Ketika kunang-kunang tak memiliki cahaya, ia hanya terbang
sendiri, meraba-raba dalam gelap, tak dapat ia temukan kawanannya, sebab
pijarnya telah lenyap.
Bukan, bukan matahari yang ia inginkan, tapi
hanya sedikit pendar cahaya tubuhnya untuk dapat kembali hidup
sebagaimana mestinya, dan kembali bersama kawanannya terbang indah
menerangi gelap malam
(Kunang-kunang Tanpa Cahaya -Asya Mujahidah)
Dua atau tiga tahun yang lalu, aku lupa kapan tepatnya kamu mengirimkan draft naskah novel itu ke emailku. Pertama baca tersentak dan takjub, kamu tahu aku sudah berdoa agar buku ini masuk ke jajaran buku-buku terbaik di sebuah penerbitan besar suatu saat nanti. lalu tiba-tiba pertengahan oktober kamu mengabariku tentang berita bahagia itu.
"Novelku terbit, bu! Nanti beli ya!"
Aku yang kaget cuma balas sekenanya, "Yang novel mana, bu?" hihi...maafkan karena ga titen. :P
Aku kira novelmu yang Kupungu, novel yang kamu tulis setelah menikah. Ternyata justru yang Kunang-kunang Tanpa Cahaya. Novel yang berkisah indah, novel yang membuatku takjub dengan sebuah jalan hidayah yang Allah berikan pada siapa saja yang mau mencariNya.
"Novelku terbit, bu! Nanti beli ya!"
Aku yang kaget cuma balas sekenanya, "Yang novel mana, bu?" hihi...maafkan karena ga titen. :P
Aku kira novelmu yang Kupungu, novel yang kamu tulis setelah menikah. Ternyata justru yang Kunang-kunang Tanpa Cahaya. Novel yang berkisah indah, novel yang membuatku takjub dengan sebuah jalan hidayah yang Allah berikan pada siapa saja yang mau mencariNya.
Lalu kamu bertanya tentang kesanku pada novel itu. Aku gelagapan. Entahlah... Aku merasa aku kehilangan diriku sendiri. Diriku yang dulu. Sebelum ini.Yang kata seseorang "sok idealis". Skrg justru makin tak idealis. T_T
Kamu tahu, kadang aku merasa aku menjadi kunang-kunang yang lelah mencari kawanannya yang hilang. Kumpulan kunang-kunang dengan kilauan cahayanya yang indah. Aku kehilangan cahayaku belakangan ini, duniaku mendadak jadi abu-abu.
Mungkin ada benarnya aku mencari kawanan lain, tapi itu jauh lebih buruk. Aku justru akan semakin menjauh dari kitaran frekuensi cahayaNya. Dan itu sangat menyedihkan. Mengedepankan dunia untuk menggapai impian. Padahal impian bisa dicapai dengan mendekat padaNya.
Hai, bu... Doakan aku yaa. Aku hanya butuh doa darimu. Mgkn juga nasihat.
Sampaikan pada bermilyar kunang-kunang yang kau temui kemarin saat bedah buku bahwa di genggaman tangan mereka terdapat berjuta inspirasi kebaikan. Sampaikan bahwa dunia menanti kiprah mereka untuk menjadikan dunia ini lebih indah dengan cahayaNya. Aku tahu Allah sayang sekali denganmu maka dikabulkannya doamu dengan terbitnya buku ini. Barakallahu, bu. Aku banyak belajar darimu sejak pertama kali kita berkenalan dulu. Semoga Allah selalu melindungimu dan mengumpulkan kita di tempat terbaikNya nanti. Aamiin :)
~Untuk Yuni Astuti a.k.a Asya Mujahidah~
Semarang, 281111, 12:52