Setelah
kita bisa menguasai cara membuat puisi, ff, fts, dan cerpen. sekarang
giliran kita mencoba membuat gebrakan membuat novel. pelan-pelan saja,
kerjakan demi lembar perhari, atau misal kita target 4 lembar sehari,
insyallah hasilnya dalam sebulan impian punya buku solo terlaksana,
tinggal tembel sana-sini, edit kanan edit kiri, perhatikan EYD, tanda
baca. Kita tidak akan pernah tau kalau tidak mencoba, benar begitu?
tapi semua tergantung niat dan kedisplinan kita. Saya sendiri ingin
sekali, tapi kegiatan sok sibuk saya membuat saya berkata, nanti ah,
nanti ah, hihihi sampe detik ini, ya nihil :D. Ini hasil browsing saya
cara membuat novel. mari kita belajar bersama, how to make it, are u
ready? siapkan pena dan kertasmu, catat bagian-bagian penting. "Sebaik-baiknya manusia, adalah manusia yang bisa memberikan manfaatnya bagi orang lain." Bismillah :
MAU BIKIN NOVEL?
Membuat
novel memang sudah pasti akan membutuhkan energi dan waktu yang lebih
banyak dibandingkan membuat tulisan pendek seperti cerpen atau artikel.
Secara garis besar yang perlu dilakukan dalam menulis novel – atau
buku – adalah:
* Langkah pertama: mencari/mendapatkan ide
* Langkah kedua: ide dikembangkan menjadi sinopsis. Di tahap ini kita juga sudah harus menentukan karakteristik para tokohnya.
* Langkah ketiga: sinopsis dikembangkan menjadi storyline
* Langkah keempat: storyline dikembangkan menjadi draft awal
* Langkah kelima: draft awal disempurnakan untuk menjadi draft akhir
Berikut ini adalah contoh lima langkah tersebut yang diambil dari postingan-postingan milis menulisnovel@yahoogroups.com:
I. Ide:
Seorang
guru naksir muridnya sendiri. Namun, celakanya, muridnya yang juga
bunga sekolah itu juga ditaksir oleh teman sekelasnya. Guru pun harus
bersaing ‘dingin’ dengan sang siswa. Konflik bermunculan: pantaskah
guru fall in love dengan anak didiknya? Bagaimanakah model persaingan
antara guru-murid karena rebutan cewe? Bagaimana jika hal itu ketahuan
staff guru yang lain? Dalam persaingan ‘dingin’ itu, harga dirinya
sebagai guru dipertaruhkan. Yang manakah akan dipilih: Posisi dan harga
dirinya sebagai guru, atau, cintanya terhadap si bunga sekolah yang
ternyata diam-diam juga memendam perasaan padanya.
II. Sinopsis:
Ide diatas dibuat menjadi alur cerita 3 babak (tidak baku dan bisa
dibuat beberapa babak). Babak I adalah perkenalan tokoh dan latar
belakang, Babak II adalah muncul dan meningkatnya konflik, Babak III
konflik memuncak dan berakhir.
Contoh :
BABAK – 1
Latar Belakang
————–TAHUN 2003—————-
Kelas
3 pada SMA naungan sebuah Yayasan Pendidikan di salah satu kota
menerima seorang siswi baru pindahan dari kota lain. Syahda Rinaia,
demikian nama siswi itu (deskripsi : 17 tahun, kelas 3, anak orang
berada, cantik, cerdas, ceria, supel, ekspresif, semampai, bermata
indah, berlesung pipi, penikmat sastra dan suka menulis puisi).
Kehadiran dara manis ini membuat para cowok dikelas itu berlomba untuk
menarik perhatiannya demi meraih cintanya.
Begitu juga
halnya Arjun Sambudi, (deskripsi : 18 tahun, kelas 3, keren, atletis,
ngetop di sekolah karena prestasinya di bidang olahraga, anak salah
seorang donatur Yayasan), tak ketinggalan berupaya untuk mendapatkan
cintanya Syahda. Dengan “modal” yang dimilikinya, tak membutuhkan
waktu yang lama bagi Arjun untuk mendapatkan cinta Syahda. Singkat
cerita, Arjun dan Syahda sudah menjadi sepasang kekasih. Diam-diam
ternyata salah satu dari guru yang baru 9 bulan mengajar, Aksoro
Pinandito (deskripsi: 27 tahun, baby face, penyendiri, introvert,
sabar, bersifat dewasa, berdedikasi, lulusan Sastra Inggris UGM, dari
keluarga sederhana, orang tuanya petani di desa), juga terpesona dan
sering mengimpikan Syahda, tapi tidak terlalu berharap banyak, karena
sadar dirinya orang biasa saja.
Awal Konflik
Pak
Akso, demikian panggilan bagi guru sastra itu, kerapkali menulis puisi
di majalah dan suratkabar lokal, dengan memakai nama samaran
Pulungsari. Suatu hari, salah satu puisi yang ditulisnya di suratkabar
lokal merupakan ekspresi perasaan hatinya pada gadis idamannya itu.
Puisi itu berjudul Gerimis nan Indah adalah personifikasi dari nama
Syahda Rinaia, gadis impiannya sekaligus muridnya sendiri. Syahda yang
memiliki hobi mengoleksi puisi-puisi indah kebetulan membacanya juga.
Gadis itu sangat terpukau dengan gaya puisi-puisi yang sering ditulis
oleh penyair ini, sehingga dia tidak sabar menantikan puisi-puisi baru
disetiap minggunya. Kemudian Syahda memberanikan diri untuk menyurati
penyair ini untuk berkenalan dan belajar menulis puisi darinya.
Hubungan lewat surat-menyurat ini mulai berlangsung secara intensif.
Sangat
berbeda dari sifatnya sehari-hari, lewat surat Pak Akso sangat
romantis dan lebih berani mengutarakan perasaannya pada Syahda walaupun
belum menunjukkan jatidiri dia yang sebenarnya. Akhirlah tumbuh suasana
mesra diantara mereka walaupun belum pernah ketemu. Arjun, sebagai
kekasih Syahda, tidak tahu akan hal ini.
Hubungan Syahda dengan
Arjun mulai renggang, karena sifat Arjun yang egois, sombong dan
beberapa sifat lainnya yang tidak disukai Syahda. Syahda pelan-pelan
menjauhi Arjun.
BABAK – 2
PERKEMBANGAN KONFLIK
Suatu
waktu, Pak Akso sakit cacar yang membutuhkan perawatan di rumah sakit
sehingga untuk beberapa waktu tidak ada puisi baru yang ditulisnya.
Syahda yang sudah kecanduan dan merindukan puisi-puisinya, menanyakan
langsung kabar dari penyair ini kepada staf redaksi koran dimana
puisinya sering dimuat.
Dengan kegigihannya untuk mendapatkan informasi, akhirnya Syahda menemukan Pak Akso yang masih berbaring di rumah sakit.
Disinilah Syahda terkejut dan tahu siapa sebenarnya penyair yang dia dambakan selama ini.
Pak
Akso pada awalnya menyangkal, tapi Syahda dengan jujur mengakui
perasaan cinta itu. Akhirnya Pak Akso mengakui perasaannya yang
sebenarnya dan langsung disambut oleh Syahda dengan sukacita.
Pak
Akso mulai sehat dan kembali mengajar. Di sekolah mereka berdua
merahasiakan hubungannya. Walaupun dirahasiakan, di kelas tak dapat
disangkal perhatian Pak Akso terhadap Syahda memang sedikit lebih
dibandingkan perhatiannya terhadap siswa-siswa lainnya. Syahda juga
kelihatan senang atas perhatian sang guru ini. Syahda lebih sering
terlihat bersama Pak Akso untuk belajar membuat puisi dan mengkajinya.
Siswa lainnya sudah mulai tahu dengan perkembangan ini. Banyak cowok
di kelas itu mulai tidak suka pada Pak Akso.
Arjun yang ternyata masih menyimpan rasa kepada Syahda mulai terbakar api cemburu dan mulai memupuk dendam pada Pak Akso.
BABAK – 3
KLIMAKS
Arjun
dan kelompoknya merencanakan plot licik untuk mencelakakan Pak Akso.
Beberapa kali rencana dilaksanakan, dari mengendorkan baut-baut di
motor Pak Akso agar terjadi kecelakaan tapi Alhamdulilah masih selamat
sampai menyebarkan fitnah yang keji bahwa Pak Akso bisa diterima jadi
guru di sekolah itu karena menyogok sejumlah uang, dan sampai
sekarangpun sogokannya itu belum lunas dengan memotong sebagian dari
gajinya. Walaupun dianiaya oleh muridnya sendiri, namun Pak Akso tetap
bersabar, karena dia tahu Arjun adalah anak Pak Tirto Sambudi, orang
berpengaruh di Yayasan tempat dia bekerja.
Suatu ketika, kejahatan
Arjun sudah kelewat batas. Selagi belajar di kelas, Arjun membuat ulah
yang memancing kemarahan Pak Akso. Pak Akso menegurnya dengan sopan,
tapi Arjun malah menantang dengan menyebutnya “anak desa penggembala
kerbau yang sok belagu”. Pak Akso khilaf dari kesabarannya dan
memegang Arjun, sehingga hampirlah terjadi perkelahian diantara mereka,
tapi sempat dipisahkan oleh murid-murid lainnya.
Dendam Arjun
tidak cukup sampai disitu saja. Sewaktu Pak Akso pulang dari sekolah
melewati sebuah gang, tiba-tiba Pak Akso dihadang oleh 4 orang pemuda
berandalan, suruhannya Arjun dan disanalah Pak Akso dihajar
habis-habisan. Pak Akso babak belur dan biru lebam, untung saja sempat
dibantu oleh penduduk setempat dan dibawa ke rumah sakit.
Malang
benar nasib Pak Akso, sudah jatuh ditimpa tangga pula. Pak Akso
dipecat oleh Kepala Sekolah atas perintah pemilik Yayasan, dengan
alasan mengajak muridnya sendiri berkelahi. Ini jelas dari usahanya
Arjun yang menghasut orang tuanya dan rekan-rekan orang tuanya untuk
“menghabisi” Pak Akso.
Orang tuanya Syahda juga dipanggil,
diberitahu bahwa anak gadisnya selama ini ada hubungan rahasia dengan
guru yang baru dipecat itu. Orang tua Syahda memperingatkan anaknya
jangan lagi berhubungan dengan guru itu.
ANTIKLIMAKS
Kedua
orang tuanya di desa sedih dan pergi ke kota menjenguk Pak Akso.
Karena sudah dipecat, dan tidak ada kerja lagi, Pak Akso memenuhi
keinginan orang tuanya untuk kembali ke desa untuk memulihkan fisik dan
mentalnya yang mulai rapuh. Syahda sedih sepeninggal Pak Akso ke desa,
tapi dia juga tidak berani menentang kehendak orang tuanya. Singkat
cerita kelulusan sekolah sudah sampai. Syahda tetap menolak ajakan
untuk kembali yang ditawarkan Arjun Hatinya sudah tertutup bagi Arjun.
Syahda
akan dikirim oleh orang tuanya untuk melanjutkan kuliah ke luar
negeri. Sebelum berangkat, Syahda sempat menyurati Pak Akso di desa.
Dalam suratnya, Syahda minta doanya Pak Akso, agar cita-citanya
berhasil dan dia juga mendoakan Pak Akso agar tabah dan suatu ketika
semoga apa yang mereka cita-citakan dikabulkan Yang Maha Kuasa Kalau
memang jodoh, kita akan bisa bertemu lagi, katanya. Pak Akso sedih namun
rela melepaskan dan mendoakan Gerimis nan Indah ini untuk membasahi
bumi lainnya yang kekeringan.
HAPPY ENDING
————————— 4 Tahun Kemudian (TAHUN 2007) ——————-
Pada
bulan Agustus, angin muson (monsoon) yang membawa uap-uap air dari
Samudera Hindia sering menyebabkan hujan di sebagian besar semenanjung
India. Begitu juga saat ini, gerimis mulai membasahi lahan di kampus
Delhi University. Pak Akso, sekarang 31 tahun, baru satu bulan
menginjakkan kaki di kampus ini berkat beasiswa S2 yang berhasil
diraihnya. Dia yang dua tahun lalu diangkat menjadi Dosen PNS, sekarang
melanjutkan kuliahnya pada Post Graduate di Department of Linguistics,
Delhi University, New Delhi, India. Pak Akso berlari-lari kecil
menuju gedung perpustakaan agar gerimis tidak terlanjur membasahi
dirinya. Karena berlari tergesa-gesa dan pandangannya menunduk ke
bawah, tanpa sengaja dia menabrak seorang mahasiswi yang mengenakan
payung. Berhamburanlah buku-buku dan tas yang semula berada dalam
pegangan mahasiswi itu dan sekarang basah karena jatuh ke aspal yang
telah diguyur hujan. Mahasiswi itu mengenakan salwar kameez,
seperangkat pakaian tradisional yang biasa di kenakan oleh wanita dan
pria di Asia Selatan. Tapi yang sedikit unik, mahasiswi ini juga
mengenakan jilbab, dengan lehernya dilingkari dupatta, selendang
panjang.
Pak Akso gelagapan dan merasa bersalah, dan
segera mengumpulkan kembali buku-buku yang berjatuhan itu seraya sambil
minta maaf. Tapi ketika melihat wajah mahasiswi itu, Pak Akso
bergeming, dia terpesona bercampur terkejut. Wajah mahasiswi yang
berlumuran bulir rinai gerimis itu sangat cantik, lebih dari itu wajah
ini membawanya kembali pada kenangan 4 tahun lalu semasa dia menjadi
guru SMA di tanah air. Begitu juga halnya Syahda, dia juga terkejut,
tidak menyangka bisa ketemu lagi dengan mantan gurunya yang pernah
dikasihinya dulu. Syahda (saat ini umur 21 tahun) sedang menyelesaikan
tugas akhirnya pada program S1 di jurusan Linguistik, yaitu jurusan
yang sama diambil oleh Pak Akso. Dalam keheningan sekejap itu, Pak Akso
sempat berucap syukur, gerimis nan indah itu telah turun lagi untuk
membasahi jiwanya yang mulai semangat kembali. Mereka membiarkan untuk
sementara waktu air hujan membasahi tubuh mereka, sebelum akhirnya
mereka berdua masuk ke gedung perpustakaan untuk mulai lagi merajut
kisah yang baru.
——– SELESAI ———
IV. Storyline: Sinopsis 3 babak diurai menjadi detil adegan.
Contoh :
BABAK 1
1.
Di sebuah sekolah di Jakarta. Pagi itu para murid kelihatan mulai
dengan aktititasnya sehari-hari; Ada yang berangkat secara
sendiri-sendiri atau rombongan. Tiba-tiba Arjun beserta ganknya, datang
dengan mobil yang soundsystemnya digeber keras-keras seolah-olah dia
mau memamerkan apa yang dia punya. Selain Arjun ada Joni yang playboy,
Bocel si tukang pukul, dan juga Robi yang cuma pinter dalam teori cinta
tapi terus ngejomblo. Arjun adalah putera tunggak ketua yayasan
sekolah. Ekspresi bermacam-macam dari penghuni sekolah terhadap Arjun
ada yang cuek,sinis bahkan simpati. Termasuk kelompok remaja putri
yang dikomandani Tari Ogut (nama beken dari Tari Wulandari karena ada
nama murid yang hampir sama dengannya yakni Tari Sukmaningsih). Gang
Tari terdiri dari Tari, Lina “Oneng” Nurlina, dan Setyowati si Jawir.
(Ada potensi komedi).
2. Bel berbunyi. Saatnya murid masuk ke
kelas masing-masing. Kelas 3c nampak ramai karena guru belum datang.
Penghuni kelas saling bergosip ria. Sedikit terlambat Pak Vandi masuk
ke kelas. Suasana kelas hening, seperti biasa karena wajahnya yang
ganteng mirip seperti aktor India membuat para cewek saling kasak-kusuk
bersimpati dan yang sering dilakukan mereka adalah kirim sms ke Hp
diantara mereka. (Kejadian ini tahun 2003. Belum semua siswa punya
hape).
3. Bu Rukmi (45 tahun, ibu 2 anak, guru BP) mengetuk pintu
kelas. Pak Vandi keluar kelas dan sebentar tertegun melihat Syahda,
seorang cewek mempesona yang mobilnya berhenti di kios majalah seberang
tempat kostnya, ia melihatnya saat mau berangkat ke sekolah. Akhirnya
Pak Vandi memperkenalkan Syahda, kelas riuh dengan celotehan para
cowok. Pak Vandipun turut tertarik mengingat iapun masih jomblo.
4.
Ada bangku kosong dibelakang. Sebelum Pak Vandi menata duduk Syahda
maka secepat kilat Arjun yang duduk ditengah mengusir Joni yang duduk
disebelahnya untuk pindah kebelakang. Hati Arjunpun berbunga-bunga saat
itu karena Syahda duduk berdampingan dengannya. PDKT dan rayuan maut
mulai ditebar oleh si Arjun. (Ada potensi Komedi).
5. Saat
menonton basket, Syahda bertanya2 tentang pak Vandi ke Tari Ogut.
Disini diceritakan tentang nama pak Vandi. Namanya sebetulnya Irvandi
dst. Karena kurang umum, ada yang manggil Irvan, Vandi, Wandi, atau
nama tengahnya Budi. Di sekolah, murid2 memanggilnya Pak Vandi.
(Catatan: ini tabungan informasi untuk adegan2 berikutnya). Pak Vandi
memang salah satu guru idola. Arjun yang tengah bermain, sadar dari
gerak mata Shahda bahwa gadis itu agak tertarik pada Pak Vandi. Arjun
lalu memamerkan unjuk kebolehannya di pertandingan Basket. Sorak-sorai
mendukungnya. Diam-diam Syahda tertarik juga akan diri Arjun. Tari Ogut
mengajak Syahda masuk dalam kelompoknya.
6. Arjun yang mengejar
Syahda menemuinya di kios majalah. Saat itu Arjun beralasan mau membeli
majalah yang membahas mobil dan tetebengeknya maklum ia lagi gandrung
untuk mempercantik mobilnya. Dalam obrolan itu Arjun baru mengetahui
bahwa Syahda ternyata penikmat puisi. (Catatan: Syahda itu tipe
Melankolik; Di scene ini ada informasi bahwa salah satu dari beberpa
penulis puisi pujaannya adalah Pulungsari).
7. Malamnya, di tempat
kost, orangtua Vandi di daerah menelpon macam2 dan mulai menyinggung
soal jodoh tapi Vandi mengelak. Begitu telpon ditutup, ada lagi telpon
dari Pak Jo dari koran Rakyat Pos yang menanyai kapan lagi ia bisa
mengirim puisi. Vandi dengan Pak Jo sudah amat akrab dan Vandi sering
dipanggil Budi, nama tengahnya, dengan alasan nama Vandi amat tidak
umum. Saat duduk di depan laptop bututnya, ia teringat Syahda dan mulai
menulis puisi tentang Syahda yaitu Gerimis Nan Indah/GNI. (Disini ada
informasi bahwa untuk menambah penghasilan Pak Vandi sering buat puisi,
artikel, cerpen dan opini untuk dikirim ke majalah & surat kabar.
Hasil honor ia kumpulkan akhirnya kesampaian juga untuk membeli motor
kreditan).
8. Beberapa hari berikutnya, Minggu. Syahda mau
membeli majalah lagi tetapi stok habis. Iseng-iseng Syahda baca-baca
koran yang ada disitu. Tak sengaja dia baca kolom puisi dan disitu ia
menemukan puisi Gerimis Nan Indah kiriman dari Pulungsari.
9.
Syahda yang tertarik puisi dari Pulungsari lalu mengoleksi puisi itu
dengan membuat klipping di bukunya. Arjun yang datang dan ‘dicuekin’
karena kesibukan itu lantas pulang.
10. Arjun minta bantuan Joni
si playboy untuk membuat puisi untuknya. Tapi walaupun sudah dibelikan
minuman berenergi dan macam-macam cemilan, puisinya tetap jelek. Dalam
keadaan terdesak Arjun bilang bahwa yang pinter nulis sebetulnya adalah
Robi. Robi lantas ditelpon. Sebetulnya Robi malas. Tapi karena
diancam, ia lantas menyanggupi. Tidak perlu diuraikan proses pembuatan
puisi oleh Robi. (Ada potensi komedi).
11. Dasar Syahda yang lagi
kasmaran dengan puisi cinta akhirnya kepincut juga sama Arjun. Ada
respon sedikit di manfaatkan oleh Arjun untuk ‘nembak’ dan mengumumkan
bahwa Syahda adalah pacarnya. Padahal Syahda baru sampai pada taraf
tertarik saja pada Arjun.
12. Syahda minta tolong Mak Yem,
pembantunya untuk menelpon penerbit Rakyat Pos. Sementara itu ia dapat
kabar dari Tari Ogut tentang ulah Arjun yang ketahuan mabuk di kantin
sekolah. Tak lama Mak Yem bisa tersambung dengan Pak Jo sebelum
kemudian menyambungkan lagi dengan Syahda. (Ada potensi Komedi).
13.
Vandi mendapat email dari Syahda yang mengaku bernama Ririn yang
sangat tertarik dengan puisinya dan ingin belajar tentang cara
membuatnya. Vandi tak keberatan.
BABAK 2
14.
Syahda penasaran karena Pulungsari tidak pernah lagi terlihat
karya-karyanya. Kiriman emailpun tidak ada lagi. Padahal Syahda sudah
berkali-kali menanyakan melalui alamat email tersebut. Ia lalu menelpon
Pak Jo lagi dan dengan setengah memaksa lantas mendapatkan nomor telpon
dan alamat kost Pulungsari.
15. Saat di kantin Arjun datang
menghampiri Syahda untuk minta maaf atas kejadian mabuk-mabukan. Ia
memberikan surat yang didalamnya juga ada puisi (pesan ke Joni). Syahda
cuek & dingin aja menerima surat itu, hatinya sudah tak bergairah
karena ia masih kepikiran Pulungsari. (Catatan: di bagian ini ada
informasi bahwa Pak Vandi sakit dan Syahda sama sekali tidak menduga
bahwa Pak Vandi adalah Pulungsari).
16. Dari Pak Jubir (pemilik
kos) akhirnya Syahda tahu kalau Budi ditempat tinggalnya Pak Vandi
Sambudi lebih dikenal dengan nama panggilan Pak Budi) sedang sakit
typus dan opname dirumah sakit yang kebetulan jaraknya hanya 100 meter
dari situ. Karena tanggung, Syahda memutuskan mengunjungi di RS.
Apalagi saat itu jam besuk hanya tinggal setengah jam lagi.
17.
Alangkat kagetnya Syahda saat ketemu Pak Vandi. Dia hampir tak percaya
dan tersipu malu kala mengetahui bahwa Pulungsari adalah Pak Vandi.
Karena setiap kontak ia selalu mencurahkan isi hatinya dan ternyata dia
adalah gurunya sendiri yang banyak menjadi idola di kelas.
18.
Di kunjungan2 berikut, saat datang sendiri akhirnya Syahda mengakui
mengagumi sekaligus ada benih cinta dihatinya. Awalnya Pak Vandi
mengelak mengungkapkan perasaaan hatinya apalagi Syahda adalah anak
didiknya sendiri. Tentunya tak patut untuk menjalin cinta amtara guru
dan murid. Namun akhirnya kekukuhannya jebol ia mengakui Syahda ada
dihatinya sejak awal perkenalan dikelas.
19. Beberapa hari
kemudian kabar kedekatan Pak Vandi dengan Syahda sampai ke telinga
Arjun. Ia mulai gerah dengan sikap Syahda. Saat mengkonfirmasi ke
Syahda, gadis itu tersinggung karena walaupun ia dnegan Pak Vandi hanya
berteman, menurutnya Arjun tidak berhak ikut campur. Lagipula memang
tidak ada hubungan istimewa antara Syahda dengan Arjun. Arjun pulang ke
rumah dengan perasaan dendam pada gurunya.
20.Arjun menceritakan
kekesalannya terhadap Pak Vandi pada kelompoknya. Selain sudah
membujuk orangtuanya yang ketua yayasan sekolah, ia juga minta bantuan
kepada Robi, Joni dan khususnya Bocel dan kelompoknya untuk merancang
strategi (teror fisik dan mental) untuk menjahili Pak Vandi. Layaknya
partai politik yang ingin memenangkan calonnya mereka merancang
beberapa sekenario untuk menjatuhkan Pak Vandi agar tidak kerasan lagi
mengajar di sekolah tersebut. (Ada potensi komedi).
21. Arjun
menempelkan selebaran di kantin untuk memfitnah Pak Vandi. Hal itu
ketahuan Bu Marni tapi menyadari bahwa Arjun adalah anak ketua yayasan
sekolah, ia hanya curhat pada Pak Vandi. (Catatan: ada informasi bahwa
Vandi tengah mencari beasiswa belajar ke LN. India adalah salah satu
pilihannya)
22.Syahda masih begitu asyiknya mencari inspirasi
untuk membuat puisi yang romantis. Hawa cinta yang menggebu dan
keyakinannya akan sosok pribadi Pak Vandi tak membuatnya terpengaruh
akan isu-isu yang beredar meski awalnya hatinya sempat galau.
23.Orang
tua Syahda mendapat surat kaleng yang dilampiri foto hasil jepretan
kamera milik Arjun yang menyebutkan terjalinnya hubungan percintaan
antara Syahda dan Pak Vandi. Mak Yem yang menemukan surat itu
pertamakali. Syahda kemudian diinterogasi. (Ada potensi komedi ketika
Mak Yem ikut menginterogasi).
24.Teror mental. Di kelas Arjun dan
kelompoknya mulai acuh dan berulah saat mata pelajaran Pak Vandi.
Ulah Arjun mendapat teguran dari Pak Vandi namun tak digubris. Ledekan
dan kata-kata Arjun membuat Pak Vandi naik pitam dan tanpa sadar
emosinya muncul menantang duel secara jantan.
25.Teror fisik
direncanakan. Bocel dan kelompoknya siap menghadang Pak Vandi sewaktu
perjalanan pulang dari sekolah tapi Robi mendadak kebelet. Begitu sudah
beres, mendadak ketua mereka (Bocel) tiba-tiba sakit gigi. Rencana
kemudian digagalkan karena momentumnya sudah terlewat. (Ada pontensi
komedi).
26.Perilaku dan ucapan dikelas terhadap Arjun masuk
laporan ke Kepala Sekolah, diadakan Arjun rapat guru atas desakan
orang yang berpengaruh (Bapaknya Arjun). (Catatan: Hasil rapat
dirahasiakan pada pembaca).
27. Syahda yang akrab dengan Mbak Yem,
menunjukkan puisi pertama bikinannya yang ia buat atas saran2 Pak
Vandi yang ditulis tangan di atas kertas pink dengan tekstur khusus.
Menurut Mak Yem, puisinya cukup bagus. Syahda senang dan akan
menyerahkan pada Pak Vandi di pertemuan pertama. (Ada pontensi humor).
28.
Pertemuan Pak Vandi dengan Syahda. Syahda yang sudah sangat jatuh
cinta meminta ijin agar diluar sekolah ia memanggil nama Vandi tanpa
embel2 ‘pak’ layaknya seorang kekasih. Pak Vandi tidak menanggapi.
Melihat raut wajah murungnya, Syahda penasaran dan akhirnya mendapat
info bahwa Pak Vandi dikeluarkan dari sekolah. Pak Vandi yang tahu bahwa
Syahda mencintainya buru2 menyergah ketika Syahda akan mengutarakan
isi hatinya. Alasannya: ia terlanjur akan belajar ke LN karena
mendapatkan beasiswa. Syahda sedih dan terjadi perpisahan di antara
mereka berdua. Saat Arjun menegur, Syahda malah menatap dengan benci.
Saat itu Arjun tahu bahwa cintanya pada Syahda telah sepenuhnya
ditolak.
BABAK 3
29. Empat tahun
berlalu. Di pertengahan tahun 2007(?), terlihat di kantin sebuah kampus
Joko sedang ngobrol. Mereka berdua telah berada di India. Sendau
gurau berkisar pada para mahasiswi yang lalu lalang didepan mereka.
Lagi-lagi ada telpon dari orangtua Vandi yang menanyakan kapan ia
mendapatkan pasangan hidup. Vandi sampai hafal kata2 nasihatnya seperti
“bapak-ibumu kan sudah tua. Kami ingin segera meminang cucu.”
(Catatan: ada informasi bahwa Vandi segera mengakhiri kuliahnya dan
akan kembali ke Indonesia esok lusa).
30. Jasmine (mahasiswa asal
Indonesia yang sekampus,manis,cerdas,supel) menemui Pak Vandi di
perpustakaan. (Catatan: berikan latar-belakang gadis India). Jasmine
sendiri yang menurut pantauan dan perasaanya ada perhatian lebih
padanya.
31. Di pesawat ke Jakarta, saat melihat seorang gadis
Indonesia, Akso teringat Syahda. Ia membuka dompetnya dan mengelurkan
lipatan kertas buram dan membaca puisi yang gadis itu pernah buatkan
untuknya.
32. Hari sudah malam saat Vandi tiba di bandara Jakarta.
Di saat yang nyaris bersamaan ternyata ada pesawat dari Singapore yang
tiba. Saat menunggu koper di ban berjalan, Vandi menelpon Joko. (Ada
pontensi komedi disini). Ia juga menceritakan bahwa ia membaca puisi
Syahda. Menurut Joko, jika Syahda itu soulmate, Vandi akan bertemu lagi
dengannya dalam suatu cara yang tidak disangka-sangka.
33. Koper
Vandi ternyata koper yang terakhir didapatkan penumpang pesawat. Hari
makin larut. Karena faktor kehati-hatian, Vandi tidak sembarangan
memilih taksi untuk mengantarnya ke losmen sebelum melanjutkan pulang
ke daerah asal besok paginya. Taksi pilihannya ternyata hanya tinggal
satu. Saat ia akan memakai taksi itu, ia berebutan dengan seorang
gadis. Ia kaget saat mengetahui bahwa gadis itu adalah Syahda yang baru
saja mengikuti pelatihan sebagai management trainee di Singapore.
Mereka kikuk. Tak ada pilihan lain, mereka lantas naik taksi yang sama
menuju Jakarta.
34. Di taksi, mereka tidak banyak bicara. Vandi
tiba duluan di tempat tujuan. Saat hendak membayar ongkos secara
sebagian dari dompetnya terjatuh kertas warna pink dengan tekstur/pola
khusus. Syahda mengenalinya sebagai kertas puisi buatannya. Syahda
diluar dugaan mengeluarkan selembar kertas kecil lain dari dompetnya.
Ternyata itu adalah klipping puisi Gerimis Nan Indah. Karena masih
jomblo, Syahda menguatkan diri dan menyatakan isi hatinya. Vandi
ternyata terdiam dan ini membuat Syahda kuatir apakah Vandi sudah
berkeluarga atau belum. Tak lama, hape Vandi berbunyi. Ternyata itu
adalah telpon dari keluarganya. Saat mereka bertanya lagi pertanyaan
yang itu-itu juga, Vandi sengaja menghidupkan speaker phone agar
didengar oleh Syahda. Ketika mereka mengulang pertanyaan, Vandi
menjawab bahwa ia sudah memiliki seorang calon pendamping hidup yang
saat itu tengah ada bersama-sama dirinya.
TAMAT
V. DRAFT AWAL
VI. DRAFT AKHIR
Untuk
dua contoh di atas tentu tidak dapat diuraikan disini karena sudah
merupakan satu kesatuan novel secara utuh. Yang jelas, Draft Awal
adalah naskah dimana Storyline 3 babak diuraikan tiap scene atau adegan.
Draft Akhir adalah untuk proses Aging/pendiaman, termasuk memperhalus
kata-kata.
TIPS:
Dalam membuat novel ada begitu banyak hal yang perlu diperhatikan. Beberapa di antaranya:
1.
Perombakan nama tokoh, tempat, serta lokasi kejadian, dan bahkan
struktur cerita, masih diperbolehkan hingga tahap pembuatan storyline.
Setelah memasuki draft awal, semua itu ditabukan.
2. Momok paling
menentukan adalah kebuntuan. Deadlock. Tapi selama semangat menulis
tetap membara dan selalu berdoa minta kepinteran sama Yang Maha Kuasa,
percayalah, deadlock hanyalah kerikil kecil yang dengan mudah kita
cemplungin ke got.
3. Metode pembuatan sinopsis 3 babak bukan
metode baku. Penulis bisa membuat dengan format lain. Kendati demikian,
sinopsis 3 babak merupakan pola yang paling banyak dipakai dalam
pembuatan sebuah cerita berdurasi panjang.
4. Hindari tokoh atau
kejadian yang mendadak muncul di tengah cerita dan akibat berdampak
bahwa kemunculannya ‘maksain.’ Jika hal itu mau dilakukan, perlu ada
‘tabungan informasi’ di awal cerita.
5. Hati-hati dengan pemberian
nama tokoh. Kemunculan tokoh (bukan tokoh utama) yang diberi nama,
harus punya tujuan. Entah dengan cara akan muncul lagi di bagian
berikut, atau akan memberi unsur kejutan bagi pembaca. Nama tokoh yang
terlalu banyak akan membuat pembaca dibingungkan.
Selamat mencoba!
'Hidup tanpa cita-cita adalah mati dan cita-cita tanpa usaha adalah mimpi.'