Quote of The Day

Selepas musim yang berganti, cara terbaik untuk memudahkan syukurmu terlantun adalah dengan menyederhanakan harapanmu hari ini.
Tampilkan postingan dengan label repost. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label repost. Tampilkan semua postingan

Minggu, 02 Maret 2014

Untuk Setiap Luka Masa Lalu

Untuk Setiap Luka Masa Lalu

Bismillah...

Tadi ba’dha tarawih seorang sahabat datang silaturahim ke rumah. Sahabat lama. Alhamdulillah, cerita-cerita banyak. Sampai pada cerita masa lalu. Aku cuma senyum dan nanggapi secukupnya. Hmm, masa lalu ya? Jadi ingetin sama notes yang kemarin-kemarin ditag ke fbku. Ada kata-kata ini “Bahwa setiap luka pasti akan sembuh. Itu pasti. Hanya masalah waktu dan proses saja. Bekasnya pun akan hilang.” Iya juga ya? Bahwa luka masa lalu yang dulu aku pikir berat sekali untuk lupa, kini hilang sendiri. Bahkan tanpa bekas. 

Gairah: Mencintai Kehidupan

Gairah: Mencintai kehidupan

Bangun tidur
Tidur lagi
Bangun lagi
Tidur lagi
Baaanguuunnnn tidurrr lagii...

Entah sudah hitungan keberapa telinga saya mendengar dan secara naluriah otak saya menghafalnya pula tanpa perlu bersusah payah saking seringnya mendengar lagu ini dinyanyikan di Tv saat kematian si pencipta lagu ini, ya … Mbah Surip. Ada satu pertanyaan besar yang sering melekat dalam benak saya, ehm… pertanyaan mendasar sebetulnya, karena ini berkaitan dengan kehidupan, ya.. masa depan. Benarkah kehidupan sehambar yang dinyanyikan oleh Mbah Surip, habis bangun tidur, ya tidur lagi. =D

Kamis, 08 September 2011

Rindu purnama orange di puncak gunung


Rindu purnama orange di puncak gunung  ^^

Ketika rembulan cemerlang dan bintang berpendar, mereka berkelana melintasi malam. Mereka tidak memerlukan apapun, hanya cinta sebagai penunjuk jalan.
(Arin)

***

Uhmm…

Rindu melihat rembulan..Setidaknya sudah beberapa bulan ini tak memandangnya, selalu saja hujan menitik dan awan hitam bergemul menutupinya, serta insomniaku yang mulai sembuh perlahan, sehingga membuatku jarang sekali begadang semalaman. :D (untung euy, hapeku rusak, jadi kan gak insomnia lagi, wah.. terapisku seneng nih buat kemajuanku kali ini, :D)

Rindu rembulan di langit Sekaran. Duduk di atas tangga batu di Sumayah Appartment, atau memandang langit dari tangga dekat ruang televisi di Griya Monesy, ditemani desiran angin gunung. Hwaaa…  Indaaaahnyaaa purnamaaaa… ^^

Terakhir kali melihat langit malam yang begitu mempesona - tanpa diganggu deras hujan dan awan kelabu itu- saat bintang dan bulan membuat komposisi menakjubkan. Dua titik bintang sejajar, dan dibawahnya ada bulan sabit melengkung indah, membentuk komposisi seakan bulan dan bintang itu tersenyum. ^_^

Monesy sempat heboh, Nina memanggilku yang sedang menghabiskan bakpia pemberian Fitri. Lalu, berhamburanlah keluar semua penghuni Monesy, sampai mbak Indah langsung berlari ke kamar, mengambil kamera digitalnya untuk mengabadikan momen langka itu. Hanya saja, pemandangan yang menakjubkan itu tak bisa terabadikan secara utuh, karena cahaya 3 benda langit itu tidak terlalu kuat berpendar. T_T

Warna cahaya 3 benda langit itu, memang tidak terlalu kuat, seperti purnama, karena ia hanya berbentuk sabit. Berkali-kali dibidiknya benda langit itu dengan lensa kamera. Tapi hasilnya tetap sama. Dua bintang itu terlihat di kamera malah lebih mirip titik-titik putih saja.

***

Ingatanku jadi melayang ke memori saat mendaki puncak gunung di daerah perbatasan Kendal dan Wonosobo. Saat itu, orientasi untuk calon relawan-relawan baru RZI (Rumah Zakat Indonesia), kami- para calon relawan, sekaligus beberapa panitia juga yang baru datang- sore hari berjalan sepanjang jalan setapak sejauh hampir 10 kilometer, dengan membawa perbekalan penuh di punggung. Ditemani mbak Chilphy, mbak Melanie, mbak Wieksa dan seluruh peserta + panitia yang baru kukenal disana, hehe… soalnya kan emang baru  masuk, jadi gak kenal,-namanya aja orientasi- :P

Trus, pas udah capek-capek gt, pengen berhenti, tapi gak jadi.. soalnya, ada pemandangan indah diujung sana, di tepian sungai yang kita sebrangi, lalu naik menanjak jalan setapak lagi, kata pak Slamet -koordinator panitia- kita bisa lihat daerah Wonosobo dari puncak. Waaah.. seruu!! ^^ Jadi semangat lagi deh, apalagi diceritain sama pak Slamet tentang mereka -para relawan yang sudah ikut Diksar di hutan-, ada yang seorang perempuan, kakinya di amputasi, dan harus menggunakan bantuan kaki palsu, tapi masih tetap semangat berjalan berkilo-kilo meter tanpa mengeluh. Subhanallah… ^_^

Jadilah perjalanan sepanjang sepuluh kilometer itu dilalui dengan 3 kali pemberhentian saja. Takut ketinggalan rombongan juga sih, udah mau sore. Hehe… ^^

Malam disana lumayan gelap, beberapa penerangan hanya didanai sendiri, tanpa bantuan PLN, karena bahkan, kondisi perkampungan itu tak terdeteksi oleh pemerintah. Kata kakak senior, -maksudnya, sebutan bagi mereka yang sudah menjadi relawan-, katanya gini….

Kawasan ini memang tidak memiliki akses untuk ke daerah luar, selain jalan kaki, bahkan oleh mobil sekalipun, jadi setiap anak yang ingin berangkat sekolah, harus mendaki naik turun gunung dengan jarak sejauh 10 kilometer, karena sekolah yang tersedia memang hanya ada di dekat tempat kami pertama turun tadi dari mobil jenazah RZI. :P

Waaah.. padahal tempat itu jauh sekali, dan lama waktu tempuhnya jika berjalan kaki, butuh waktu sekitar 1 jam. Jadi, bisa dibayangkan kan? Anak-anak sekolah sekecil itu, yang masih sekolah SD, harus berjalan pulang pergi dengan berjalan kaki. Subhanallah.. Semangat sekali ya? Jadi malu dengan diri ini…kadang masih ngeluh kalo harus mendaki jauh2. :D



***

Usai magrib tiba, saatnya briefing untuk kegiatan malam harinya, kita kumpul di rumah seorang warga, dan sebelum briefing, kita makan malam dulu dong.. ^^  Kami disuguhi bermacam-macam makanan, Subhanallah... kerasa banget kekeluargaannya… padahal baru kenal… :D

Ada mbak Novi yang tiba-tiba jejeritan gara-gara takut sama ikan. Wehehe.. pas dikonfirmasi, ternyata si mbak yang satu ini emang bener2 phobia sama ikan. Huiii.. . Ikan?? Aku juga takut kok, mbak…Kalo dia nggigit aku…  :P Btw, Ikan gorengnya mantep euy, cuma aku makan dikit aja sih, maklum, I’m vegetarian. Heuheuheu… (percaya tak? :P )

Pas makan itulah, aku duduk dekat pintu. Hehe… kok gak takut kena angin malem yak? (Idiiii… biarin ah.. kan adem di gunung, :D Gapapa… :P ) Saat itulah, purnama berwarna orange mirip banget sama Jeruk Sunkis, PERSIS! Orange-nya sem-puuur-naaa! ^^  Bulan purnama itu turun perlahan sampai tak terlihat di puncak dahan-dahan pepohonan, sampai acara makan malamku pun usai. Waaah.. brati spesial buat nemenin Ila makan dong ya? Hehe…

***

Usai makan malam, semua berkumpul untuk persiapan shalat isya, dan jam 8, kumpul bareng warga sekitar. Waaw… seneng tau, jalan2 di sana. :D Aku menyebutnya rekreasi, walau sebenarnya ada agenda baksos juga esok paginya. Sebenarnya, alasan yang pasti, kenapa sasaran daerah yang dibidik adalah di daerah  pegunungan yang aksesnya jauh dari kota ini, sebenarnya adalah karena disana banyak sekali minionaris berkedok kegiatan sosial. Bahkan, saat berjalan-jalan mengitari tempat tingggal, dan saat mengambil air wudhu ada beberapa ekor anjing yang berkeliaran seenaknya mendekati sumber air. Jadi ngeri, takut kalau-kalau air yang digunakan untuk bersuci pun terkena najis. Ya, disana seakan memang anjing-anjing tadi sengaja disebar. Kalau kata sang kepala kampung, tujuan pemeliharaan anjing tsb untuk melindungi daerah mereka dari gangguan binatang buas, tapi kenapa aku malah takut kalau misi kaum misionaris telah masuk ke dalam kampung ya? Mengerikan jika demikian adanya!

Tentang fakta mengejutkan adanya kaum misionaris tsb sebenarnya sering kualami, saat semester 1, saat pertama kali melakukan baksos di daerah Delik Sari - kecamatan Gunung Pati,  juga begitu, banyak anjing berkeliaran, sampai semua panitia berhati-hati sekali agar saat menuruni turunan di jalan setapak tidak mengagetkan si anjing. Bahkan, di depan gapura jalan masuk Desa Delik Sari, ada yang lebih mengejutkan lagi. Ada gereja yang dibangun dengan sederhana, menghadap persis di depan jalan menuju Desa. Sampai akhirnya, pengajian tabligh akbar yang dipimpin oleh  pak Usep Badruzzaman, segera dialihfungsikan untuk pembaitan kembali warga yang memang beragama Islam, takut saja ketika ternyata iman mereka telah tergadai dengan sembako seharga 15 ribu perorang. Astagfirullah...

Dan malam itu, semua panitia dan peserta menuju tempat lapang. Tau apa yang dilakukan? Waaah, kalo yang ini mah, gak usah ditanya, iLa paling suka. Hehe… Nonton bareng layar tancep di lapangan! Seruuuu bangeeettt ! ^^ Nontonnya sama warga sana, pas mau turun ke lapangan itu, ternyata jalannya sama aja kayak di perjalanan sore tadi, licin meluncur berderajat hampir 60 derajat. Waaah… bahaya kalo gak ati2… mana tempatnya gelap, hanya ditemani lampu senter dan cahaya hape.

Dan pas nyampe disana, sambutan warga antusias sekali. Banyak yang suka sama filmnya, soalnya filmnya emang bagus, film “Naga bonar jadi 2”, :D Pernah liat kan? Yang maen Tora Sudiro, Wulan Guritno, sama Dedy Mizwar.  Kalo seri yang pertama, Naga Bonar, yang main Nurul Arifin sama Dedy Mizwar, pas jaman masih muda dulu. Hehe...

Layarnya besar, jadi seru nontonnya. Ditambah lagi, suara speaker menggema di langit-langit kampung. Subhanallah… Bulan purnama orange dan bintang di langit yang tadi udah ngilang, tampak indah bersinar disana… Waaaww…. Kapan ya bisa liat kayak gt lagi? Hmm… apa harus ke  pegunungan lagi yaaa? ^^

Kangen purnamaaaaa…. ^^ (Kangen tulisan Arin juga.. ^_^)

***


Kulihat purnama malam ini

Satu di langit,

satu di wajahmu


Aku juga berharap

esok dapat melihat matahari

Satu di langit,

satu dihatimu


(Dua Purnama)



Kamar Cahaya, 21 Februari 09, 19:05, saat lantunan nyanyian bintang dan rembulan begitu rindu kudengar malam ini… (^^;)

~ Mengingat pendar cahaya purnama yang indah, jadi lebih menyejukkan hatiku. Yuhuuiii...,saatnya bersenang-senang, iLaaa…;D ~