Untuk
Bunda Tatty Elmir
(Penulis
Novel Keydo & Pendiri Forum Indonesia Muda)
Bismillah…
Salam
takzim untukmu, Bunda Tatty. Semoga kebahagiaan dan rahmat Allah senantiasa
tercurah padamu dan keluarga pada hari ini, esok dan seterusnya. Aamiin. Selama
rentang waktu yang berjarak lama sejak pertama kali kita bertemu 17 Juli 2011
sampai sekarang rasanya aku tak henti-hentinya bersyukur kepada Allah karena
telah dipertemukan dengan perempuan sebaik bunda. Perempuan yang melahirkan cinta tepat pada
pandangan pertama saat aku melihat bunda. Perempuan yang menyematkan kisah
hidup untuk dikenang dan diamanahkan pada anak cucuku nanti.
Bunda…
Awal
pertama bertemu dulu di talkshow dan bedah buku Keydo, jujur aku hanya berniat
untuk ikut serta dalam proyek menulis buku kumpulan esai “Inspiring Wedding
from Keydo” yang digunakan sebagai syarat ikut talkshow dan bedah buku.
Keinginan kuat untuk menerbitkan buku begitu menggebu hingga aku meneguhkan hati
agar bisa masuk ke dalam proyek tersebut. Kutulis sebuah esai berjudul “Membangun
sekolah peradaban di rumah kita” yang ternyata tidak lolos seleksi. Sedih, iya
bunda. Tapi sedih itu terbayar saat mendengar langsung uraian bedah buku
“Keydo” di auditorium FK Undip yang dibawakan oleh Bunda Tatty, Pak Elmir-suami
bunda, ust salim A Fillah.
Rasa
sedih itu justru berubah jadi haru dan syukur tak terhingga. Yang membuatku
makin mencintai Allah, mencintai tanah pertiwi ini, mencintai pahlawan-pahlawan
di jalan sunyi yang tak pernah kukenal, tak kutahu lewat teks buku sejarah di
sekolah, tak pernah kusapa lewat kata-kata.
Bunda
tak sekedar menuliskan kisah cinta roman ala keydo dan kinang yang mencari
cinta sejati di buku ini. Lebih dari itu, Bunda. Bunda menuliskan tentang
semangat berbakti lewat kata, gerak laku dan karya. Mengisahkan dengan anggun kisah patriotik di
ujung negeri ini, kisah patriotik yang
dilakukan oleh para pahlawan tanpa nama yang mencintai negeri lebih dari hidup
mereka, yang berbakti tak kenal henti, yang berjuang tanpa tepuk tangan, sorot
lensa, apalagi tanda jasa. Mungkin mereka bernama bintang sang aktivis kampus,
pak djoko sang mentor, ustadz abah yang tertembak saat revolusi, elly kisman
sang motivator, atau berderet tokoh lainnya yang tersebar di seluruh novel
keydo… mungkin mereka fiksi, tapi kurasa mereka nyata, mereka ada di sekitar
kita.
Bunda…
Satu
pesan yang tak pernah aku lupa untuk kusematkan kepada anak cucuku nanti, satu
pesan yang bunda sampaikan di pertemuan itu : ‘Pernikahan adalah silaturahmi,
silaturahmi akan berbuah energy, dan energy selalu akan melahirkan sinergi,
maka berhimpunkan untuk melakukan kebaikan-kebaikan untuk sekitar.”
Juga
satu kata yang masih kuingat selalu, “ Untuk membangun ketahanan bangsa, harus
ada yang berjibaku mengobarkan spirit membangun ketahanan keluarga secara
terus-menerus, konsisten, dan istiqomah. Dan semua itu harus diawali dengan
kesadaran para pemuda-pemudi untuk memilih jodoh yang baik dan benar.”
Bunda…
Satu
pesan itu yang membuatku menitikkan air mata lebih banyak dibanding sebelumnya.
Pun
saat membaca pesan ini di novel:
“Pasangan
kita adalah pakaian kita seumur hidup, pakaian yang membuat kita pede menantang
dunia, yang membuat kita merasa hebat, yang membuat kita bahagia dan dihargai.
Kalau dia kotor, maka cucilah, kalau dia robek sedikit, maka tisiklah,
kalau sobeknya banyak maka tamballah.
Menisik dan menambal membutuhkan jarum, bahan, dan benang halus yang sewarna
agar jahitan tisik dan tambal menyatu. Artinya, memperbaiki sesuatu yang kurang
dari pasangan kita harus dengan cara yang halus, yang tidak kentara.”
Mungkin
Allah memang ingin menyadarkanku bahwa pernikahan bukan hanya sebuah institusi
menyatunya dua insan, bukan hanya itu. Tapi sebagai janji bahwa pernikahan
adalah penggenapan separuh agama. Pernikahan adalah the real life kata seorang temanku. Seiring waktu dengan semangat
saling memperbaiki diri, masing-masing pasangan akan mampu bersinergi
menyeimbangkan gerak laku pasangannya. Bersatu atas nama Allah dan berjanji
untuk menggenapkan hati: sampai nanti sampai mati.
Bunda…
Terimakasih
telah mengimpun kami dalam bedah buku saat itu. Sungguh aku tak pernah menyesal
menghabiskan 4 jam kebersamaan yang menakjubkan. Kebersamaan yang membuatku
menitikkan embun di mataku saat perpisahan tiba. Kebersamaan yang ditunjukkan
juga oleh pertunjukan yang dilakukan anak-anak dari Forum Indonesia Muda(FIM),
anak-anak yang mencintai negeri ini dengan semangat kunang-kunang : Aku untuk
Negeriku. Semangat untuk memancarkan cahaya di kegelapan. Memancarkan bermilyar
cahaya kebaikan. Kata bunda, kegelapan tidak untuk dikutuk, kegelapan hadir
untuk diterangi oleh cahaya. Berusaha untuk selalu menerangi negeri ini dengan
kebaikan sekecil apapun. Bunda memulainya dengan menghimpun pemuda kunang-kunang,
memberikan training, mengajak kami memberi sumbangsih nyata bagi negeri,
mengajak kami memulai perjuangan dari rumah kami sendiri dari pernikahan yang
diberkahi.
Bunda…
Terimakasih
telah mengingatkan dengan bijak, dengan kasih sayang dan semangat perbaikan. Bunda,
bagiku engkau adalah perempuan yang ‘melahirkan’ pahlawan. Semoga Allah selalu
menjagamu dalam lindungan cahayaNya. Aamiin :)