Quote of The Day

Selepas musim yang berganti, cara terbaik untuk memudahkan syukurmu terlantun adalah dengan menyederhanakan harapanmu hari ini.
Tampilkan postingan dengan label writing award wr. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label writing award wr. Tampilkan semua postingan

Kamis, 15 November 2012

Writing Award WR-Taragak


Writing Award WR-Taragak

Tegal , 131012, 10:00

Dear Diary,

Aku pernah menulis kata ini di status fbku. "Taragak" . Kata yang membuatku segera diserbu komentar teman-temanku. Taragak dalam bahasa ibumu-bahasa minang- berarti rindu, kangen. Ada teman yang berkomentar usil, meledek kita, bahkan ada yang menanyakan kapan hari H itu akan tiba. Aku hanya tersenyum. Mungkin senyumku juga bukan jawaban dari masalah utama kita. Meski satu kata yang aku tulis itu hanya akan menutup gelegak rindu yang kadang suka datang tanpa permisi.  

Kamu tahu apa artinya rindu?
Kapan terakhir kali kita saling merindukan?


Iya, saling. Jadi bukan aku saja, atau kamu saja yang rindu. Tapi kita saling merindukan. Kata saling menunjukkan frasa bahwa ada dua orang yang sedang berinteraksi. Jadi bukan hanya satu saja. Aku merasa beberapa hari ini kita terlalu sibuk dengan urusan masing-masing. Sampai  rasanya aku sempat merasa kalau kamu bahkan tidak merindukanku.

Waktu kutelfon tadi, kupikir perasaan itu akan segera lenyap. Tapi ternyata tidak. Kita justru membahas masalah sepele yang berujung tidak baik. Bertengkar. Dulu aku heran dengan dua orang yang katanya saling merindukan tapi ketika ada waktu untuk bertemu malah saling bertengkar. Aku dulu mengatakan itu pada sahabatku yang setiap hari hobinya bertengkar dengan calonnya. Apa kamu juga menginginkan hal itu pagi ini? :) Yang aku tahu, aku sedang rindu. Sisihkanlah ruang untuk kita berbicara dari hati ke hati. Aku ingin mendengar ceritamu, Kak. Aku bersedia lebih banyak menyediakan telinga untuk medengar juga memahami. Aku ingin kamu. Itu saja.  


Writing Award WR-Memaknai Kepopuleran


Writing Award WR-Memaknai Kepopuleran

Tegal, 121012, 02:06

Dear diary,

Malam ini, sedini hari ini. Mendadak ingatanku kembali pada percakapan dengan Una tempo hari di gtalk. Aku iseng bilang ke dia, “Enak kali ya, jadi Oki Setiana Dewi… dikenal banyak orang gitu. Lihat deh akunnya sampai penuh follower sekian.” 

Aku memberi link twitter Oki pada percakapan kami dan dia pun mengomentari balik. “Kamu siap-siap mau jadi terkenal ya, mba?” Mungkin karena dia kaget aku bilang gitu kali ya. Aku lebih kaget lagi mendengar pertanyaannya. Siap-siap? Iya, siap-siap, maksudnya apa? Apa benar aku siap kalau ada di posisi oki? Setiap perilaku dirinya apapun itu pasti akan diamati oleh semua orang. Coba bayangin aja, jalan kemana, orang pasti tahu dia itu ya si oki. Mau makan di mana aja, orang pasti kenal wajah dia, dan langsung nyapa. “Mbak Oki ya?”

Aku membayangkan apa jadinya jika aku jadi dia, dengan kondisi pribadi yang sedang tidak sebaik Oki. Belum sesalihah dia. Mungkin, yang ada justru ketidaksiapan dengan keterkenalan itu. Pantas saja kalau aku pernah membaca di buku oki yang pertama, bahwa yang pertama kali dikatakan juri pada oki saat lolos audisi KCB adalah nasihat untuk selalu menyertakan Allah dalam setiap langkah. Karena, bisa jadi, justru keterkenalan itu adalah ujian yang tidak dia sadari.

Hmm, dari percakapan dengan Una ini, aku jadi mawas diri. Semoga di mana pun aku berada, Dia selalu menjadi yang pertama yang mengingatkan kesalahanku sebelum orang lain yang mengingatkan. Semoga selalu ada ruang untuk mengurai hikmah di saat apapun. Bahkan ketika sedang dilimpahi rasa syukur sekalipun. Semoga. :)