Quote of The Day

Selepas musim yang berganti, cara terbaik untuk memudahkan syukurmu terlantun adalah dengan menyederhanakan harapanmu hari ini.
Tampilkan postingan dengan label cara mencegah tawuran. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label cara mencegah tawuran. Tampilkan semua postingan

Senin, 15 Oktober 2012

Cara Mencegah dan Menanggulangi Tawuran


Anak laki-laki itu harus sering diajak ngobrol supaya terbiasa mengemukakan pendapat. Kalau tidak, mereka akan terbiasa menggunakan tangan untuk menyampaikan keinginan. (Anak Sejuta Bintang)

Pertama kali membaca statement itu di status fb mba Dey, di bulan april lalu, aku awalnya cuma tertegun. Lalu kemudian mengamini. Banyak hal yang sulit untuk diuraikan tentang betapa sulitnya mengontrol anak lelaki menjadi apa yang kita inginkan. Salah satunya adalah mengontrol emosi mereka saat mereka marah. Aku percaya statement itu bukan tanpa alasan, tapi dibentuk dari sebuah pemahaman yang cukup lama dari sang penulisnya. Bahwa memang, anak laki-laki kesulitan untuk mengomunikasikan apa yang mereka inginkan.

Saat akhir-akhir ini aku mendengar berita tentang tawuran antar pelajar, ingatanku kembali pada statement tadi. Bahwa anak laki-laki harus sering diajak bicara. Why? Karena, jika tidak, ia akan berbicara dengan menggunakan tangannya. Lihat saja tawuran yang sekarang sedang marak. Bukan hanya tawuran antar pelajar saja, tapi juga tawuran antar warga. Sebagian besar pelakunya adalah para laki-laki yang kehilangan control emosi. Sampai pernah kulihat, anehnya saat para warga itu tawuran mereka menggunakan helm sebagai penutup kepala. Apa gunanya helm jika mereka memang berniat untuk tawuran. Aneh sekali. Toh kalo memang gentle, tak perlulah tameng untuk melindungi diri. Apalagi menggunakan pisau untuk menusuk korban dari arah yang tidak terduga. Terkesan sekali tidak jantan. Jika mereka berniat untuk merusak orang lain, lalu merusak fasilitas  lingkungan, lalu kenapa harus ikut-ikutan melindungi diri? Toh, sudah niatan mereka untuk melakukan aksi kan?

Tawuran memang bukan hal baru di negeri kita. Jadi, jika hal itu terjadi, jangan saling menyalahkan. Yang saat ini diperlukan adalah solusi konkrit untuk menanggulangi dan mencegah tawuran terjadi. Tawuran yang sering dilakukan oleh para lelaki sebenarnya bisa ditanggulangi dengan cara mendamaikan mereka.

Pencegahan tawuran paling konkrit adalah dengan membentuk karakter anak sedini mungkin. Apa saja yang perlu diajarkan?

Anak harus diajarkan tentang arti bertahan diri, bukan berarti bertahan dengan ikut-ikutan tawuran. Tidak. Tapi mengajarkan arti bertahan dalam bentuk lain. Misalnya saja, anak diajak tawuran oleh temannya, mereka akan memprovokasi. Nah, jika dalam keluarga terbentuk pemahaman bahwa kekerasan tidak baik, maka anak akan menyingkir dengan sendirinya. Tapi jika anak menjadi sasaran kekerasan, ajarkanlah anak untuk bertahan dalam bentuk lain.

Jika prinsip yang diajarkan oleh lingkungan kurang baik, anak akan mengkonversi prinsip hidup tadi ke dalam dirinya, apa saja yang pernah diajarkan dalam lingkungan keluarga akan menjadi pilihan yang tepat untuk mengajarkan mereka tentang arti bertahan diri, tentang arti kasih sayang, tentang arti keberagaman. Pertahanan diri tidak harus menggunakan kekerasan. Nabi Muhammad sendiri pernah mengalami hal ini saat perjanjian Hudaibiyah. Perjanjian yang mengajarkan perdamaian antar warga  yang berbeda agama. Padahal, jika saja nabi mengatakan “Ayo, serang!”, maka nabi akan menang secara telak. Tapi nabi memilih berdamai. Saat nabi mengatakan mari berdamai, saat itulah sebenarnya nabi menang secara telak. Karena, sebenarnya saat dua orang berselisih yang dibutuhkan adalah seseorang yang memulai untuk berdamai dengan lingkungan yang sedang berselisih paham, yang pandai memaknai kemenangan dengan cara lain. Apa yang lebih mulia dari menurunkan ego? Yaitu hidup dengan perasaan damai karena saat itulah kita sedang belajar untuk menundukan diri sendiri.

Ketahanan bangsa berawal dari ketahanan keluarga. Maka, mari kita bertahan dari serangan perusakan karakter anak bangsa, bertahan dengan mengajarkan akhlak dan budi pekerti sejak dini. Character building menjadi kunci yang tepat untuk menjawab segala jawaban atas permasalahan bangsa, tidak hanya tawuran, tapi juga dari seks bebas, narkoba, dll. Mari perkuat, sinergikan dengan lingkungan masyarakat dan sekolah, kembalikan lagi pada prinsip yang diajarkan agama, utamakan pula diskusi dan musyawarah di atas segalanya. Maka akan terbentuk karakter sejati yang tidak akan dengan mudah larut oleh pengaruh luar. Butuh komitmen terus-menerus, tidak hanya sekedar teori untuk melakukan ini. Jadi, mari beraksi. :)

Artikel  ini diikutsertakan pada Kontes Unggulan Indonesia Bersatu: Cara Mencegah Dan Menanggulangi Tawuran