Quote of The Day

Selepas musim yang berganti, cara terbaik untuk memudahkan syukurmu terlantun adalah dengan menyederhanakan harapanmu hari ini.
Tampilkan postingan dengan label naskah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label naskah. Tampilkan semua postingan

Rabu, 30 November 2011

Mereka yang tak pernah ditolak Penerbit!

Ayo Menulis Buku 
Ini mungkin "gila" tapi ini nyata dan ada yang pernah membuktikannya....
Cobalah sedekah artikel dengan cara paling sederhana
Dengan membuat buletin yang dicopy.. satu edisi saja....... lalu bagikan ke temen atau simpan di tempat keramaian.....
Tapi jangan berhenti menulis naskah bukunya....
Silahkan kirim naskah terbaik ke penerbit... ingat yang terbaik....
Dan temukan rahasia keajaiban sedekah.....

Tadi pas mau nulis naskah KCCI, ada notif update di grup penulis samara masuk fb ku. aq penasaran, trus buka. pas baca, kaget banget. tapi ini beneran ya. Liat deh kata-kata yang kucopas di atas.

Para penulis di  grup samara telah menerapkan  cara ini sejak lama dan mereka hebat! Naskah mereka ga pernah ditolak penerbit. Dari 30 orang, penulis perindu samara, 10 diantaranya dikontrak untuk menulis proyek pensanan/proyek pribadi oleh penerbit mayor padahal mereka baru nerbitin antologi dalam hitungan bulan, kalo ga salah 3 bulan aja.

Mungkin ini agak aneh, tapi buatku yang prnah ngrasain keajaiban sedekah, tau banget kalo cara ini paliiiinggg ampuh buat narik rejeki dan nolak bala. Dulu tahun 2010, aq pernah hampir kehilangan laptop, andai aja aq membatalkan niatku untuk sedekah  dengan gaji pertamaku. kebayang ya, uang yang cuma brapa ratus , bisa menahan harta kita yang nilainya juta2...

Juga memang selama ini, alhamdulillah... naskahku di penerbit dipermudah sama Allah. Cepet banget proses terbitnya, bahkan ga ada itungan bulan. pernah juga pasang iklan , trus kebanjiran prospek sampe kewalahan followup nya.

Trus kmrn, temenku baru aja cerita kalo dia dapet hadiah dari Allah, rewardnya langsung lunas digantikan. dia cerita sih, kmrn dia mbatin "kapan ya bisa dapet ganti sedekah secara cepat.. biar bisa ngrasain keajaiban sedekah.. biar makin percaya.." ga taunya, dalam hitungan hari, cuma 3 hari, uang dia balik 10 x lipat dari yang dia keluarkan buat sedekah. Amazing!

Dan kisah2 keajaiban sedekah yang lain. Ada banyak sbenernya... :D

Mereka yang tak pernah ditolak penerbit tau rahasianya. Bahwa naskah yang diterima, selain karena proses pengerjaan yang matang, juga karena  unsur sedekah/doa tadi. Yang membuat impian jauh lebih bersayap dan cepat diraih.

Mau coba? Silahkan.. Temukan keajaiban dalam hidupmu skrg juga! ;)

251011, 00:18

Senin, 26 September 2011

Membuat Outline, Perlukah?

Membuat Outline, Perlukah?

by Hasfa Publisher on Saturday, April 16, 2011 at 5:08pm
Membuat Outline, Perlukah?

“Ada orang bilang bahwa membuat outline itu perlu untuk mempersiapkan sebuah artikel. Ada pula yang mengatakan tidak perlu repot-repot membuatnya. Dia bahkan menganjurkanku untuk langsung saja menulis. Bagaimana ini?”


Persoalan perlu tidaknya sebuah outline dalam mengawali sebuah artikel masih tetap menjadi bahan diskusi di kalangan penulis hingga saat ini. Terdapat dua pendapat yang berbeda, antara yang mengatakan perlu dan yang mengatakan tidak, dengan alasan masing-masing. Mari kita adakan kesepakatan sementara dulu bahwa outline itu perlu sehingga ada gunanya uraian berikut ini: bagaimana menyusun outline dan apa manfaatnya. Setelah itu, baru kita masuki diskusi perlu tidaknya outline pada bagian akhir artikel singkat ini.

Outline atau kerangka karangan adalah serangkaian ide/gagasan utama yang disusun secara runut sebagai bentuk rancangan awal sebuah tulisan/artikel. Karena merupakan bentuk awal atau kerangka dari sebuah tulisan, outline terdiri atas ide-ide utama yang akan dikembangkan. Ibarat sebuah pohon, ide-ide utama itu adalah batang, dahan, dan rantingnya. Dari situlah akan muncul daun-daun pengembangan sehingga lengkap menjadi sebuah ‘pohon’ artikel.

Lantas, bagaimana cara mudah membuat outline sebuah artikel? Kerangka karangan itu terwujud dari penggalian dan pengendapan ide dari berbagai sumber ditambah dengan kemampuan berpikir penulisnya. Berdasarkan pengalaman penulis, langkah-langkah yang dapat ditempuh dalam menyusun sebuah outline adalah sebagai berikut:

1. Tentukan tema apa yang akan Anda tulis.
2. Undang kehadiran ide dengan membuka pikiran Anda terhadap semua ide yang datang. Jangan pernah membatasi diri dengan aliran ide dari kecerdasan semesta.
3. Segera tulis ide-ide tersebut ke atas kertas, sekenanya. Jangan dikritisi. Biarkan ide-ide itu hadir dan mengalir begitu saja. Tugas Anda hanya menuliskannya.
4. Setelah cukup banyak ide yang berhasil Anda petik, periksalah cacatan Anda tadi. Amati dan seleksilah ide-ide itu satu demi satu. Yang relevan dengan tema yang Anda kehendaki, pakailah. Sebaliknya, kalau tidak berkaitan atau amat sedikit kaitannya, coret saja.
5. Susunlah sederetan ide yang Anda pilih itu secara sistematis. Mungkin dari yang umum ke yang khusus atau disusun secara kronologis. Perhatikan betul sistematisasi ide yang Anda susun itu. Pastikan tidak ada gagasan yang melompat-lompat. Buatlah susunan ide itu mengalir, kompak, dan sealur dari ide pertama, kedua, ketiga, dan selanjutnya sampai gagasan yang terakhir.
6. Kembangkan setiap ide utama dengan kalimat-kalimat penjelas/pelengkap. Satu ide utama bisa dikembangkan menjadi satu paragraf. Kalau Anda mempunyai 10 ide utama, maka minimal Anda sudah mendapatkan 10 paragraf. Ini sudah cukup untuk sebuah artikel.

Mari kita pergunakan salah satu artikel saya yang berjudul Mendorong Anak Gemar Membaca yang pernah dimuat di sebuah koran. Judul ini sekaligus sebagai tema artikel. Secara sederhana, kerangka karangan artikel itu demikian:
  • Ada keluhan para orang tua bahwa anak mereka malas membaca sehingga perlu dicarikan solusinya.
  • Mendorong anak gemar membaca dengan cara:
- Menciptakan suasana belajar di rumah
- Memberikan hadiah/oleh-oleh berupa buku atau majalah
- Mengajak berkunjung ke toko buku dan perpustakaan
- Mengajak anak belajar merawat buku
- Sesekali meminta anak menceritakan isi buku
- Berlatih mengarang yang sederhana
- Menjadi teladan yang baik bagi anak
  • Menciptakan suasana dan fasilitas yang mendukung dan yang terpenting menjadi teladan, tidak bisa hanya dengan perintah.
Setelah kerangka karangan tersebut penulis kembangkan sampai tuntas, jadilah sebuah artikel dengan 9 paragraf. Cukup untuk sebuah tulisan pendek, 3 halaman, 1,5 spasi, ukuran kertas A4. Begitu sederhana, bukan?

Nah, setelah kita berbicara sekilas tentang teknik penyusunannya, sekarang mari kita kembali ke pertanyaan awal: perlu tidak sih outline itu? Bagi sebagian orang, outline tersebut perlu dibuat untuk membantu mereka pada saat menyusun sebuah tulisan yang lengkap. Bagi sebagian lain, outline itu sama sekali tidak perlu dibuat untuk sebuah artikel 2 - 4 halaman. Yang mana yang benar? Jawabannya: kedua-duanya benar. 

Outline umumnya sangat dibutuhkan terutama untuk karangan yang panjang. Alasannya, sulit bagi penulis untuk memetakan ide-ide utama secara sistematis sebelum menuangkannya ke dalam kerangka karangan secara tertulis atau kasat mata. Bagi para calon penulis atau penulis pemula, saya anjurkan untuk membuat outline terlebih dahulu sebelum menulis artikel. Hal ini penting agar artikel yang dibuat tidak melenceng ke mana-mana. Bagi penulis yang sudah berpengalaman, outline itu acapkali tidak dibuat secara tertulis tetapi ‘disusun’ secara ‘tidak tertulis’ di otak. Maksudnya? Ya, outline itu sudah ada di dalam pikiran sang penulis kendati dia tidak secara nyata menuangkan ke atas kertas. Dia langsung saja menulis lengkap artikel dari A sampai Z.

Saya terkadang membuat corat-coret di blocknote terlebih dahulu sebelum menulis artikel. Tetapi, acapkali juga tidak. Kalau tema tulisan sudah ada dalam pikiran, langsung saja saya ketik sampai selesai sehingga tercipta sebuah artikel yang utuh.

Nah, Anda bebas memilih cara mana yang cocok. Entah Anda membuat outline atau tidak, yang penting Anda dapat menghasilkan artikel yang sistematis, cukup pengembangannya, dan menarik.

(I Love Writing oleh I Ketut Suweca, edukasi.kompasiana.com)

Sumber ; disini