-kata di artikel ttg hutan
aokigahara(lebih panjangnya bisa dibaca di artikel aslinya)
Tahun demi tahun semakin banyak saja orang Jepang yang bunuh diri di hutan ini. Aokigahara. Tempat favorit bagi mereka yang ingin bunuh diri. Yah… aku tidak akan mengeluh, karena bagaimanapun juga, semakin banyak mereka yang mati berarti pendapatanku semakin bertambah.Orang Jepang menyebut hutan ini sebagai ”hutan bunuh diri” sehingga mau tak mau tak jarang orang berpersepsi keliru mengenai orang-orang yang datang ke hutan ini. Aku datang ke sini bukan sebagai turis entah untuk menikmati pemandangan gunung Fuji di sebelah barat ataupun suasana mistis yang hanya dimiliki oleh tempat di mana ratusan bahkan ribuan nyawa melayang di lokasi yang sama.Aku datang untuk mencari nafkah. Untuk bertahan hidup. Seperti yang telah kuamati selama ini, malam-malam pada perayaan seperti tahun baru inilah yang biasanya digunakan oleh sebagian orang Jepang untuk mengakhiri nyawanya sendiri. Di tengah tawa dan pesta penduduknya, ada segelintir orang yang mengasingkan diri dan merasa bahwa saat itulah… saat terbaik untuk mengucapkan selamat tinggal pada dunia.
Juga di Golden Gate yang tingkat kematiannya tinggi
dan merupakan tempat bunuh diri paling laris di Amerika.
Menurut beberapa catatan yang berhasil dikumpulkan, jembatan tersebut setidaknya telah menjadi tempat untuk paling kurang 1300 orang yang memilih mengakhiri jiwa mereka sendiri. Menjadikan tempat ini sebagai tempat bunuh diri terlaris dalam sejarah Amerika, dan sangat mungkin dalam sejarah dunia, sejak jembatan tersebut dibuka pada tahun 1937. Biaya pembangunan jembatan itu sendiri tidak kurang dari 35 juta USD.Ia memperkirakan bahwa rata-rata satu orang setiap dua minggu melakukan bunuh diri di jembatan ini. Tapi angka sesungguhnya mungkin malah lebih tinggi dari jumlah yang ia perkirakan, sebab banyak yang jasadnya tidak diketemukan. Sebab lain adalah sebagian besar yang bunuh diri terjadi pada malam hari, dan jasad mereka tak ditemukan.
Bayangin dah! Ngeri pasti! Liat aja di artikel ini
tentang aokigahara
dan Golden gate.
Rasanya mendadak perutku mual-mual nahan muntah. >,<
Liat fenomena itu, jadi terbayang… Sebenernya, apa
orang yang bunuh diri itu merasa frustasi karena kehidupan? Kalo iya, kenapa
sampai ke titik itu? Sebuah kejenuhan pasti ada jalan keluarnya. Itu pasti,
meski setiap ujian berat, tak ada yang tak mungkin terselesaikan.
Ah ya, tapi mungkin benar kata temanku,
“Karena di hati mereka tak ada Tuhan.., meski mereka
menganut Shinto..”
really??
Lalu, apa mereka tak merasa bahagia?
Pertanyaan ini justru dijawab oleh banyaknya buku-buku
tentang cara mudah
bahagia, seperti buku “Menjadi wanita
paling bahagia” Dr. Aidh Al Qarni. Buku itu laris manis di
toko buku. Lalu, akankah buku Menjawab Atheis
Indonesia(Eko Arryawan) juga mampu memberi jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan mereka tentang adanya Tuhan? Bahwa Tuhan ada dan akan
selalu menjawab doa-doa kita, membantu kita menyelesaikan ujian hidup? Well,
saya penasaran dengan buku ini. Semoga mba Fanny bisa ngasih satu ya buat aku,
hehe… :D
Segini aja dulu ya tulisan buat Giveaway Mba
Fanny, kalo dipanjangin lagi bisa nyampe 5 halaman. Heuheuu.. dan
akhirnya, aku tutup tulisan kali ini dengan harapan, semoga tak ada lagi
kasus bunuh diri di sekitar kita. Kematian terlalu dekat untuk menjadi penanda
bahwa hidup ini singkat . Jadi isilah dengan hal-hal istimewa dan bermanfaat.
Semarang 25 September 2011, 17:05
Oya, buku Radiant Shadow- hadiah
dari Giveaway mba Fanny udah nyampe, hehe.. lupa ngabarin. :D
Buku Menjawab Atheis Indonesia |