Membuat Outline, Perlukah?
“Ada
orang bilang bahwa membuat outline itu perlu untuk mempersiapkan sebuah
artikel. Ada pula yang mengatakan tidak perlu repot-repot membuatnya.
Dia bahkan menganjurkanku untuk langsung saja menulis. Bagaimana ini?”
Persoalan
perlu tidaknya sebuah outline dalam mengawali sebuah artikel masih
tetap menjadi bahan diskusi di kalangan penulis hingga saat ini.
Terdapat dua pendapat yang berbeda, antara yang mengatakan perlu dan
yang mengatakan tidak, dengan alasan masing-masing. Mari kita adakan
kesepakatan sementara dulu bahwa outline itu perlu sehingga ada gunanya
uraian berikut ini: bagaimana menyusun outline dan apa manfaatnya.
Setelah itu, baru kita masuki diskusi perlu tidaknya outline pada bagian
akhir artikel singkat ini.
Outline atau kerangka
karangan adalah serangkaian ide/gagasan utama yang disusun secara runut
sebagai bentuk rancangan awal sebuah tulisan/artikel. Karena
merupakan bentuk awal atau kerangka dari sebuah tulisan, outline terdiri
atas ide-ide utama yang akan dikembangkan. Ibarat sebuah pohon, ide-ide
utama itu adalah batang, dahan, dan rantingnya. Dari situlah akan
muncul daun-daun pengembangan sehingga lengkap menjadi sebuah ‘pohon’
artikel.
Lantas, bagaimana cara mudah membuat outline sebuah
artikel? Kerangka karangan itu terwujud dari penggalian dan pengendapan
ide dari berbagai sumber ditambah dengan kemampuan berpikir penulisnya.
Berdasarkan pengalaman penulis, langkah-langkah yang dapat ditempuh
dalam menyusun sebuah outline adalah sebagai berikut:
1. Tentukan
tema apa yang akan Anda tulis.
2.
Undang kehadiran ide dengan membuka pikiran Anda terhadap semua ide yang datang. Jangan pernah membatasi diri dengan aliran ide dari kecerdasan semesta.
3.
Segera tulis ide-ide tersebut ke atas kertas, sekenanya. Jangan dikritisi. Biarkan ide-ide itu hadir dan mengalir begitu saja. Tugas Anda hanya menuliskannya.
4. Setelah cukup banyak ide yang berhasil Anda petik, periksalah cacatan Anda tadi.
Amati dan seleksilah ide-ide itu satu demi satu.
Yang relevan dengan tema yang Anda kehendaki, pakailah. Sebaliknya,
kalau tidak berkaitan atau amat sedikit kaitannya, coret saja.
5.
Susunlah sederetan ide yang Anda pilih itu secara sistematis.
Mungkin dari yang umum ke yang khusus atau disusun secara kronologis.
Perhatikan betul sistematisasi ide yang Anda susun itu. Pastikan tidak
ada gagasan yang melompat-lompat. Buatlah susunan ide itu mengalir,
kompak, dan sealur dari ide pertama, kedua, ketiga, dan selanjutnya
sampai gagasan yang terakhir.
6.
Kembangkan setiap ide utama dengan kalimat-kalimat penjelas/pelengkap.
Satu ide utama bisa dikembangkan menjadi satu paragraf. Kalau Anda
mempunyai 10 ide utama, maka minimal Anda sudah mendapatkan 10 paragraf.
Ini sudah cukup untuk sebuah artikel.
Mari kita pergunakan salah satu artikel saya yang berjudul
Mendorong Anak Gemar Membaca
yang pernah dimuat di sebuah koran. Judul ini sekaligus sebagai tema
artikel. Secara sederhana, kerangka karangan artikel itu demikian:
- Ada keluhan para orang tua bahwa anak mereka malas membaca sehingga perlu dicarikan solusinya.
- Mendorong anak gemar membaca dengan cara:
- Menciptakan suasana belajar di rumah
- Memberikan hadiah/oleh-oleh berupa buku atau majalah
- Mengajak berkunjung ke toko buku dan perpustakaan
- Mengajak anak belajar merawat buku
- Sesekali meminta anak menceritakan isi buku
- Berlatih mengarang yang sederhana
- Menjadi teladan yang baik bagi anak
- Menciptakan
suasana dan fasilitas yang mendukung dan yang terpenting menjadi
teladan, tidak bisa hanya dengan perintah.
Setelah
kerangka karangan tersebut penulis kembangkan sampai tuntas, jadilah
sebuah artikel dengan 9 paragraf. Cukup untuk sebuah tulisan pendek, 3
halaman, 1,5 spasi, ukuran kertas A4. Begitu sederhana, bukan?
Nah,
setelah kita berbicara sekilas tentang teknik penyusunannya, sekarang
mari kita kembali ke pertanyaan awal: perlu tidak sih outline itu? Bagi
sebagian orang, outline tersebut perlu dibuat untuk membantu mereka pada
saat menyusun sebuah tulisan yang lengkap. Bagi sebagian lain, outline
itu sama sekali tidak perlu dibuat untuk sebuah artikel 2 - 4 halaman.
Yang mana yang benar? Jawabannya:
kedua-duanya benar.
Outline
umumnya sangat dibutuhkan terutama untuk karangan yang panjang.
Alasannya, sulit bagi penulis untuk memetakan ide-ide utama secara
sistematis sebelum menuangkannya ke dalam kerangka karangan secara
tertulis atau kasat mata.
Bagi para calon penulis atau penulis pemula, saya anjurkan untuk membuat outline terlebih dahulu sebelum menulis artikel.
Hal ini penting agar artikel yang dibuat tidak melenceng ke mana-mana.
Bagi penulis yang sudah berpengalaman, outline itu acapkali tidak dibuat
secara tertulis tetapi ‘disusun’ secara ‘tidak tertulis’ di otak.
Maksudnya? Ya, outline itu sudah ada di dalam pikiran sang penulis
kendati dia tidak secara nyata menuangkan ke atas kertas. Dia langsung
saja menulis lengkap artikel dari A sampai Z.
Saya terkadang membuat corat-coret di
blocknote
terlebih dahulu sebelum menulis artikel. Tetapi, acapkali juga tidak.
Kalau tema tulisan sudah ada dalam pikiran, langsung saja saya ketik
sampai selesai sehingga tercipta sebuah artikel yang utuh.
Nah,
Anda bebas memilih cara mana yang cocok. Entah Anda membuat outline
atau tidak, yang penting Anda dapat menghasilkan artikel yang
sistematis, cukup pengembangannya, dan menarik.
(I Love Writing oleh I Ketut Suweca, edukasi.kompasiana.com)
Sumber ; disini